Monday, May 16, 2016

Cerbung : Putri Air Vs Pangeran Api #11



Ada masa-masa dimana Andita merasa bahwa Gian mulai melihatnya seperti apa yang ia inginkan. Ada masa-masa dimana Andita merasa bahwa Gian juga mulai memperhatikannya,  ada masa-masa dimana Andita merasa bahwa Gian juga mulai merindukannya, bahwa ia juga ingin bisa bertemu dengan Andita seperti Andita ingin bertemu dengannya. Itu adalah masa-masa yang sangat indah dan menyenangkan.  Hari-hari terbaik yang pernah ia alami.

Tapi entah sejak kapan.


Mencintai Gian terasa jadi sangat melelahkan. Andita mulai merasa kewalahan menghadapi sikap dingin Gian, marahnya yang selalu tak bisa terbaca. Ia yang selalu diam dan menjauh ketika tak sepaham.

Senda gurau jadi hal langka diantara keduanya. Gian mulai sibuk dengan semua urusannya dan Andita tak punya banyak tenaga untuk mengimbanginya. Rasa lelah perlahan mulai berubah menjadi beban yang sedikit demi sedikit terasa semakin membebani.

Ketidakjelasan menjadi pokok utama yang selalu berhasil mengoyahkan pertahanan Andita. Kenapa begitu sulit? Apa yang Gian inginkan? Apa yang harus ia lakukan? dan Gian masih tetap saja menggantung perasaannya. Langkahnya makin terasa tak jelas. Sepi yang dulu pernah terhapus karena kehadiran Gian mulai menyusup lagi.

Satu sisi Andita merasa bisa lebih mengenal Gian dengan sangat baik, tapi disisi lain ia juga merasa bahwa jarak diantara mereka makin terbentang jauh. Ada tembok yang tak mungkin Andita runtuhkan hanya dengan tenaganya sendiri. ia membutuhkan Gian. tapi pria itu, seperti tak terlalu bersemangat.

Tapi untuk berhenti sudah tak mungkin. Andita ingin tetap berjuang, ia berusaha dengan tenaga yang ia punya melawan rasa lelah dan beban yang kian menyelimutinya. sambil bergantung pada harapannya. Harapan yang rasa-rasanya mulai kembali tenggelam ke dasar.

Tak ada yang berbeda dari senja hari itu, Andita masih merindukan Gian seperti biasa. Keduanya bahkan sempat mengobrol banyak beberapa hari sebelumnya. Keakraban yang sudah sangat lama Andita rindukan. Malam yang menyenangkan.

Tapi ada satu perkataan Gian yang membuat Andita mengerutkan dahi. Tiap Andita bertanya tentang hal itu, Gian selalu menghindar dan mengalihkan pembicaran. Andita berusaha tetap berbaik sangka.

Tapi Andita tak pernah meragukan intuisinya. Firasatnya hampir selalu tepat dan ia bisa tahu ketika ada sesuatu yang tak benar.  hatinya mulai merasa was-was.

Lalu sore itu sebelum waktu Ashar, ketika Andita tengah asyik berbincang dengan seorang teman dan merindukan Gian seperti biasa. ia mendapat sebuah kabar. kabar singkat yang sanggup membuat pertahanannya luluh lantah. Kata-kata sederhana yang paling menyakitkan dan tak masuk akal untuknya saat itu. 

Harapannya langsung hilang tenggelam bersama matahari senja. Lalu gelap semua.


Hai, Pangeran Api
Tahukah kamu..
Aku disini sedang berusaha
Merubah kemuskilan mejadi mungkin
Mencoba menentang batas
Bahwa air dan api mungkin saja bisa bersatu

Lucu bukan?
Kau sendiripun pasti berkata bahwa itu mustahil
Bahwa apa yang aku lakukan ini suatu kesia-sian
Bahwa berusaha mendekat hanya akan menghancurkan
Salah satu atau bahkan keduanya dari kita

Tapi tahukah kamu..
Bahwa rasaku ini nyata, Bahwa peluhku ini nyata
Bahwa rinduku ini nyata dan cinta ini juga nyata
Semua itu yang membuatku yakin
Untuk melawan arus
Menjadikan yang muskil menjadi mungkin

Tapi disinilah kita
Hanya bisa berpegang pada kodrat yang tercipta



 Cerita sebelumnya...                                                                                                    Tamat.











No comments: