Friday, April 1, 2016

Cerbung : Putri Air vs Pangeran Api #5



Satu bulan sudah Gian pergi. harusnya kisah ini berakhir sesuai perkiraan Andita. harusnya perasaannya kembali netral pada Gian, harusnya Andita tidak terlalu berharap pada Gian, harusnya Gian sudah bukan lagi seseorang yang Andita pikirkan setiap harinya, harusnya Gian sudah bukan lagi orang yang Andita rindukan setiap harinya, harusnya semua perasaan Andita pada Gian mulai dipangkas habis. harusnya, ya harusnya seperti itu.

Tapi itu tak benar-benar terjadi. ada saja yang membuat Andita dan Gian tetap saling berkomunikasi lewat pesan singkat. satu tanda tanya yang mulai sering menganggu Andita adalah tentang wanita pemilik blog itu. laki-laki dan perempuan bersahabat? persahabatan yang bersih tanpa ada embel-embel perasaan di dalamnya? adakah? mungkinkah?

Andita bertanya pada dirinya sendiri, pada teman-temannya, pada orang lain, pada buku, pada artikel dan semua menjawab "tidak". tidak ada persahabatan murni diantara laki-laki dan perempuan dan kemungkinan hal itu terjadi kecil sekali. itu mustahil.

Satu hari Andita merasa sangat cemas pada Gian, entah kenapa ia khawatir sekali, ia takut terjadi sesuatu pada laki-laki itu. Andita mulai menghubungi Gian untuk bertanya kabarnya. dan benar saja, Gian menjawab bahwa ia sedang berada di rumah sakit. rasa khawatir Andita semakin bertambah, ia pikir memang terjadi sesuatu. tapi Gian segera menepis rasa khawatirnya itu, tak ada apa-apa, bukan ia yang sakit, ia hanya pergi menjenguk ayah temannya. ujar Gian.

Andita merasa lega tapi tetap ada yang terasa janggal. Andita tahu betul bahwa ada sesuatu. hanya saja ia tak tahu pasti apa itu. malamnya Andita kembali menanyakan kabar Gian dan Gian menjawab bahwa ia masih berasa di rumah sakit. sebelas jam bukan waktu yang singkat, itu bukan waktu yang orang rela habiskan hanya untuk pergi menjenguk ayah seorang teman biasa. Andita mulai menyadari rasa janggalnya itu. ia tahu, bahwa Gian sedang bersama wanita si pemilik blog.

Lihat betapa berharganya orang itu untuk Gian, ia bukan orang biasa. Andita mulai mempertanyakan posisinya dalam kisah ini.adakah dirinya hanya penganggu? mungkin ia hanya angin lalu di kisah mereka, seorang  figuran yang cuma lewat ketika dua pemeran utama sedang beradu akting? 

Harapan Andita makin surut. mungkin ini memang bukan kisahnya, mungkin ia hanya terlalu terbawa suasana, mungkin ia hanya terlalu terbawa imajinasinya yang kuat, mungkin ia hanya terlalu kesepian sampai berpikir bahwa Gian adalah orang lain yang akan menepis rasa sepinya.  

"Ayolah Andita, sudah cukup kamu jadi orang goblok yang rela nungguin orang lain sampai 7 tahun tapi hasilnya nihil, mana boleh kamu masuk ke lubang sama untuk yang kedua kalinya! kamu tidak sebodoh itu kan?" gerutu batinnya.  Andita mulai merasa perlu untuk menata hatinya, ia tidak boleh jatuh ke lubang yang sama, ia tepis rasa sukanya pada Gian, rasa ini tidak boleh menjadi semakin besar, ia mulai mencari-cari sifat buruk Gian, kelemahan-kelemahnya untuk bisa ia benci. 

Andita ingin menjauh, ia ingin menutup kemungkinan terburuk yang akan terjadi jika ia membiarkan perasaannya terus bertumbuh. tapi hatinya tak sejalan dengan inginnya, semakin ia tekan perasaannya itu semakin perasaan itu melawannya. Andita putus asa. 

Andita sudah bertanya pada semua orang tentang arti persahabatan antara laki-laki dan perempuan dan semua berkata bahwa itu hanyalah cinta yang tak mereka sadari. semua. hanya tinggal satu orang yang belum ia tanyakan tentang hal itu. Gian. 

Ya, kenapa tidak ia tanyakan sendiri saja pada Gian, adakah persahabatan murni antara laki-laki dan perempuan? mungkinkah itu terjadi? kalau jawaban Gian sama dengan semua. maka biarkan Andita mundur perlahan. Andita yakin bahwa jawaban Gian akan sama, Andita sangat yakin.

Tapi apa yang ia dapat. Gian menjawab sebaliknya. Gian berkata bahwa hal itu mungkin terjadi. persahabatan murni antara laki-laki dan perempuan bukanlah hal yang mustahil. ketika semua orang berkata tidak, kenapa hanya Gian yang berkata sebaliknya. kenapa? kenapa Andita merasa bahwa perkataannya itu bisa dipercaya? ya, Andita ingin percaya. 

Cerita sebelumnya..                                                                       Bersambung...







No comments: