Monday, May 16, 2016

Cerbung : Putri Air Vs Pangeran Api #10


Hari berlalu, Andita coba pergi menemui teman-teman dekatnya untuk menenangkan diri. Ini adalah sebuah langkah besar untuk seseorang yang kaku sepertinya. Orang yang memang tak pandai dalam urusan cinta.  

Semua tampak tak percaya dengan apa yang dilakukannya.  Andita si kaku, Andita yang sinis, yang sulit membuka diri dan hati pada laki-laki, tak disangka sanggup melakukan hal senekat itu hanya karena seorang Gian. Sehebat itukah Gian? sampai bisa membuat Andita lupa tentang prinsipnya. Tentang tekadnya yang tak akan jatuh cinta terlalu dalam pada seseorang.

Hujan tak berhenti turun malam itu, di sebuah rumah makan korea yang tinggal sebulan lagi tutup,  Andita tak berhenti bercerita tentang Gian pada seorang temannya. tentang perkenalan ia dan Gian, tentang perjalanan mereka, tentang ulang tahun Gian, tentang Nurmala dan juga tentang email surat cintanya. Wajahnya tampak berbinar khas orang jatuh cinta.

Sudah lama rasanya ia tak merasakan perasaan seperti ini. rasa yang luar biasa hebat. Semua jadi campur aduk. Satu sisi ia merasa luar biasa senang tapi disisi lain Andita tetap tidak bisa menutupi kegusaran hatinya. Ia tahu bahwa mencintai Gian bukanlah perkara mudah, ia tahu jalan di depannya nanti mungkin akan sangat sukar.

 “gue nggak pernah terlalu ngarep kalau orang itu bakal balas perasaan gue, gue cuma pengen dia tahu kalau gue suka sama dia, selebihnya biar dia lihat gue dengan cara dia sendiri.. gue pengen dia lihat gue kayak gue lihat dia..” ujar Andita sendu.

Sepi, di sebuah perempatan jalan, ketika hujan sudah mulai tinggal gerimis. Andita memandang lalu lalang kendaraan di depannya. Lampu kota dan hawa dingin.

“lu tahu ta, gue bakal salut sama orang yang bisa ngertiin lu.. kadang gue aja yang udah lama kenal sama elu kagak bisa ngerti jalan pikiran lu.. siapapun dia.. gue harap lu bisa seneng..”  kata-kata itu terdengar seperti sebuah lagu yang merdu. Itu cukup untuk membuat hatinya sedikit lebih tenang. 

J  

Apa arti dari sebuah emoticon smile? Bagaimana simbol sederhana itu bisa jadi terasa sangat membingungkan dan jadi teka-teki yang tak bisa terpecahkan untuk Andita. Setelah beberapa hari berada dalam kebimbangan dan ketidakpastian. Dari sembilan ratus dua puluh empat kata yang susah payah disusunnya, hanya sebuah emoticon smile yang di dapat Andita.

Ya, Sebuah emoticon smile dan permintaan maaf  atas pertengkaran mereka beberapa hari lalu. selebihnya Andita tak tahu apa yang ada di dalam pikiran Gian.  pria itu hanya berputar-putar dan bertanya tentang hal-hal yang tak terlalu penting.

Sebenarnya berbicara dengan Gian tidak pernah terasa membosankan, hanya dengan mengetahui dan mengenal Gian sedikit demi sedikit tanpa bertemu, bertatap muka, bahkan memdengar suaranya langsung mampu membuat perasaan Andita semakin kuat setiap harinya. tapi tentu saja itu tak cukup.

Hari-hari berlalu dan jarak tetap menjadi hal mahal untuk Andita. Rasa rindu juga bimbang sudah jadi teman akrab yang menemani kegelisahan Andita setiap harinya. Setiap hari merasa tersesat, setiap hari merasa tak tenang, setiap hari tanpa kejelasan, terombang-ambing akan pertanyaan besarnya tentang apa yang dirasakan Gian terhadap dirinya.

“aku belum memikirkannya..” selalu jawaban klasik itu yang di dapat Andita ketika ia mulai bertanya.
“Lalu apa yang harus dilakukannya? Apa ia harus berhenti saja?” tanya Andita lagi. 
“aku mana punya hak untuk meminta seseorang berhenti berusaha, kalau ia ingin berusaha kenapa harus aku larang?” jawab Gian selanjutnya yang membuat Andita semakin tak menentu.

Sesekali Andita merasa seperti tersudut, perasaannya terus berkecamuk, ingin mundur segan tapi majupun tak ada jaminan. Rasa takut kehilangan malah makin kentara ketika ia berpikir tentang itu. sungguh, Gian pandai sekali memainkan perasaaannya. "kenapa tak katakan saja bahwa ia tak berpikir tentang Andita sebagai seseorang yang ia inginkan untuk berada disampingnya? atau katakan saja bahwa ia tak pernah menyukai Andita sama sekali. mungkin itu akan lebih baik.

Satu hari Gian pernah bertanya. “kenapa kamu menyukaiku? Apa yang membuatmu menyukaiku? Saat itu Andita hanya menjawab sekenannya saja. ia paling benci ketika Gian bertanya seperti itu. kenapa harus bertanya ? Gian seperti sedang meragukan perasaannya.


Aku tak punya alasan, rasa mencintaimu datang begitu saja..
Aku sendiri bahkan tak tahu kenapa sebabnya..
Denganmu..hanya itu yang aku mau..


cerita sebelumnya...                                                                                        Bersambung...




No comments: