“kita mau kemana?”
Tanya Arya yang sibuk menghidupkan mesin mobilnya.
“terserah kamu saja,
yang penting kita pergi jalan-jalan..”
“kalau begitu, kita
pergi kesana saja!”
Dengan segera Arya langsung tancap gas. Berdua mereka pergi ke satu
tempat. Sambil mengendarai Honda CR-V silver kesayangannya. Mereka menuju
sebuah taman hiburan. Indri sedikit tidak percaya, begitu mereka sampai di
depan pintu masuk arena taman hiburan itu, Indri malah melongo. Rasanya sudah
lama sekali ia tak pergi ke tempat seperti itu terakhir kali ia datang kesana
kalau tidak salah saat ia masih duduk di kelas 6 SD. Tempat itu tak terlalu
banyak berubah. Hanya saja ada beberapa arena permainan baru yang belum pernah
ia lihat sebelumnya.
“kita mau naik apa
dulu?”
Tanya Arya sambil tersenyum
simpul kearahnya. Indri hanya balas dengan seringaian di wajahnya. Siang itu.
keduanya menjelajahi semua permainan yang ada di sana, mulai dari komedi putar,
kora-kora, sampai jetcoster. Tak ada satu arena permainan yang tidak mereka
datangi. Hingga senja menjelang. Keduanya yang terlihat lelah juga lapar
akhirnya memutuskan untuk beristirahat di sebuah rumah makan dekat pantai.
Ditemani deru angin laut dan deburan ombak Indri juga Arya tampak asyik mengisi
perut mereka yang memang sudah
keroncongan dengan aneka menu seafood disana.
“apa kamu senang?”
“huuh!!”
Jawab Indri sumringah sambil menyantap makanannya begitu lahap.
“Kulihat badanmu jadi
sedikit kurus? Kamu harus makan yang banyak!! Asal
kamu tahu,aku
tidak mau punya pacar yang sering sakit-sakitan hanya karena
ia malas memperhatikan kesehatannya sendiri!”
ceramahnya sembari meletakan beberapa potong daging ikan bakar diatas piring gadis itu.
“siap pak dokter!!”
“gadis pintar..”
Pujinya sembari mengelus kepala Indri perlahan. Sayang itu mulai ada.
Beberapa saat ia merasa seperti memiliki seorang adik perempuan yang begitu
manis juga penurut. Perasaan aman dan nyaman ketika berada di dekatnya dan
menyayangi tanpa pamrih. Tapi, itu hanya berlangsung beberapa saat, terutama
saat mata keduanya bertemu secara tak sengaja. Semuanya kembali buyar.
Ia terlihat begitu cantik dan menyilaukan mata. Bahkan saat ia tak
sedang tersenyumpun, kecantikannya itu tak berkurang di mataku. Entah kenapa,
tapi tiba-tiba nafasku jadi sedikit
tertahan. Kurasakan keringat dingin mulai bercucuran diantara dahiku.
“kenapa wajah kamu jadi
merah begitu? Memang sambelnya pedes ya?”
Ia bertanya sambil meletakan tangannya di dahiku. Kemudian tersenyum.
Dan itu jelas padaku. Kurasakan tangannya masih tetap berada disana. Mungkin ia
hendak mengelap keringatku yang mulai bercucuran. Atau mungkin hanya ingin
menyentuhku. Aku tak tahu pasti. Yang pasti detak jantungkupun jadi mulai tak
karuan. ada satu rasa yang terus berkecamuk di dalamnya. Entah apa. Tapi aku
begitu takut menghadapinya.
Senja sudah mulai redup, mereka masih tetap menikmati suasana di pesisir
pantai. meskipun sedikit aneh karena keduanya berjalan dengan jarak yang
berjauhan.
“apa kita pulang saja?”
“kamu sudah mau
pulang?”
“besok kan kamu harus
kerja aku juga ada jadwal praktek..”
“hmm..aku tahu, tapi
sebelum pulang, kita naik itu dulu
ya?terakhir!!”
Pinta Indri manja sambil menunjuk sebuah gondola.
“terakhir?”
“iya! Habis itu kita
pulang?”
“baiklah..”
keduanya bergegas pergi menuju pintu masuk arena gondola, mengingat saat
itu sudah mulai gelap Arya khawatir loketnya sudah keburu tutup jika mereka
tidak pergi cepat-cepat. Dan benar saja, begitu keduanya sampai ditempat itu.
terlihat lampu disana sudah ada beberapa yang dipadamkan. Keduanya berjalan menghampiri loket ticket,
masih ada seorang penjaga yang tampak bersiap untuk pulang.
“permisi, kami mau naik
gondola ini apa masih bisa?”
Tanya Arya pada penjaga loket itu.
“kami sudah tutup..”
“saya mohon..ijinkan
kami naik?”
“kami sudah
tutup!kembali lagi saja besok?”
jawabnya sembari terus sibuk merapihkan barang bawaanya.
“gimana??”
Tanya Arya pada Indri karena ia sudah tak bisa merayu petugas itu.
“mau bagaimana lagi?
Kita pulang saja..”
Ujarnya sedikit kecewa.
“sudahlah..kapan-kapan
kita kesini lagi, ajak Dion sama bu Farida juga?”
“hmm..”
Karena hari yang memang sudah petang, mereka akhirnya memutuskan untuk
pulang.
Meskipun sedikit kecewa karena ia tak sempat naik gondola, tapi hari itu
bisa dibilang hari yang sempurna. Seperti sebuah kencan. Keduanya pergi menghabiskan
waktu bersama. Hal yang mungkin akan jarang mereka lakukan di lain hari. Gadis
itu tak berhenti melempar senyumannya
pada Arya yang tengah sibuk mengemudi.
“terima kasih, hari ini
menyenangkan sekali..”
“sama-sama..aku juga
senang!”
Kendaraan itu terus melaju, hingga akhirnya mereka sampai di depan gang
menuju rumah Indri sekitar jam setengah sepuluh malam.
“kita sudah sampai!”
Ujarnya seraya menoleh pada Indri. tapi gadis itu malah tampak lelap
tertidur. Mungkin karena terlalu lelah, jadi tanpa ia sadari, Indri malah sudah
pulas tertidur disepanjang perjalanan pulang mereka.
“indri, bangun!!”
Panggil Arya sembari berusaha membangunkanya. tapi, yang dibangunkan
malah tak bergeming sama sekali. Bunyi kendaraan yang melewati jalanan itu semakin
terdengar sepi. ia mulai memandangi wajah Indri yang begitu tenang tertidur.
Dipandanginya wajah itu lekat-lekat, Garis wajahnya yang halus, matanya yang
tampak sayu, rambut hitamnya, hidungnya, bibirnya. Semua tampak menarik dimata
Arya. bahkan tanpa ia sadari tangannya mulai bergerak mendekati wajah itu,
seakan ingin menyentuhnya. Perlahan. Semakin dekat. Hingga hampir sepersekian
mili lagi. Tapi tiba-tiba tangan itu malah menjauh dengan segera. sembari
menelan ludah ia sapu semua pikiran buruk yang terus berputar di kepalanya
kemudian berjalan keluar dari dalam mobil.
“huft..”
Deru nafasnya terdengar berat. Sambil mengendong Indri yang masih belum
terjaga, ia susuri gang-gang kecil itu. langkah demi langkah, berjalan menuju
sebuah rumah. sepi. Tak banyak orang yang berlalu lalang di jalan sana. mungkin
karena sudah sangat malam.
“darimana aja kalian?”
Tanya Fira sinis begitu keduanya sampai di depan pintu rumahnya.
“boleh kami masuk?”
Arya malah balik bertanya. Sambil tetap mengendong Indri yang pulas
tidur di punggungnya.
“langsung aja bawa ke
kamarnya!”
Jawab Fira sembari membukakan pintu. dengan segera Arya langsung masuk
menuju kamar Indri. ruangan itu sangat kecil sampai-sampai ia harus sedikit
membungkuk untuk melewati pintunya. Remang cahaya lampu. Disana hanya ada
sebuah lemari kayu, satu jendela dan kasur lipat kecil yang tampak rapih
meskipun sedikit usang. Hati-hati ia membaringkan Indri diatas kasur lipat itu,
tak lupa ia lepaskan alas kaki gadis itu, merapihkan posisi kepalanya, rambutnya,
kemudian menyelemutinya dengan sebuah selimut yang memang sudah lama ada
disana. Miris. Melihat wajah kelelahan gadis itu. aku kasihan kepadamu. andai
saja. aku bisa membuatmu lebih bahagia. Lirihnya dalam hati sembari terus
memandangi wajah Indri.
“ehmm!!!”
Gumam Fira kencang dari balik pintu. Sebuah tanda bahwa Arya harus
segera keluar dari kamar adik perempuannya itu. mimik mukanya masih terlihat
dingin. ia hanya duduk di ruang tengah sembari menunggu Arya keluar.
“duduk!”
Ujarnya pada pria itu yang langsung menuruti perkataannya.
“ada hal yang mau aku
sampaikanpadamu..aku dan Indri..”
“gw udah tahu!!”
Tanpa basa-basi Fira langsung memotong perkataan Arya.
“gw cuma mau tanya satu
hal sama lu..apa lu serius sama dia?”
Tanya Fira sambil menajamkan matanya kearah pria itu.
“kalau lu masih ragu
atau nggak tahu, sebaiknya lu hentiin aja! Tinggalin dia..cari
orang lain
yang lu pikir lebih pantes buat lu.. dan berhentilah muncul di
kehidupannya..”
Ujarnya dengan tatapan yang semakin dingin. hening. kali ini ia
benar-benar serius. tak ada rona main-main ataupun candaan dari perkataannya
itu. layaknya seorang kakak yang berusaha melindungi adiknya. Ia tak mau
melihat Indri, menderita perasaan. Sudah cukup semua kesulitan yang ia
timbulkan untuk adik perempuannya itu. ia tak ingin ada orang lain yang
menambah beban hati gadis itu.
“aku tahu apa yang aku
lakukan, jadi kamu tidak perlu khawatir..”
Jawab Arya singkat.
“apa lu bisa
dipercaya?!gw tw pikiran busuk cowok kaya macam lu!”
balas Fira ketus yang memang sudah ahli berurusan dengan banyak
laki-laki.
“saya tidak akan memaksa siapapun untuk percaya dengan
semua yang saya
katakan,itu terserah kamu..”
Arya hanya menjawabnya seperti itu sembari beranjak dari duduknya. Malam
sudah semakin larut. dengan langkah perlahan ia tinggalkan rumah itu. menyusuri
gang-gang kecil disana. sesekali ia berbalik sambil memandangi pintu rumah
Indri yang hanya diterangi lampu temarang. langkahnya tampak semakin berat.
No comments:
Post a Comment