-->
Pagi-pagi sekali Arya dan Indri sudah bersiap untuk berangkat menuju
daerah bekasi, keduanya sudah berjanji untuk datang mengunjungi ibunya yang
sangat ingin sekali bertemu dengan gadis itu, ia ingin tahu seperti apa wanita
yang sekarang tengah dekat dengan putra bungsunya itu.
Tanya Arya yang melihat gadis itu tampak diam sembari melihat keluar
jendela.
“memangnya aku kenapa?”
“tidak, tapi kamu
kelihatan diam..”
“aku sedang tidak ingin
banyak bicara, jadi konsentrasikan saja pikiranmu untuk
mengemudi..”
jawabnya dingin tanpa mau melirik ke arah Arya.
“pasti ada sesuatu?sudah
seminggu ini aku juga tidak pernah melihatmu datang
ke rumahku!!ada
apa?”
“memang aku siapa sampai harus setiap hari datang ke
rumahmu?sebaiknya
sekarang kamu
harus mulai membiasakannya..”
“membiasakan untuk
apa?”
“pokoknya kamu harus
mulai membiasakannya, mungkin saja dimasa depan
aku tidak akan
terlalu sering menemuimu lagi..”
“kamu benar-benar aneh,
bicaramu juga sangat aneh?!”
“sudahlah, ayo kita
berangkat!!”
Tanpa berkata apapun lagi Arya langsung melajukan kendaraannya menuju
jalan tol dalam kota, sepanjang perjalanan keduanya tak banyak bicara. Gadis
itu benar-benar bersikap aneh.
“Arya..”
Panggilnya lirih sembari tetap menatap keluar jendela mobil.
“huh?”
Jawab pria itu, tapi Indri tak menjawab.
“kamu mau tanya apa?”
“tidak jadi..”
Jawabnya lesu. sebenarnya ia juga tak tahu kenapa tiba-tiba ia memanggil
nama pria itu. ia benar-benar tak tahu apa yang sangat diinginkannya saat itu.
“kita sudah sampai!!”
Ujar Arya sembari memarkirkan mobilnya di depan gerbang rumah itu, rumah
yang sama besarnya dengan rumah Indri dulu, Arya benar-benar keturunan orang
kaya.
“rumahmu besar
sekali??”
“ini bukan rumahku, ini
rumah ibuku..ayo turun!!”
Ajaknya sembari membukakan pintu mobil untuk Indri, mereka berjalan
menuju pintu depan.
“ibuku orangnya sangat
tegas, tapi sebenarnya dia baik jadi kamu tidak perlu
khawatir..”
“iya..aku harap dia akan menyukai makanan yang
kubawa..”
Tiba-tiba seorang perempuan muncul dari balik pintu.
“kalian sudah datang?
Ayo masuk!”
Sapanya ramah.
“ibu mana?”
“ada, kalian tunggu saja..”
Jawab wanita itu sembari mempersilahkan Indri duduk.
“dia wanita itukan?”
“huuh..”
Jawabnya kalem.
“apa kamu sudah tidak
apa-apa?”
“kami sudah
melupakannya..kamu tenang saja!”
Indri memperhatikan sekeliling rumah itu, banyak sekali ukiran dari kayu
yang menghiasi hampir seluruh bagian rumah yang membuatnya terasa kental dengan
nuansa jawa. disana ada beberapa foto terpajang.
“ini foto kamu waktu
masih kecil?”
“bukan! itu foto Radith,
fotoku yang ada di sebelahnya..”
“ternyata waktu kamu
kecil tidak terlalu tampan ya?”
Sindir Indri sambil tersenyum geli.
“apa
berarti wajahku sekarang ini tampan menurutmu?”
“apa?”
Tanya Indri yang kurang jelas mendengar perkataan pria itu barusan, tapi
tiba-tiba seorang wanita menghampiri
keduanya.
“kalian sudah datang?”
Sapa wanita itu sembari memeluk Arya.
“iya bu..”
Jawabnya yang langsung mencium tangan wanita itu.
“ini pasti Indri kan?”
Ujarnya ramah sembari mendekati Indri.
“iya tante..”
“ayo silahkan duduk!! jangan
malu-malu anggap saja rumah sendiri..”
“oh iya bu, Indri bawa
ini buat ibu..”
“apa ini?”
“itu pastel..”
“terima kasih ya, jadi
merepotkan!!”
“nggak apa-apa tante..”
Entah kenapa tiba-tiba Indri merasa sedikit gugup ketika wanita itu
terus saja memperhatikan dirinya.
“sudah berapa lama
kalian berdua pacaran?”
“itu...”
“kalau tidak salah
sekitar 1 bulan yang lalu..”
Jawab Arya segera ketika melihat gadis itu tampak gugup.
“berarti masih
baru?kalian kenalan dimana?”
“kami tidak sengaja
bertemu saat malam tahun baru..”
Jawab Arya lagi, mengantikannya.
“kalau boleh ibu tahu,
nak Indri ini kerja atau kuliah?”
“saya kerja tante..”
“dimana?”
“di rainbow resto..
“rainbow resto?”
“itu.. sejenis restoran cepat saji..”
“kenapa nggak kuliah,
karena kalau ibu lihat usia kamu masih muda?”
“saya tidak punya biaya
untuk melanjutkan kesana, tante..”
“loch memangnya orang
tua nak Indri ini kerja apa?”
Tanya wanita itu terus menerus seolah-olah sedang mengintrograsi seorang
tersangka.
“ibu saya sudah
meninggal 3 tahun yang lalu..”
“maaf! ibu tidak ada
maksud untuk..”
“nggak apa-apa..”
Jawab Indri yang mulai merasa sedikit risih dengan pertanyaan-pertanyaan
yang terus diajukannya.
“maaf ya nak Indri,
tapi kalau boleh saya tahu meninggalnya karena
apa?sakit?”
“bu- bukan..”
“ibu!! buat apa ibu
tanya mengenai hal itu?”
“Sstt..kamu diam saja!nak
Indri juga nggak keberatan kan, kalau saya tanya itu?”
Bentaknya pelan pada putra bungsunya sambil kembali bertanya padanya.
“ibu saya meninggal..karena..bunuh
diri..”
Jawabnya terbata-bata sambil menundukan kepala.
“ya ampun..!!”
Gumam wanita itu yang terlihat sangat terkejut.
“kenapa bisa bunuh
diri?”
“ibu!!”
Bentak Arya yang tak mau mendengar percakapan itu lagi.
“apaan sih kamu!!maaf
ya nak Indri, Arya memang suka seperti itu.. kenapa bisa
sampai bunuh
diri?”
“saya juga kurang tahu
pasti penyebabnya tante..”
“saya turut berduka
atas apa yang sudah menimpa ibu kamu..”
“iya..”
Tiba-tiba dari arah dapur Vina datang sambil membawakan minuman untuk
mereka bertiga.
“silahkan di minum!!”
Ujarnya sembari menyuguhkan segelas air putih untuk Indri, kemudian
kembali masuk ke dapur.
“makasih..”
“ayo..silahkan
diminum!!”
“iya tante..”
Jawabnya yang segera meminum segelas air putih tersebut.
“kalau ayah nak Indri
kerja apa?? Beliau pasti sangat terpukul atas kematian ibu
kamu?”
“ayah
saya..”
dengan segera ia meminum lagi segelas air putih yang ada di meja. Indri
kikuk, ia tak tahu harus menjawab pertanyaan itu seperti apa.
“saya kurang begitu
tahu kabarnya tante..”
“kok bisa begitu?”
“mereka tidak tinggal
bersama bu..”
“Ooo..memangnya
kenapa?”
“itu..karena bertengkar dengan ibu ayah saya pergi dari
rumah..Sudah hampir 6
tahun kami
tidak pernah bertemu..”
“maksudnya, kabur?”
“iya..”
Jawab Indri semakin menundukan kepalanya.
“kasihan sekali? kalau
begitu sekarang nak Indri tinggal bersama siapa?”
“saya tinggal dengan
adik juga kakak saya..”
“perempuan,laki-laki?”
“perempuan..”
“kakak nak Indri kerja
apa?”
Tanyanya lagi.
“itu..”
“dia juga pramusaji!!!”
Jawab Arya segera.
“sebaiknya kamu diam
saja!!ibu nggak tanya sama kamu!!”
Bentak wanita itu semakin keras pada putra bungsunya.
“kakak
saya..dia..bekerja di Pub..”
“pub??waiters?”
“bukan..”
“bartender?”
“sudahlah bu, kita
bicarakan yang lain saja..”
“maaf ya nak Indri, apa
dia wanita malam?”
“ibu!!”
Indri tak menjawab ia hanya menundukan kepalanya semakin dalam.
“apa benar seperti
itu??”
“ibu!!”
Indri hanya menganggukan kepalanya pelan. Tiba-tiba wanita itu beranjak
dari duduknya sembari menarik Arya masuk ke dalam kamar, meninggalkan Indri
sendirian di ruangan itu.
“apa yang ibu lakukan?!
Kenapa ibu bertanya seperti tadi?!”
Bentak Arya yang merasa tak enak dengan perlakukan ibunya pada gadis
itu.
“apa kamu sudah tahu
semuanya?”
Wanita itu malah balik bertanya pada Arya dengan raut wajah yang
terlihat kesal.
“ibu tanya! Apa kamu
sudah tahu semuanya?”
Wanita itu mengulang lagi pertanyaannya, Arya tak bisa mengelak ia hanya
mengangguk pelan sambil menundukan kepalanya.
“kalau kamu sudah tahu kenapa kamu masih berhubungan
sama dia?
dimana akal sehat kamu? Kamu denger sendiri kan?Ibunya
mati bunuh diri,
ayahnya
minggat, dan kakaknya seorang pelacur? ibu tidak pernah
membayangkan
punya menantu dari keluarga seperti itu!!”
“tapi Indri perempuan
baik,bu..”
“mungkin kamu bisa
menerima semua kekurangan gadis itu, karena kamu
sedang
dibutakan dengan yang namanya cinta,tapi ibu?keluarga
besar kita?
Gimana kalau mereka sampai tahu?apa kamu tidak malu?”
“kenapa harus malu?yang Aku pilih itu dia bukan
keluarganya? Lagipula ibu
sendiri yang
selalu bilang kalau kita tidak boleh menilai orang dari
pangkat,keturunan,
atau koneksi yang menjanjikan, tapi lihatlah dari
pribadinya?dan
itu yang sedang aku lakukan sekarang?”
“tapi..masih banyak perempuan baik dari keluarga
baik-baik pula yang bisa
kamu pilih?
Kenapa harus dia?”
“kenapa ibu memilih bapak yang hanya pengrajin kayu
untuk jadi suami
ibu,ketika
masih banyak pria yang pangkat,keturunan, dan pendidikannya
lebih baik
daripada beliau?itu karena cinta..aku juga seperti itu..”
jawabnya. wanita itu hanya diam, sembari memandang wajah Arya dengan
perasaan serba salah.
“apa kamu tidak akan
menyesal?”
Tanyanya lagi sembari membelai wajah putra bungsunya itu.
“bukankah hidup itu
sebuah pilihan?”
Ia balik bertanya.
“anak bungsu kesayangan
ibu ternyata sekarang sudah dewasa!”
Ujar wanita itu sembari menepuk-nepuk pundak Arya seraya memeluknya.
Indri masih duduk ketika keduanya pergi meninggalkannya begitu saja di
ruang tamu, dengan tangan yang gemetar Indri kembali meneguk segelas air putih
miliknya. Samar ia mendengar keduanya sibuk membicarakan dirinya dari balik
pintu kamar. Pembicaraan yang lebih banyak memojokannya. Bodoh. Seperti orang
dungu ia berharap atas sesuatu yang tak pantas ia harapan, padahal sudah
berkali-kali ia berkata pada dirinya sendiri bahwa pria itu tak sebanding
untuknya tapi berkali-kali juga ia terus membumbungkan harapan hatinya terhadap
pria itu. sambil menahan rasa malu akhirnya ia putuskan untuk pergi dari rumah
itu.
“kamu mau kemana?”
tanya Vina yang tak sengaja berpapasan dengannya di pintu depan.
“saya pulang
dulu,terima kasih atas minumannya.. Permisi!”
Jawabnya sambil tersenyum. Bukannya menahan gadis itu Vina malah diam
dan membiarkannya pergi begitu saja.
Dengan langkah gontai ia mulai meninggalkan tempat itu. sambil terus
menarik nafas dalam-dalam dan berusaha menenangkan pikirannya yang kacau karena
terus memikirkan Arya, ia semakin jauh dari rumah pria itu.
“hujan??”
Gumamnya pelan sembari melihat langit yang memang sudah tampak kelabu. Awalnya
hanya gerimis kecil tapi lama kelamaan hujan malah semakin besar. Sambil menutupi kepalanya dengan tas yang ia bawa
Indri mulai berlari mencari tempat untuknya berteduh.
Kenapa hari selalu hujan jika suasana hati sedang
buruk? sebuah kebetulan yang menyebalkan!! Keluhnya
dalam hati kemudian ikut berteduh di satu halte bus bersama beberapa orang yang
sama-sama terjebak hujan.
* * *
Rinai hujan masih jatuh ke bumi, berkalang awan hitam yang hampir
memenuhi langit disertai suara petir, sebuah pertanda bahwa hujan akan lama
berhenti. Halteu bis tempatnya berteduh semakin ramai dengan orang-orang.
Dingin. Indri duduk di satu bangku yang hampir penuh, mereka duduk saling
berdekatan untuk menghalau hawa dingin yang terus merasuki tubuh mereka.
Dipandanginya tetesan air hujan yang jatuh dari flavon, entah kenapa air
matanya mulai jatuh ketika ia kembali teringat dengan kejadian di rumah Arya.
Dengan air muka yang terlihat cemas, Arya kembali coba menghubunginya. Itu
sudah hampir panggilan yang ke sepuluh, tapi gadis itu tak juga mengangkat
panggilannya. sembari mengenakan payung yang ia bawa dari rumah ibunya, Arya
terus berusaha menemukan gadis itu. Hujan yang semakin deras tambah menyulitkan
langkahnya.
“Kenapa kamu tidak mengangkat panggilanku?!”
Bentak Arya sembari berdiri di hadapan Indri.
“kenapa kamu bisa ada
disini?”
Ia balik bertanya.
“kenapa kamu pergi
begitu saja?!”
“kenapa kamu
mencariku?”
“kamu belum jawab
pertanyaanku?”
“kenapa aku harus
menjawab pertanyaanmu?”
Lekat. keduanya menatap satu sama lain, Sambil tetap diam. Mulut mereka
mungkin bungkam tapi Derasnya hujan di sertai angin seakan tak mampu
menyamarkan suara hati keduanya yang semakin keras menyatakan perasaan.
“sebaiknya kita
pulang..”
Ajak Arya sembari menarik lengan gadis itu, tapi dengan cepat di
tepisnya.
“kamu pergi saja! aku
sedang tidak ingin melihat wajahmu..”
Ujar Indri lirih, sembari memalingkan wajahnya.
“jangan seperti
ini..kamu harus ikut pulang bersamaku!”
“apa kamu tidak
mengerti juga!! Aku bilang, aku sedang tidak ingin
melihatmu!!!”
bentak Indri histeris pada pria itu yang sontak saja membuat orang-orang
di sekitarnya memperhatikan mereka.
“kamu tidak mau
pergi?!”
Tanyanya lagi.
“baik kalau itu mau
kamu!”
Bentaknya sembari mendekati Indri yang masih menundukan kepala, kemudian
tiba-tiba ia menarik wajah gadis itu kearahnya dan menciumnya saat itu juga. Hening.
yang terdengar hanya suara tetesan air dari plavon, Dan puluhan pasang mata
yang langsung saja memperhatikan keduanya.
“apa yang kalian
lakukan?!ini tempat umum!kalau mau pacaran cari tempat
lain saja!
dasar anak muda jaman sekarang!!!”
Bentak salah seorang kakek yang juga berada ditempat itu sembari memukul
kepala Arya dengan tongkat jalannya.
“akh..”
Sontak Arya langsung melepaskan pegangan tangannya dari pundak Indri.
sementara gadis itu masih terlihat sangat terkejut, ia hanya diam kemudian
mulai menangis.
“awW!! Saya minta maaf,
tolong hentikan!!!”
Pinta Arya sambil berusaha menahan tongkat yang terus saja mengarah ke
kepalanya.
“kamu tidak apa-apa,
dek?”
Tanya seorang lain yang melihat Indri mulai terisak-isak.
“apa dia ini pacarmu?”
Tanya kakek itu pada Indri yang tak menjawab sambil tak berhenti
menangis.
“dasar berandalan!!! Beraninya kamu berbuat kurang
ajar seperti itu pada
seorang
wanita!!!pergi sana!!”
Sentak kakek itu semakin kesal.
“akh..anda salah
paham..sebenarnya kami..”
“sana pergi!!!”
Pukulnya makin keras. Tiba-tiba beberapa orang yang berada disana juga
ikut membantu kakek tua itu memukuli Arya, sampai ia jatuh tersungkur ke tanah.
Indri masih diam dan tak berhenti menangis. ia tak tahu harus berbuat apa. Saat
itu pikirannya benar-benar kosong.
“akh..Indri tolong
aku!!!”
Panggil Arya sambil mengerang kesakitan.
“Indri..tolong aku!!”
Panggilnya lagi dengan suara yang mulai parau.
“Indri..”
Suara panggilannya semakin kecil.
akhirnya setelah beberapa lama Indri mulai sadar dengan keadaan
sekitarnya. Dengan segera ia menerobos kerumunan orang-orang tadi untuk
menyelamatkan Arya yang sudah terlihat sangat berantakan.
“hentikan!!! Saya mohon
hentikan!!”
Cegah Indri sambil menahan beberapa pukulan kearah pria itu.
“kenapa kamu
menolongnya?”
Tanya si kakek tua keheranan.
“tolong jangan pukuli
dia lagi..”
“kenapa? Kamu kenal
dengan orang ini?”
“dia..dia..suami
saya..kami sedang bertengkar..maaf!”
Ujarnya sembari membungkukkan badannya.
“suami?kenapa kalian
tidak bilang dari tadi?!!”
“saya minta maaf, ini
semua memang salah saya!!”
Ujarnya lagi sambil semakin membungkuk.
“maaf ya..saya pikir
kamu orang mesum!!lain kali kalau kalian bertengkar
sebaiknya
bicarakan baik-baik di rumah, kalau seperti ini kan orang lain bisa
salah sangka..”
Ujar kakek tua itu menasehati seraya membantu Arya berdiri, kerumunan
orang yang tadi ikut memukuli Aryapun akhirnya berhamburan pergi meninggalkan
ketiganya.
“iya kek!”
Jawab Indri lesu sembari memberikan tongkat pria tua itu yang tergeletak
di jalan.
“jaga Istri kamu
baik-baik!!!”
Ujar kakek itu sambil menepuk-nepuk pundak Arya yang sudah babak belur,
kemudian pergi meninggalkan keduanya. begitu sosok pria tua itu pergi tiba-tiba
Arya langsung membentak Indri dengan perasaan kesal.
“kenapa kamu tidak
menolongku dari tadi! Lihat! wajahku babak belur seperti ini
karenamu!!”
bentak Arya sambil merapihkan kemeja dan rambutnya yang masih
berantakan. Tapi tiba-tiba sebuah kepalan tangan mendarat keras di pipi
kirinya.
“brengsek!! apa buatmu ini
menyenangkan? Kenapa senang sekali
mempermainkan
perasaan orang..”
gumamnya lirih.
“aku ini bodoh sekali! kenapa bisa menyukai orang sepertimu..”
Ia mengeluh sembari menutupi kedua matanya yang mulai basah karena
menangis.
Sementara pria itu hanya memandanginya. Hening. keduanya hanya seperti
itu. ketika waktu terus berlalu, ketika air hujan sudah mulai berhenti, ketika
mendung sudah mulai lenyap perlahan, keduanya hanya tetap seperti itu.
* * *
Sambil memandang keluar jendela mobil Indri masih tak berhenti menghapus
basah di kedua pipinya. Mereka tak saling bicara sepanjangan perjalanan pulang
hingga kendaraan itu berhenti di satu gang menuju rumah Indri. dengan segera ia
keluar dari dalam mobil kemudian menutup pintu kendaraan perlahan berjalan
menjauhi tempat itu.
“apa kamu tidak pernah menyukaiku sama sekali?”
Arya hanya duduk di jok mobilnya sambil memperhatikan punggung gadis itu
yang semakin lama semakin kabur dari pandangannya.
“aku mencintaimu, tidakkah
terlihat jelas olehmu?”
Dengan langkah longlai Indri berjalan pulang, wajahnya lesu. Ia berjalan
sedikit demi sedikit menuju rumahnya melewati sebuah gang sempit yang panjang,
gelap, juga sepi. tak ada siapapun selain dirinya dan tiang lampu yang mulai
menerangi jalan itu. sampai tiba-tiba terdengar suara langkah kaki berlari
mendekatinya.
“Indri..”
Panggil orang itu dengan nafas terengah-engah. Ia berhenti, kemudian
berbalik. Dipandangi wajahnya lekat-lekat,
kedua matanya kembali basah. Dengan segera orang itu berlari mendekat
kearahnya.
“maaf..”
Nyata Arya singkat.
“aku benar benar minta
maaf..”
Indri hanya diam sambil memperhatikannya dengan tatapan tak mengerti,
kedua mata sayu gadis itu tampak tak berhenti mengeluarkan butiran-butiran air.
“berhentilah menangis,
aku tidak ingin melihatmu menangis karenaku..”
Ujar Arya sambil menghapus butiran air di kedua pipi gadis itu kemudian
menariknya ke dalam dekapan.
“maaf..”
Ujarnya lagi sembari menenangkan Indri, tapi entah kenapa gadis itu
malah semakin tak bisa berhenti mengeluarkan air mata. Hangat. Sambil berusaha
menahan mataku agar berhenti menangis aku bisa mendengar detak jantungnya yang
begitu kencang. Rasanya aku tak mampu berdiri. Entah apa yang terjadi pada
kami.
Sering aku bertanya pada diri sendiri..
Siapa yang salah?
Aku..
Kamu..
Atau dunia yang tak mau mengerti..
Bukan keinginanku
Memiliki rasa seperti ini..
Aku bahkan tak tahu apa arti cinta..
Aku tak tahu apa arti ketulusan..
Yang aku tahu..
Rasa ini..
Menarikku untuk ingin selalu berada di dekatmu..
No comments:
Post a Comment