Monday, May 16, 2016

Cerbung : Putri Air Vs Pangeran Api #9



Andita sudah tidak bisa lari. Menghindarpun rasanya percuma saja. Ia tak bisa lagi menyembunyikan perasaannya. ia tak bisa terus-terusan membohongi dirinya sendiri. Andita mulai menyukai Gian dan berharap lebih dari sekedar teman. Itu tampak ketika ia merasa tak aman saat Gian mulai sering bercerita tentang perempuan-perempuan lain yang mendekatinya.

Aneh. Satu sisi Andita merasa lucu, kenapa begitu banyak perempuan yang tertarik padanya? Apa hebatnya Gian? Dia laki-laki paling menyebalkan yang pernah dikenalnya. Orangnya dingin dan tak perhatian sama sekali.  perempuan yang bersamanya harus punya kesabaran extra ketika menghadapi tingkah Gian yang menyebalkan itu.

Tapi satu sisi Andita sadar bahwa Gian memiliki banyak kelebihan yang tentu saja sangat menarik perhatian. sifat-sifat yang membuat seseorang merasa senang bersamanya. Karakter dan kepribadian Gian yang menawan. Cara pandangnya yang sedikit berbeda dari orang banyak. Hal-hal kecil yang membuat hati Andita yang sekian lama dingin membeku kembali cair karena cinta.

Ya, Andita jatuh cinta pada Gian. ck, menerima kenyataan itu seperti sebuah kekalahan mutlak baginya. Sebelumnya, Andita tak pernah berharap bahwa ia akan jatuh cinta pada Gian. memikirnyapun tak pernah sama sekali.  kenapa harus orang itu? Andita terus bertanya.

Tapi rasa cemburu semakin memenuhi hatinya tatkala Gian terus bercerita tentang orang-orang yang ingin mendekatkannya dengan beberapa wanita. Meskipun Gian selalu berkata bahwa dirinya tidak begitu tertarik dengan hal itu. Andita tetap saja merasa tak aman. Hatinya tak tenang. ia  tak ingin Gian pergi, ia tak ingin ada orang lain yang mengisi hati Gian selain dirinya.

Gamang perasaannya. Andita tak punya keberanian untuk menyatakan perasaanya, ia tak mau Gian menjauhinya ketika orang itu tahu bahwa ia mulai menyukainya. Lagipula tak anggun jika ia yang harus memulainya lebih dulu, pikir Andita. Andita sempat bertengkar dengan Gian ketika orang itu bercerita tentang seorang yang ingin mengenalkannya pada seorang wanita. Andita benci mendengar cerita itu. Andita gerah dengan sikap Gian yang seolah memberi harapan pada mereka.


Entah apa yang merasukinya, malam itu, Andita putuskan untuk mengaku saja. ia buang jauh-jauh egonya, ia buang rasa malunya, ia buang semua kecemasannya. “biarlah.. apa yang terjadi nanti, biar terjadi nanti...malam ini Andita hanya ingin Gian tahu bahwa ia sudah kalah olehnya”.

Tapi biar begitu Andita tak tahu apa yang harus ia katakan pada Gian. bagaimana memulainya? Bicara langsung jelas bukan perkara mudah, apalagi keadaan mereka sedang tegang hari itu. Gian sedang marah padanya. Karena pertengkaran mereka sebelumnya.

Tapi Andita tak mau peduli, ia yakinkan hatinya bahwa ia harus mengatakan apa yang sudah menimpanya. Ia tak mau tersiksa dengan semua prasangkanya sendiri. setidaknya Gian harus tahu. Keadaannya sudah mulai tak sama. Menahan perasaannya sendiri hanya akan membuatnya tersiksa seperti pengalaman sebelumnya.

Andita tak mau terjebak pada perasaan yang sama, keadaan yang sama seperti apa yang pernah ia rasakan dulu. Ia tak mau mengalaminya lagi. Itu sudah cukup menyakitkan. Lagipula entah kenapa Andita  merasa bahwa Gian dapat menerima apa yang akan dikatakannya nanti.

Malam itu Andita menuliskan apa yang di rasakannya. Ia tuliskan kebimbangan hatinya kala itu. bagaiaman perasaannya terhadap Gian dan bagaimana ia ingin Gian tahu bahwa ia kini menyukainya. Andita menulis dengan bahasa yang sebisa mungkin terdengar biasa. Ia sampaikan perasaannya itu melalui email pribadi mereka.

Untuk pertama kalinya dalam hidup Andita, ia berani mengatakan apa yang tengah ia rasakan pada seseorang. Seistimewa itukah Gian untuknya? Sampai ia berani, sampai ia lupa bahwa apa yang dilakukannya itu sudah pasti ada konsekuensinya.

Setiap jam terasa tak menentu. Andita tak mau memikirkan apapun. Rasanya seperti ingin menghilang saja. tapi entah kenapa ada perasaan lega. Hatinya terasa tak terlalu sesak.

“aku tidak punya harapan atau keinginan apapun, semuanya seperti dikuras habis, sekarang aku sudah benar-benar pasrah, aku serahkan semuanya pada waktu saja.. “ ucap Andita dalam diarynya.

cerita sebelumnya..                                                                                               Bersambung...

No comments: