Andita sudah tidak
bisa lari. Menghindarpun rasanya percuma saja. Ia tak bisa lagi menyembunyikan
perasaannya. ia tak bisa terus-terusan membohongi dirinya sendiri. Andita mulai
menyukai Gian dan berharap lebih dari sekedar teman. Itu tampak ketika ia merasa
tak aman saat Gian mulai sering bercerita tentang perempuan-perempuan lain yang
mendekatinya.
Aneh. Satu sisi
Andita merasa lucu, kenapa begitu banyak perempuan yang tertarik padanya? Apa
hebatnya Gian? Dia laki-laki paling menyebalkan yang pernah dikenalnya.
Orangnya dingin dan tak perhatian sama sekali.
perempuan yang bersamanya harus punya kesabaran extra ketika menghadapi
tingkah Gian yang menyebalkan itu.
Tapi satu sisi
Andita sadar bahwa Gian memiliki banyak kelebihan yang tentu saja sangat menarik
perhatian. sifat-sifat yang membuat seseorang merasa senang bersamanya.
Karakter dan kepribadian Gian yang menawan. Cara pandangnya yang sedikit
berbeda dari orang banyak. Hal-hal kecil yang membuat hati Andita yang sekian
lama dingin membeku kembali cair karena cinta.
Ya, Andita jatuh
cinta pada Gian. ck, menerima kenyataan itu seperti sebuah kekalahan mutlak
baginya. Sebelumnya, Andita tak pernah berharap bahwa ia akan jatuh cinta pada
Gian. memikirnyapun tak pernah sama sekali.
kenapa harus orang itu? Andita terus bertanya.
Tapi rasa cemburu
semakin memenuhi hatinya tatkala Gian terus bercerita tentang orang-orang yang
ingin mendekatkannya dengan beberapa wanita. Meskipun Gian selalu berkata bahwa
dirinya tidak begitu tertarik dengan hal itu. Andita tetap saja merasa tak
aman. Hatinya tak tenang. ia tak ingin
Gian pergi, ia tak ingin ada orang lain yang mengisi hati Gian selain dirinya.
Gamang perasaannya.
Andita tak punya keberanian untuk menyatakan perasaanya, ia tak mau Gian
menjauhinya ketika orang itu tahu bahwa ia mulai menyukainya. Lagipula tak
anggun jika ia yang harus memulainya lebih dulu, pikir Andita. Andita sempat
bertengkar dengan Gian ketika orang itu bercerita tentang seorang yang ingin
mengenalkannya pada seorang wanita. Andita benci mendengar cerita itu. Andita
gerah dengan sikap Gian yang seolah memberi harapan pada mereka.
Entah apa yang
merasukinya, malam itu, Andita putuskan untuk mengaku saja. ia buang jauh-jauh egonya,
ia buang rasa malunya, ia buang semua kecemasannya. “biarlah.. apa yang terjadi
nanti, biar terjadi nanti...malam ini Andita hanya ingin Gian tahu bahwa ia sudah
kalah olehnya”.
Tapi biar begitu Andita
tak tahu apa yang harus ia katakan pada Gian. bagaimana memulainya? Bicara
langsung jelas bukan perkara mudah, apalagi keadaan mereka sedang tegang hari
itu. Gian sedang marah padanya. Karena pertengkaran mereka sebelumnya.
Tapi Andita tak mau
peduli, ia yakinkan hatinya bahwa ia harus mengatakan apa yang sudah
menimpanya. Ia tak mau tersiksa dengan semua prasangkanya sendiri. setidaknya
Gian harus tahu. Keadaannya sudah mulai tak sama. Menahan perasaannya sendiri
hanya akan membuatnya tersiksa seperti pengalaman sebelumnya.
Andita tak mau
terjebak pada perasaan yang sama, keadaan yang sama seperti apa yang pernah ia
rasakan dulu. Ia tak mau mengalaminya lagi. Itu sudah cukup menyakitkan.
Lagipula entah kenapa Andita merasa
bahwa Gian dapat menerima apa yang akan dikatakannya nanti.
Malam itu Andita
menuliskan apa yang di rasakannya. Ia tuliskan kebimbangan hatinya kala itu.
bagaiaman perasaannya terhadap Gian dan bagaimana ia ingin Gian tahu bahwa ia
kini menyukainya. Andita menulis dengan bahasa yang sebisa mungkin terdengar
biasa. Ia sampaikan perasaannya itu melalui email pribadi mereka.
Untuk pertama kalinya
dalam hidup Andita, ia berani mengatakan apa yang tengah ia rasakan pada
seseorang. Seistimewa itukah Gian untuknya? Sampai ia berani, sampai ia lupa
bahwa apa yang dilakukannya itu sudah pasti ada konsekuensinya.
Setiap jam terasa
tak menentu. Andita tak mau memikirkan apapun. Rasanya seperti ingin menghilang
saja. tapi entah kenapa ada perasaan lega. Hatinya terasa tak terlalu sesak.
“aku tidak punya
harapan atau keinginan apapun, semuanya seperti dikuras habis, sekarang aku
sudah benar-benar pasrah, aku serahkan semuanya pada waktu saja.. “ ucap Andita
dalam diarynya.
cerita sebelumnya.. Bersambung...
cerita sebelumnya.. Bersambung...
No comments:
Post a Comment