Wednesday, January 23, 2013

Cerbung : Hanya Satu #13



“kita mau kemana?”
Tanya Arya yang sibuk menghidupkan mesin mobilnya.
            “terserah kamu saja, yang penting kita pergi jalan-jalan..”
            “kalau begitu, kita pergi kesana saja!”
Dengan segera Arya langsung tancap gas. Berdua mereka pergi ke satu tempat. Sambil mengendarai Honda CR-V silver kesayangannya. Mereka menuju sebuah taman hiburan. Indri sedikit tidak percaya, begitu mereka sampai di depan pintu masuk arena taman hiburan itu, Indri malah melongo. Rasanya sudah lama sekali ia tak pergi ke tempat seperti itu terakhir kali ia datang kesana kalau tidak salah saat ia masih duduk di kelas 6 SD. Tempat itu tak terlalu banyak berubah. Hanya saja ada beberapa arena permainan baru yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
            “kita mau naik apa dulu?”
 Tanya Arya sambil tersenyum simpul kearahnya. Indri hanya balas dengan seringaian di wajahnya. Siang itu. keduanya menjelajahi semua permainan yang ada di sana, mulai dari komedi putar, kora-kora, sampai jetcoster. Tak ada satu arena permainan yang tidak mereka datangi. Hingga senja menjelang. Keduanya yang terlihat lelah juga lapar akhirnya memutuskan untuk beristirahat di sebuah rumah makan dekat pantai. Ditemani deru angin laut dan deburan ombak Indri juga Arya tampak asyik mengisi perut mereka yang  memang sudah keroncongan dengan aneka menu seafood disana.
            “apa kamu senang?”
            “huuh!!”
Jawab Indri sumringah sambil menyantap makanannya begitu lahap.
            “Kulihat badanmu jadi sedikit kurus? Kamu harus makan yang banyak!! Asal
   kamu tahu,aku tidak mau punya pacar yang sering sakit-sakitan hanya karena
   ia malas memperhatikan kesehatannya sendiri!”
ceramahnya sembari meletakan beberapa potong daging  ikan bakar diatas piring gadis itu.
            “siap pak dokter!!”
            “gadis pintar..”
Pujinya sembari mengelus kepala Indri perlahan. Sayang itu mulai ada. Beberapa saat ia merasa seperti memiliki seorang adik perempuan yang begitu manis juga penurut. Perasaan aman dan nyaman ketika berada di dekatnya dan menyayangi tanpa pamrih. Tapi, itu hanya berlangsung beberapa saat, terutama saat mata keduanya bertemu secara tak sengaja. Semuanya kembali buyar.

Ia terlihat begitu cantik dan menyilaukan mata. Bahkan saat ia tak sedang tersenyumpun, kecantikannya itu tak berkurang di mataku. Entah kenapa, tapi tiba-tiba nafasku  jadi sedikit tertahan. Kurasakan keringat dingin mulai bercucuran diantara dahiku.

            “kenapa wajah kamu jadi merah begitu? Memang sambelnya pedes ya?”

Ia bertanya sambil meletakan tangannya di dahiku. Kemudian tersenyum. Dan itu jelas padaku. Kurasakan tangannya masih tetap berada disana. Mungkin ia hendak mengelap keringatku yang mulai bercucuran. Atau mungkin hanya ingin menyentuhku. Aku tak tahu pasti. Yang pasti detak jantungkupun jadi mulai tak karuan. ada satu rasa yang terus berkecamuk di dalamnya. Entah apa. Tapi aku begitu takut menghadapinya.

Senja sudah mulai redup, mereka masih tetap menikmati suasana di pesisir pantai. meskipun sedikit aneh karena keduanya berjalan dengan jarak yang berjauhan.
“apa kita pulang saja?”
            “kamu sudah mau pulang?”
            “besok kan kamu harus kerja aku juga ada jadwal praktek..”
            “hmm..aku tahu, tapi sebelum  pulang, kita naik itu dulu ya?terakhir!!”
Pinta Indri manja sambil menunjuk sebuah gondola.
            “terakhir?”
            “iya! Habis itu kita pulang?”
            “baiklah..”
keduanya bergegas pergi menuju pintu masuk arena gondola, mengingat saat itu sudah mulai gelap Arya khawatir loketnya sudah keburu tutup jika mereka tidak pergi cepat-cepat. Dan benar saja, begitu keduanya sampai ditempat itu. terlihat lampu disana sudah ada beberapa yang dipadamkan.  Keduanya berjalan menghampiri loket ticket, masih ada seorang penjaga yang tampak bersiap untuk pulang.
            “permisi, kami mau naik gondola ini apa masih bisa?”
Tanya Arya pada penjaga loket itu.
            “kami sudah tutup..”
            “saya mohon..ijinkan kami naik?”
            “kami sudah tutup!kembali lagi saja besok?”
jawabnya sembari terus sibuk merapihkan barang bawaanya.
            “gimana??”
Tanya Arya pada Indri karena ia sudah tak bisa merayu petugas itu.
            “mau bagaimana lagi? Kita pulang saja..”
Ujarnya sedikit kecewa.
            “sudahlah..kapan-kapan kita kesini lagi, ajak Dion sama bu Farida juga?”
            “hmm..”
Karena hari yang memang sudah petang, mereka akhirnya memutuskan untuk pulang.
Meskipun sedikit kecewa karena ia tak sempat naik gondola, tapi hari itu bisa dibilang hari yang sempurna. Seperti sebuah kencan. Keduanya pergi menghabiskan waktu bersama. Hal yang mungkin akan jarang mereka lakukan di lain hari. Gadis itu tak berhenti melempar senyumannya  pada Arya yang tengah sibuk mengemudi.
            “terima kasih, hari ini menyenangkan sekali..”
            “sama-sama..aku juga senang!”

Kendaraan itu terus melaju, hingga akhirnya mereka sampai di depan gang menuju rumah Indri sekitar jam setengah sepuluh malam.
            “kita sudah sampai!”
Ujarnya seraya menoleh pada Indri. tapi gadis itu malah tampak lelap tertidur. Mungkin karena terlalu lelah, jadi tanpa ia sadari, Indri malah sudah pulas tertidur disepanjang perjalanan pulang mereka.
            “indri, bangun!!”
Panggil Arya sembari berusaha membangunkanya. tapi, yang dibangunkan malah tak bergeming sama sekali. Bunyi kendaraan yang melewati jalanan itu semakin terdengar sepi. ia mulai memandangi wajah Indri yang begitu tenang tertidur. Dipandanginya wajah itu lekat-lekat, Garis wajahnya yang halus, matanya yang tampak sayu, rambut hitamnya, hidungnya, bibirnya. Semua tampak menarik dimata Arya. bahkan tanpa ia sadari tangannya mulai bergerak mendekati wajah itu, seakan ingin menyentuhnya. Perlahan. Semakin dekat. Hingga hampir sepersekian mili lagi. Tapi tiba-tiba tangan itu malah menjauh dengan segera. sembari menelan ludah ia sapu semua pikiran buruk yang terus berputar di kepalanya kemudian berjalan keluar dari dalam mobil.
            “huft..”
Deru nafasnya terdengar berat. Sambil mengendong Indri yang masih belum terjaga, ia susuri gang-gang kecil itu. langkah demi langkah, berjalan menuju sebuah rumah. sepi. Tak banyak orang yang berlalu lalang di jalan sana. mungkin karena sudah sangat malam.
            “darimana aja kalian?”
Tanya Fira sinis begitu keduanya sampai di depan pintu rumahnya.
            “boleh kami masuk?”
Arya malah balik bertanya. Sambil tetap mengendong Indri yang pulas tidur di punggungnya.
            “langsung aja bawa ke kamarnya!”
Jawab Fira sembari membukakan pintu. dengan segera Arya langsung masuk menuju kamar Indri. ruangan itu sangat kecil sampai-sampai ia harus sedikit membungkuk untuk melewati pintunya. Remang cahaya lampu. Disana hanya ada sebuah lemari kayu, satu jendela dan kasur lipat kecil yang tampak rapih meskipun sedikit usang. Hati-hati ia membaringkan Indri diatas kasur lipat itu, tak lupa ia lepaskan alas kaki gadis itu, merapihkan posisi kepalanya, rambutnya, kemudian menyelemutinya dengan sebuah selimut yang memang sudah lama ada disana. Miris. Melihat wajah kelelahan gadis itu. aku kasihan kepadamu. andai saja. aku bisa membuatmu lebih bahagia. Lirihnya dalam hati sembari terus memandangi wajah Indri.
            “ehmm!!!”
Gumam Fira kencang dari balik pintu. Sebuah tanda bahwa Arya harus segera keluar dari kamar adik perempuannya itu. mimik mukanya masih terlihat dingin. ia hanya duduk di ruang tengah sembari menunggu Arya keluar.
            “duduk!”
Ujarnya pada pria itu yang langsung menuruti perkataannya.
            “ada hal yang mau aku sampaikanpadamu..aku dan Indri..”
            “gw udah tahu!!”
Tanpa basa-basi Fira langsung memotong perkataan Arya.
            “gw cuma mau tanya satu hal sama lu..apa lu serius sama dia?”
Tanya Fira sambil menajamkan matanya kearah pria itu.
            “kalau lu masih ragu atau nggak tahu, sebaiknya lu hentiin aja! Tinggalin dia..cari
  orang lain yang lu pikir lebih pantes buat lu.. dan berhentilah muncul di
  kehidupannya..”
Ujarnya dengan tatapan yang semakin dingin. hening. kali ini ia benar-benar serius. tak ada rona main-main ataupun candaan dari perkataannya itu. layaknya seorang kakak yang berusaha melindungi adiknya. Ia tak mau melihat Indri, menderita perasaan. Sudah cukup semua kesulitan yang ia timbulkan untuk adik perempuannya itu. ia tak ingin ada orang lain yang menambah beban hati gadis itu.
            “aku tahu apa yang aku lakukan, jadi kamu tidak perlu khawatir..”
Jawab Arya singkat.
            “apa lu bisa dipercaya?!gw tw pikiran busuk cowok kaya macam lu!”
balas Fira ketus yang memang sudah ahli berurusan dengan banyak laki-laki.
“saya tidak akan memaksa siapapun untuk percaya dengan semua yang saya
  katakan,itu terserah kamu..”
Arya hanya menjawabnya seperti itu sembari beranjak dari duduknya. Malam sudah semakin larut. dengan langkah perlahan ia tinggalkan rumah itu. menyusuri gang-gang kecil disana. sesekali ia berbalik sambil memandangi pintu rumah Indri yang hanya diterangi lampu temarang. langkahnya tampak semakin berat.

No comments: