Tuesday, December 6, 2011

Cerbung : Diary Diar #2


DIARY DIAR
Ketika cinta menjadi sebuah hal yang menakutkan


             “maaf!”
Sophie mulai memakan bakso yang sedari tadi di biarkanya.
            “kalau boleh tahu..nama kamu siapa?”
            “reza”
Jawabnya masih tetap dingin.
            “aku sophie!”
            “aku udah tahu!”


Tidak terasa jam istirahat sudah habis, semua siswa kembali ke kelas masing-masing termasuk reza dan sophie.  di luar cuaca mendung,kemudian hujan disertai petir yang cukup mengelegar..semua orang serius mengikuti pelajaran maklum yang mengajar saat itu pak hilman guru fisika yang kekejamannya terkenal seantero sekolah,ketika semua orang tengah serius sophie malah melamun, khayalannya melanglang buana pikiran yang sungguh menggelikan ia membayangkan dirinya bersama reza dalam berbagai versi mulai dari versi sunda ala kabayan dan nyi iteung sampai versi india....
            “kekekekekekekeke....”
Cekikikan sophie pelan.
            “KAMU!!!!!”
Suasana yang sedari tadi hening tambah mencekam ketika sang killer berteriak memanggil seseorang. Ia lalu menghampiri sophie yang masih asyik dengan khayalannya.
            “HEI!!!”
Sentaknya ketelinga sophie.
            ‘’ada apa pak??”
Tanya sophie kalem.
            “kamu murid baru???Siapa nama kamu??”
            “sophie pak”
            “kamu Tau, saya paling tidak suka ada siswa yang tidak memperhatikan ketika saya
  sedang memberikan penjelasan!”
“saya nggak tau pak...kan saya murid baru disini..”
Jawabnya polos.
            “Ayo Kedepan! Kerjakan soal nomor satu! SEKARANG!”
Bentaknya makin keras.
Sophie beranjak dari tempat duduknya, sesampainya di depan ia terdiam sambil memengangi spidolnya.
            “kenapa diam???tidak bisa mengerjakanya??”saya tidak peduli kamu murid baru atau
  Bukan Saya Paling benci dengan orang bodoh yang kerjaanya suka melamun seperti
  kamu...Tidak Punya..”
Ocehnya tanpa henti sambil berkeliling di ruangan kelas.
            “sudah pak!”
Ujar sophie menghentikan ocehan guru fisika itu. Dan tanpa izin ia langsung kembali duduk ketempatnya.
            “pintar Juga kamu, sengaja saya beri soal yang susah agar kamu kapok, tapi ya sudahlah...
              Lain kali jangan di ulangi lagi!”
Ujar pak hilman sambil memeriksa jawaban sophie yang begitu terperinci..
Kini sebaliknya Reza yang malah terus memperhatikan sophie, ia keheranan soal yang dari tadi membuatnya frustasi bisa sophie kerjakan dalam waktu singkat.
Sampai waktu pulang sekolahpun tiba. .
            “Reza..!!!’’
Sapa sophie tiba-tiba dari arah belakangnya,Namun ia tak bergeming.
            “ Iiiiihhhh....jutek banget sih! Aku pulang dulu ya, jangan kangen loch??”
Rayu sophie sambil meninggalkan reza yang tetap acuh terhadapnya.

Hari itu sophie merasa sangat senang, ia tak menyangka reza akan mengajaknya ke kantin sekolah bersama. Sophie merasa ada seseorang yang bisa dijadikan teman olehnya maklum dari dulu tak ada seorangpun yang mau menemaninya karena mereka selalu menganggapnya aneh, otomatis ia tak punya teman sama sekali dan baru reza lah yang datang menghampirinya.

Sore itu jalanan sepi tak terlalu banyak orang yang berlalu lalang bahkan tak kelihatan mungkin karena hampir petang orang-orang sudah lebih dulu sampai ke rumahnya masing-masing. Dari kejauhan tampak empat orang siswa SMA tengah asyik nongkrong sambil memegangi botol minuman, dari tampangnya sudah terlihat jelas bahwa mereka bukan siswa SMA biasa, lama-kelamaan mereka berempat makin mendekati sophie lalu tiba-tiba menghadang jalannya...
            “berhenti loe!!”
Seru salah satu dari mereka.
            “ Kalian mau apa?”
Tanya sophie sambil memandangi mereka satu per satu.
            “sini-in tas loe!!”
Sentak sang ketua geng sambil mencoba menarik tasnya. Tapi sophie menghindar, lalu salah seorang dari mereka menodongkan sebuah pisau lipat ke arah wajah sophie dan memaksanya lagi.
            “Sini-in!!!!”
Kalau kalian pikir sophie bakal ketakutan, panik plus keluar keringat dingin waktu di todong seperti itu kalian “BETUL SEKALI” bahkan lebih dari itu ia menangis sambil merengek seperti anak kecil umur 5 tahun yang di ambil permennya secara paksa, melihat ekspresi sophie ke empat orang itu hanya kebingungan, karena baru kali ini mereka bertemu dengan cewek supercupu seperti sophie. tapi kebingungan itu tidak berlangsung lama, mereka langsung merampas dan mengorek-ngorek isi tasnya.
            “lumayan tajir juga nie cewek!”
Ujar salah seorang dari mereka yang baru saja mendapati isi dompet sophie. ketika mereka sibuk mengorek-ngorek isi tasnya tiba-tiba..
            “PRAKKKKKKKKK!!!!”
Bunyi pecahan gelas terdengar sangat nyaring, seketika itu juga darah mengucur deras dari kepala sang ketua geng, ia terbujur lemas sambil memegangi kepalanya yang kesakitan
            “jangan ganggu dia!!!!”
            “kamu???”
Gumam sang ketua geng itu lemah dengan pandangan penuh ketakutan. Melihat ketuanya jatuh bersimbah darah ketiga orang yang lain malah lari ketakutan dan meninggalkannya begitu saja, sophie yang masih menangis pun ikut berlari meninggalkannya sendirian.

Hari semakin larut, sesampainya di rumah ia langsung menutup diri di kamar. Bunda anita yang melihatnya menangis begitu sampai di rumah, langsung menghampirinya.
            “sophie, ada apa?kenapa kamu menangis?”
Suaranya sayu sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar.
            “enggak apa-apa kok, aku Cuma cape aja pengen istirahat..”
Jawabnya dari balik pintu sambil terisak-isak. Meskipun ia masih merasa khawatir tapi ia tak berani bertanya terlalu banyak pada sophie, mungkin karena ia tahu bahwa sophie itu selalu menutupi perasaannya pada siapapun, semua masalah selalu di pendamnya sendiri setelah

2 februari 2009

Dear,
Hari ini binatang jalang itu bercucuran darah! Pecahan kristal-kristal kaca itu berhamburan di hadapan ekor kepalanya sendiri. Aku tak lemah! Takkan q biarkan seorangpun mengusik tempat persinggahanku! Takkan ada yang bisa menyakitiku, karena sakitmu adalah sakitku.

Diar                
mendengarkan jawaban sophie yang penuh kebohongan itu ia pun beranjak dari depan pintu kamar sophie sementara sophie tengah tertunduk lemas di salah satu sudut kamarnya.
            “kenapa? Kenapa kamu selalu mengikutiku??”
Gumamnya dalam hati, sampai matanya terpejam karena terlalu lelah menangis.

           
  *         *           *           *           *           *           *           *           *           *           *


sehari setelah peristiwa yang menimpanya itu sophie tidak masuk sekolah, ibunya menelepon pihak sekolah untuk memberitahukan bahwa ia sedang sakit. Tak ada yang berbeda di kelas tanpa kehadiran sophie, bahkan tak ada satupun dari mereka yang sadar kalau hari itu ia tak masuk sekolah kecuali reza, rasanya ada yang menganggu perasaannya ketika sophie tak ada. Ia merasa benar-benar sepi...
“hai Za!!!”
Sapa ami sambil menghampiri Reza yang tengah menikmati makan siangnya...
            “Za, aku nggak cemburu kok sama kejadian waktu itu, karena aku tahu kamu Cuma mau
  Nguji kesabaran aku aja kan?”
Reza tak menanggapinya sedikitpun ia hanya sibuk melahap makanannya.
            “ngomong-ngomong cewek yang kemarin itu siapa??”
Reza hanya meliriknya dengan mata yang begitu sinis.
            “dia temen kamu??”
Ia tetap tak bergeming.
            “za! Jawab donk! Dia temen kamu apa pacar kamu??”
Tanyanya dengan nada kesal.
            “bukan urusanmu! lagi pula, kamu siapa??”
Jawabnya dingin. Sambil meneruskan makannya.
            “aku ami! Masa kamu lupa?? Cewek yang kamu tolong waktu acara LDKS sekolah!!”
Reza memandangi wajahnya sejenak.
            “ SMP Bina karya!”
Ujarnya lagi mengingatkan. Reza termenung sesaat.
            “aku nggak inget!!”
            “za coba inget-inget lagi???”
Pintanya sembari memelas. Tapi reza hanya memandangnya sinis, sorot mata yang begitu tajam sebuah isyarat mutlak untuk menyuruhnya berhenti bicara dan pergi meninggalkan reza saat itu juga. Begitu ami pergi meninggalkannya ia kembali termenung “TEMAN??” perasaan itu makin mengusik pikiran reza, benarkah??
            “kamu mau kemana?”
Tanya bunda yang melihat sophie tampak seperti itu lagi.
            “aku mau keluar sebentar”
Anita hanya memperhatikan sophie dari jauh. Ia tak suka melihat sikap sophie yang seperti itu. Saat itu ia merasa begitu khawatir.
Tak terasa hari sudah semakin senja. kali ini reza berjalan sendiri, dengan santainya ia menyusuri komplek-komplek perumahan yang tertata rapih lengkap dengan pepohonan rimbun tiap 2 Meter ia melangkah. Tak lama langkahnya terhenti tepat di seberang taman, pandanganya menyebar kesekeliling. Nun jauh dari tempatnya berdiri tampak seseorang tengah berdiri di bawah pohon besar, rambut panjangnya terurai di kibaskan angin semilir, dress putih yang di kenakannya begitu cantik hingga menyihir reza seketika itu juga. Menahanya lama hanya untuk sekedar memandanginya. Seorang perempuan, reza benar-benar tersihir padahal ia tak melihat wajahnya. pandangannya kabur membayangkan perempuan itu. Ribuan pertanyaan mengelayuti reza sampai ia sadar sosok yang dari tadi menyihirnya telah lama pergi. Ia menelan ludah, “aku akan kembali!! Dan kupastikan saat itu aku sudah mengenalmu!”  Gumamnya dalam hati sambil berlalu pergi meninggalkan taman itu.
           
            Pagi yang cerah,  akhirnya senyum lesung itu tampak lagi. Di lorong sekolah sophie berlari menghampiri reza yang tampak melamun.
            “Reza...”
Rangkul sophie dari arah belakang.
            “kamu??”
Pandangnya sinis namun tetap tidak bisa menutupi rasa senangnya ketika ia melihat senyuman khas itu kembali lagi, dan...
            “TUKKK!!!”
Lagi-lagi kepalan tangan itu mendarat di kepala sophie.
            “kamu itu kenapa sih??!!!”
Reza tak menjawab pertanyaan sophie.
            “apa jangan-jangan kamu kangen ya sama aku???”
            “he he..”
Tawanya sinis sambil berjalan mendahului sophie.
            “uhh...padahal aku kangen banget loch sama kamu...”
Reza berbalik, tangannya mengambil ancang-ancang untuk melemparkan jurus jitunya ke kepala sophie lagi, namun ketika ia semakin dekat, sophie segera menahannya dan mengenggam tangan Reza kuat-kuat...
            “sebenernya kamu ini nganggap aku apa?”
Tanya sophie lirih sambil tertunduk.
            “dari awal aku udah suka sama kamu!!”
Melihat tatapan sophie yang begitu serius reza langsung terperanjat.
            “za... apa kamu mau..”
Kata-katanya terputus, reza benar-benar salah tingkah mendengar pengakuan sophie wajahnya tampak merah padam. Sophie yang menyadari hal itu langsung tersenyum simpul, di tatapnya reza dalam-dalam, lalu. .
            “Jadi temen aku!!!”
Ujarnya datar. Spontan ia langsung nyengir kuda dan..
            “TUKKK!!”
Sebuah kepalan keras mendarat di kepala reza, begitu puasnya sophie langsung berlari sambil tertawa karena takut reza akan mengejarnya.sampai bayangan sophie tak tampak lagi di matanya reza masih tetap tak bergeming ia hanya berdiri membatu dengan rona wajah yang semakin memerah. Sepanjang hari itu di mana ada reza pasti ada sophie, di kelas, di kantin, di lapangan, di perpustakaan, bahkan di toilet tapi yang pasti  sophie nggak ikut masuk kedalamnya, pokoknya mereka berdua sudah seperti kembar siam nempel kayak perangko yang kemana-mana selalu berdua. Secara tak langsung apa yang mengelitiki reza beberapa hari itu terjawab sudah mereka hanya sekedar berteman...ya hanya teman tak lebih, tapi entah apa yang di pikirkan reza  yang jelas ada satu perasaan yang terasa saat ia berada di dekat sophie, cintakah???
Tak ada yang tahu, hanya reza yang mengerti perasaan itu. Tapi orang-orang di sekitarnya tak mau tahu akan perasaannya yang sebenarnya, yang mereka tahu reza dan sophie begitu dekat seperti pasangan kekasih.
            “hari ini tambah satu saingan gw !!!”
Pandangan sinis dan penuh kebencian itu muncul dari wajah cantik ami, ia bersumpah takkan membiarkan siapapun bisa mendekati reza termasuk sophie walaupun nyawa sebagai taruhannya.

Setelah terbebas dari sososk sophie yang terus menerus mengikutinya reza kembali melewati jalan yang ia lalui kemarin dan berhenti tepat di seberang taman  tempat dimana ia melihat gadis itu. Tak lama reza menunggu sosok itu muncul dari balik pohon rambut yang sama, gaun yang sama seperti waktu itu... ia yang duduk di samping kolam. .mungkin sedang memberi makan ikan..
Sungguh cantik..desirnya dalam hati, reza memandanginya dari jauh tanpa berani mendekat dan menyapanya...ia hanya terpaku...”apa ini? Perasaan reza saat itu benar-benar rumit.
            “aku pulang”
Ujarnya begitu sampai di rumah. Tak ada yang menyahut salamnya itu. Suasana rumah tampak sepi seperti biasa. Reza berjalan ke arah dapur. Sesampainya disana yang ia temukan hanya sebuah notice menempel di pintu kulkas.
            “kami pergi untuk melihat pagelaran nidiya, jaga rumah baik-baik ya!’”
                                                                                                                        Mama.
Isi secarik notice itu. Reza kembali ke ruang keluarga sambil membawa sebotol air mineral,sepi.ia  besandar di sofa besar sambil memandangi foto keluarganya yang ada di sana semakin lekat ia memandangi foto itu, tiba-tiba butiran-butiran air muncul dari sela-sela matanya. Ia menghela nafas begitu panjang kemudian tertidur seorang diri di atas sofa itu.


            *           *           *           *           *           *           *           *           *           *           *



I DON’T LIKE SUNDAY!!!!!
Jerit sophie dalam hati, hari minggu bagai kiamat kecil baginya karena ia tidak bisa bertemu dengan reza di sekolah, maklum ia juga tak tahu alamat rumah reza ataupun nomor handphonenya. “dasar bego!!! Kenapa waktu itu nggak minta sama reza ya?” sesalnya di akhir. Sophie larut dalam penyesalnya itu sampai-sampai ia tak menyadari bahwa ibunya telah berada di hadapannya.
            “sophie...”
Panggilnya lembut, namun sophie tak merespon panggilannya itu.
            “sophie..!”
Panggilnya lagi dengan nada yang lebih tinggi.
            “ia..bun?!”
            “bisa anter bunda ke supermarket nggak?”
            “OKE!.. tapi sophie mandi dulu”
Setelah sophie dan anita siap, mereka segera bergegas menuju supermarket di daerah setiabudi dengan mobil avanza warna birunya. Belanja bulanan hari ini benar-benar melelahkan dari bulan-bulan kemarin, bawaannya juga lebih banyak dari biasanya mungkin gara-gara supermarket yang mereka datangi sedang mengadakan diskon besar-besaran. Maklumlah ibu-ibu itu kan kalau denger kata “DISKON”  langsung gelap mata terus belanja abis-abisan. Bahkan barang-barang yang jarang di butuhkanpun asal ada label diskon apalagi sampe 70% pasti langsung di sikat abis.
            “akhirnya selesai juga..”
Desah anita lega. Sophie hanya mengangguk, ia tak bisa berkata apa-apa rasanya badan sophie remuk semua. Seperti mau pingsan saja tapi ia tahan karena takut merepotkan anita. Sambil membawa belanjaan mereka berhenti sejenak di sebuah lokasi foodcourt untuk makan siang sekaligus beristirahat. Mereka duduk di meja paling sudut maklum hari minggu  tempat-tempat seperti itu dipenuhi pengunjung sudah dapat tempat duduk saja sudah bersyukur. Anita pergi untuk memesan makanan yang sebelumnya sudah mereka setujui,tapi karena merasa bosan sophie pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri anita hanya untuk memastikan pesanannya. Tak lama mereka kembali sambil membawa setumpuk makanan.

Sophie melongo keheranan. Saat mereka kembali disana sudah ada dua orang perempuan seumurannya sedang asyik mengobrol sambil menikmati makanan mereka. Barang-barang belanjaan yang seabreg di atas meja sudah berpindah tempat dibiarkan menumpuk di samping meja mereka. Sadar tengah diperhatikan oleh sophie dan anita salah seorang dari mereka mencoba untuk pindah dari tempat itu, namun dicegah oleh yang satunya.
“bukan salah kita kalau tempatnya kita pake toh ini fasilitas umum siapa cepat dia     dapat!”
Ujarnya sambil meneruskan makannya.
            “tapi kan...”
Timpal sophie hendak membalas tapi ditahan oleh anita.
            “sudah, kita pergi saja”
Ajak anita yang tak mau memperpanjang masalah. Mereka lalu membereskan barang belanjaan yang bertumpuk sambil meninggalkan tempat itu. Sophie masih memandangi mereka berdua.
            “dasar anak zaman sekarang! Ayo sophie kita cari tempat yang lain”
            “mereka nyebelin banget, q doa’in biar celaka!”
            “eh...jangan ngomong kayak gitu, mungkin memang salah kita”
Mendengar perkataan anita sophie merasa terpojokan, semua perkataan anita secara tidak langsung seakan menyalahkannya rasanya sophie ingin menangis saat itu juga tapi tidak jadi karena malu.
            “bun...sophie ke toilet dulu ya..”
Izinya sambil bergegas pergi, mungkin disana ia baru bisa menangis sepuasnya. Suasana di tempat itu sangat ramai. Mereka, kedua perempuan tadi tampak berjalan beriringan menuju eskalator. Ramai, mereka berdiri di depan eskalator hendak turun ke lantai 2. Sampai tiba-tiba entah apa yang terjadi salah satu dari mereka terjatuh dari eskalator tersebut, tubuhnya jatuh tersungkur ia tak sadarkan diri. Darah menngalir deras dari kepalanya tangan dan kakinya juga tampak luka memar karena terbentur terus menerus. Temannya terus menangis melihat kondisinya itu ia tampak kebingungan tak tahu harus berbuat apa yang ia lakukan hanya menangis dan berteriak memanggil-manggil nama temannya. Dalam sekejab semua orang berbondong-bondong berkerumun di tempat itu ada yang menolong tapi ada juga yang sekedar melihat hanya untuk menghilangkan rasa penasaran mereka. Di sudut lain.
            “maaf bun lama nunggunya, tadi penuh banget antriannya”
            “nggak apa-apa, sekarang ayo kita pulang!”
“iya”

6 februari 2009
Dear,
Jangan percaya pada siapapun, mereka telah menyakitimu! Mereka telah menyakiti kita berdua. Biarkan saja...aku masih berbaik hati untuk tidak membunuhnya. Dasar perempuan jalang kalau bukan karena dia .. tak akan kubiarkan kemalangan itu meninggalkanmu!!

Diar.
Angguknya sembari membawa barang belanjaan. Di luar gedung tampak mobil ambulanc sudah siap siaga. Kedua perempuan itu keluar tapi keadaanya berbeda dengan saat mereka datang ke gedung itu. Yang satu tampak lemah tak berdaya terbaring dengan kepala yang terus mengeluarkan darah yang satunya lagi tampak begitu panik dan ketakutan. Mobil yang diparkir anita tidak jauh dari tempat itu, sophie dan anita tampak kaget ketika melihat mereka di bawa kedalam mobil ambulanc
            “ Mereka? Bukannya anak-anak yang tadi?”
Gumam anita tak percaya. Sophie tak bergeming ia hanya memandangi keduanya dengan pandangan kosong.
“mungkinkah?”
Sebuah pertanyaan berputar-putar di kepalanya, tapi ia tepis dengan segera.
“mungkin mereka memang pantas mendapatkannya”
gumamnya kemudian dalam hati.


  *         *           *           *           *           *           *           *           *           *           *



“ENGGAK!!!!!”
Teriak reza begitu nyaring.
“kenapa?”
Keluhnya lirih.
          “aku nggak mau”
          “pokoknya kamu harus mau?”
Pintanya manja sambil memaksa.
          “nggak!”
Jawab reza tegas. Mata sophie tampak berkaca-kaca hendak menangis kepalanya tertunduk lesu, melihatnya yang seperti itu reza benar-benar merasa tidak tega.
          “dasar manja! Oke..oke aku mau. Kapan?”
          “beneran?”
          “iya”
Jawabnya malas.
          “asyik!! Hari ini Pulang sekolah kita pergi ya!”
Reza mengangguk berat. Rencananya gagal total tadinya sepulang sekolah ia ingin pergi ke tempat itu lagi untuk melihatnya, melihat perempuan taman itu. Tapi tak jadi karena keinginan sophie yang tak bisa ia tolak, cewek childish yang satu ini memaksanya untuk pergi ke suatu tempat sepulang sekolah. Ia begitu antusias seperti baru pertama kali pergi ke tempat itu. begitu mereka sampai disana.
          “kenapa sih? Kamu nggak seneng aku ajak kesini?”
Reza tak bergeming ia hanya memasang wajah cemberut sambil bersandar ke tembok.
          “padahal ini kali pertama aku pergi nonton ke bioskop”
Ujar sophie kecewa sambil berkaca-kaca.
          “huft...kita mau nonton apa?”
Tanyanya sambil menghela nafas.
          “apa ya?? Kalau yang itu gimana!”
sambil menunjuk salah satu poster film yang terpampang di dinding bioskop. Reza  tertegun heran, biasanya cewek tipikel kayak sophie sukanya film-film cengeng kayak drama romantis yang kerjaannya Cuma ngomongin cinta melulu. Tapi  reza salah, sophie malah memilih film keluaran korea yang punya judul “Taeguki” dari posternya saja sudah kelihatan kalau ini film zaman pergerakan kemerdekaan, bener-bener tontonan berat buat anak seumuran sophie sama reza meskipun kebanyakan adegannya tentang strategi perang, tembak-tembakan, mayat dimana-mana, tapi cerita romannya juga nggak kalah seru.  Reza yang tadinya agak berat sekarang malah menikmati film itu dari awal sampai akhir.
“filmnya seru ya za?”
“udah malem, aku anter kamu pulang”
Balasnya ketus. Sophie hanya tersenyum simpul, hujan gerimis mengiringi langkah mereka.
          “nih!”
Ujar reza sambil menyodorkan jaketnya kepada sophie.
“buat apa?”
Rayu sophie manja.
“hujan! Nanti kamu sakit..ayo cepet pake!”
Sentaknya sambil membuang muka. Sophie makin tersenyum. Hangat, benar-benar hangat. Belum pernah ada yang sebegitu perhatiannya pada sophie baru reza bahkan mungkin hanya reza.
 “jalan ini?” inikah jalan yang menuju tempat itu?” jadi selama ini sophie tinggal di daerah sini?” gumam reza tak percaya begitu ia sampai di tempat dimana ia sering melihat perempuan itu.

 Pandangannya menyebar kesekeliling taman tapi sosoknya tak tampak mungkn karena sudah malam dia mungkin sudah pergi dari taman itu.
          “kita udah nyampe...makasih ya za!”
          “sama-sama, aku pulang dulu ”
Pamit reza Meninggalkan sophie di depan pintu rumahnya..
          “nggak mau masuk dulu?”
          “nggak usah udah malem, aku pulang”
          “dah..!”
Reza tak menyambut salam itu. Tapi ya sudahlah ia memang seperti itu.
          “baru pulang?”
          “iya bun..”
Jawab sophie sumringah
          “anak bunda sunyam-senyum gitu, emang tadi abis dari mana?”
          “bioskop!”
          “sama siapa? Pacar ya?”
          “ihhh...bunda ini...namanya reza..dia temen sebangku aku”
Sambil menghampiri anita yang tengah sibuk menghangatkan makan malam mereka
          “oow...kamu udah makan belum? Nie Bunda angetin lagi makanannya”
          “ya ampun!”
Teriak sophie tampak kebingungan.
          “ada apa?”
          “sophie keluar dulu sebentar ya bun!”
          “eh...mau kemana?baru aja pulang udah mau pergi lagi?”
          “sebentar!”
Sepi. Reza pergi ke taman,berhenti sambil memandanginya lama kemudian  ia kembali melanjutkan langkahnya. Baru empat langkah ia berjalan tiba-tiba sekelompok berandalan menghadangnya.
          “berhenti loe!”
          “kalian mau apa?’’
Tanyanya dingin. Tapi Mereka hanya tertawa
“gw nggak ada urusan sama orang yang nggak berguna kayak kalian”
Ujarnya santai sambil meneruskan langkahnya.
          “eits...lu pikir lu mau kemana?”
Cegatnya sambil mendorong dan menodongkan pisau lipat kearah wajah reza.
          “kalian?”
Tiba-tiba sophie datang, entah kenapa begitu melihat sophie wajah mereka  langsung tampak pucat pasi.
          “bos cewek yang waktu itu!”
          “ayo kita cabut!”
Serunya pada anak buahnya yang lain, sambil berlari menjauhi mereka berdua.
          “kamu nggak apa-apa kan za?”
Tanya sophie cemas sambil membantu reza berdiri.
          “nggak apa-apa, ini aneh! Kenapa mereka lari waktu lihat kamu?”
          “aku juga nggak ngerti”
Ujarnya polos. Keduannya terdiam sejenak.
          “ngomong-ngomong kenapa kamu balik lagi kesini?”
          “ini...aku mau balikin jaket kamu!”
Suguh sophie sambil menyodorkan  jaketnya.
          “Cuma karena itu?!”
Reza tertegun.
          “iya!”
          “hmmm...tapi makasih ya, klo kamu nggak datang mungkin..aku..”
 Reza hanya tersenyum. “Reza tersenyum”. hal itu benar-benar sulit di percaya.
          “sama-sama,kalau gitu aku pulang dulu ya za!”
Ketika sophie akan pergi tiba-tiba reza menarik tangannya.
          “ada apa?”
Reza menarik nafas dalam-dalam.
          “ada hal yang mau aku tanyain ke kamu!”
          “apa?”
          “apa kamu...”
Kata-katanya terhenti.
“dasar bodoh! Buat apa aku tanyain soal perempuan itu ke dia, belum tentu dia juga kenal!”
gumamnya dalam hati.
          “apa?”
Tanya sophie lagi . Tapi reza hanya terdiam.
          “nggak apa-apa...nanti aja aku tanyain lagi”
          “ya udah...aku pulang dulu ya!’
          “hmmm”
Angguknya dengan wajah yang masih tampak melamun.

Hari yang baru di sekolah. Entah kenapa hari ini sophie ketiban sial terus. Dimulai saat ia masuk gerbang sekolah, di tengah jalan sebuah mobil kijang inova berwarna hitam melewati genangan air hujan dengan kecepatan tinggi yang akhirnya membuat cipratan-cipratan air itu mendarat di seragamnya, bukan Cuma itu saat jam istirahat di kantin setumpuk mie baso juga jatuh menimpanya, sepatu hilang saat jam olahraga, buku PR yang ia bawa juga ikut-ikutan lenyap otomatis ia di hukum berdiri di lorong sekolah selama jam pelajaran itu. Setumpuk kesialan itu entah datang dari mana hanya kebetulan kah atau? Pokoknya sophie udah nggak karuan banget hari itu.
          “uhhhh...sebel!!”
Eluhnya sambil bersandar di bahu reza. Tapi reza malah sibuk memikirkan sesuatu ia tak merespon kata-kata sophie.
          “sophie...aku mau tanya sesuatu”
          “pertanyaan yang kemarin ya?apa????”
          “apa kamu tahu tentang dia....”
Reza menceritakan semua tentang perempuan itu. Saat ia pertama kali melihatnya sampai sekarang. Tapi mendengar semua cerita reza sophie hanya mengerutkan dahinya, dan terdiam.
          “apa kamu kenal dia?”
Sophie masih tampak melamun. Lalu tiba-tiba memandang reza dalam-dalam. Dan tersenyum simpul.
          “kalau tahu emang kenapa?”
          “siapa?namanya siapa?”
Tanya reza antusias.
          “eitss...nggak semudah itu..”
          “apa?!”
          “kamu harus beliin aku ice cream sama anterin aku pulang dulu”
Tanpa pikir panjang reza langsung menuruti kemauan sophie. Sore itu sepulang sekolah reza membelikan ice cream manapun yang sophie inginkan dan mengantarkannya pulang sampai ke depan pintu rumahnya.
          “makasih ya za!’
Ujar sophie sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
          “tunggu dulu! Kamu belum ngasih tahu namanya”
Cegatnya saat itu juga.
          “oh itu...namanya...NGGAK TAHU!!!!”
Teriak sophie sambil kabur masuk ke dalam rumah. Reza masih berdiri, ia mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Reza marah, saat itu ia benar-benar marah pada sophie.
          “sial!!!!”
Hari itu di taman ia juga tidak mendapati perempuan itu, kekesalannya semakin memuncak terutama pada sophie. Di dalam sepetak kamar yang begitu kental dengan suasana Gotich & remang karena hanya bercahayakan candle-candle kecil tampak ami tengah melihat-lihat album foto,di dalamnya penuh dengan gambar reza.hanya reza. Ia mengambil semua foto-foto itu secara diam-diam.
          “aku akan selalu menunggumu,kamu hanya akan jadi milikku za...”
Ujarnya sambil memeluk album itu erat-erat.

*           *           *           *           *           *           *           *           *           *           *

Paginya di sekolah..
          “hai za!!!”
Sapa sophie polos seperti biasa. Tapi reza tak bergeming sedikitpun. Sophie mencoba memegang pundak reza tapi reza menepisnya dengan kasar. Kini sophie yang malah terdiam
“sebegitu marahkan reza demi perempuan itu?”
pikirnya dalam hati.
          “diar...”
Reza mulai melirik sophie.
          “namanya diar..”
Nada sophie lirih.
          “jadi kamu kenal dia?”
          “entahlah...mungkin bisa dibilang begitu”
          “diar...dia seperti apa??”
          “lebih baik kamu jangan mendekatinya, dia...”
Sophie merengut, ia tak mampu bicara apapun.
          “aku tidak peduli...ceritakan tentangnya!’’
Sophie menarik nafas dalam-dalam, kalau bukan reza yang memintanya ia tidak akan pernah mau menceritakan tentang diar pada siapapun. Ia benar-benar tidak ingin lagi berurusan dengan sosok itu.
Diar...ia adalah sosok anak kecil yang sangat pintar, bahkan bisa dibilang jenius. IQ-nya diatas rata-rata kebanyakan anak seumurannya, dia tipe orang yang sangat pendiam , tak suka bergaul dan berada di tengah keramaian. Dia benar-benar berbeda dengan anak-anak seumurannya. Bukan karena kebetulan kepribadiannya yang seperti itu. Itu karena lingkungan keluarganya.
          “waktu masih taman kanak-kanak dia udah bisa ngerjain tentang bangun ruang”
Reza mendengarkan sophie dengan seksama.
          “dulu dia periang, tapi tiba-tiba berubah jadi pendiam..”
          “kenapa?”
          “mungkin karena kedua orang tua juga kakak perempuannya meninggal”
          “meninggal?”
          “iya..mereka meninggal karena di bantai orang yang datang kerumahnya”
Saat itu ia masih kelas 1 SMP. Sore sebelum malam tragis itu diar pulang kerumah. Tidak seperti biasa begitu ia pulang ibunya sudah menyambutnya di depan pintu.
          “udah pulang sayang? Cape nggak?”
          “ibu?”
          “sini biar ibu bawain tasnya..”
Ujarnya manis sambil membawa tas diar, lalu mereka duduk di meja makan...
          “kamu lapar nggak? Ayo kita makan...”
tanyanya lagi sambil mengambilkan makanan untuknya.
          “papah sama kakak nggak ikut makan?”
          “mereka udah makan tadi..”
          “oh...”
          “gimana sekolah kamu?”
          “biasa aja..”      
Jawab diar sambil melanjutkan makannya..
          “sayang...ibu mau tanya sesuatu sama kamu..”
          “hmmm?”
          “kamu sayang sama ibu kan?”
          “kok ibu nanya gitu, ya jelaslah diar sayang sama ibu..”
          “kalau gitu diar mau nggak bantu ibu?”
          “apa?”
          “ibu mohon kamu mau mendonorkan ginjalmu untuk kak tiara..”
Bak petir di siang bolong. Diar hanya terdiam tanpa basa-basi ia tak melanjutkan makannya dan bergegas meninggalkan ibunya.
          “diar...tunggu kamu mau kemana??”
          “udahku duga, pasti ada sesuatu...ibu nggak pernah seperti ini sama aku!”
Ujarnya sambil berteriak dan menangis.
          “apa maksud kamu?”
          “kenapa? Kenapa hanya kak tiara yang ada di pikiran ibu? Aku juga anak ibu? Kenapa nggak
 pernah Mikirin perasaanku juga?”
          “diar...kakak kamu itu sakit...apa kamu nggak kasihan sama dia?”
          “aku juga tahu bu! Tapi aku juga nggak mungkin selamanya nolongin kakak!”
Teriaknya penuh kekesalan. Sampai tiba-tiba sebuah tamparan mendarat di pipinya...
          “cukup!!! Kamu memang anak yang nggak berguna.. kakak kamu sekarang sedang sakit...tapi
            kamu Nggak mau nolongin dia sama sekali. Dasar egois!”
Ayahnya datang tiba-tiba sembari menampar dan memarahinya.
          “egois? Papah bilang aku egois? Sebenernya yang egois itu siapa? Aku atau kalian!”
          “apa maksud kamu?”
“ papah pikir diar nggak tahu? Diar di lahirkan ke dunia ini Cuma buat jadi pendonor kakak  
   kan? Kalian Cuma mau manfaatin tubuhku aja...bagi kalian aku ini Cuma obatnya kakak,
   bukan seorang putri, benerkan?!”
          “diar cukup! Kamu jangan marahi ayah sama ibu terus”
Tiara  datang dengan kursi rodanya.
          “jangan ikut campur! Kalian semua sama saja! Aku benci kalian! Aku benci! Nggak ada yang
 Peduli Sama aku!”
Diar berlari keluar rumah sambil menangis. ia berlari menuju taman dan bersembunyi di bawah pohon besar dekat kolam. Ia menangis sejadi-jadinya. Diar menangis.badannya gemetar...wajahnya pucat pasi ia mengepal tangannya kuat-kuat.
          “aku harap mereka semua mati!”
Ujarnya dalam hati. Lama ia menangis sampai-sampai ia tetidur di bawah pohon besar itu.
“kenapa kamu bilang pendonor?apa maksudnya?”
Tanya reza kebingungan.
“diar itu dilahirkan Cuma buat nolongin kakaknya yang punya penyakit parah waktu dia bayi
 Mereka ngambil sumsum tulang belakangnya buat nyembuhin penyakitnya. Tapi ternyata itu
 Nggak berpengaruh terlalu besar sama kesembuhannya. Hari itu mereka minta diar buat
 Ngedonorin ginjalnya karena ternyata kakaknya juga punya penyakit gagal ginjal”
reza termangu. Ia tak percaya di dunia ini masih ada orang tua seperti itu.
          “terus kelanjutannya gimana?”
          “besoknya...begitu ia pulang sekolah .. permohonannya terkabul. Ibu, ayah, juga kakak
          Perempuannya sudah meninggal di bantai seseorang yang datang kerumahnya malam
          Setelah peristiwa itu. Polisi bilang kemungkinan orang yang melalukannya karena
 punya dendam sama Keluarga diar, pasalnya nggak ada satupun barang yang hilang di rumah     
 itu. Terus ternyata ayah diar punya banyak musuh,banyak perusahaan saingannya yang gulung
 tikar karena dia,jadi ada kemungkinan salah satu dari mereka yang ngelakuin hal itu.”
          “saat itu gimana keadaan diar?”
          “katanya waktu polisi datang,mereka lihat dia tengah meluk mayat ibunya yang bersimbah darah
  sambil nangis.karena kejadian itu diar kena depresi berat, jadi sulit buat di mintai keterangan”
          “depresi?”
          “hu-uh, dia di rawat di rumah sakit jiwa selama dua bulan”
          “pembunuhnya?”
          “nggak pernah ketangkap, sampai kasusnya di tutup 2 tahun lalu..tapi aku pernah denger kalau
 diar juga di curigai sebagai pelakunya soalnya di barang bukti Cuma ada sidik jari dia sama
 ibunya aja, tapi itu Cuma pradugaku aja..nggak mungkin kan anak ngebunuh orang tuanya
 sendiri?”
tanya sophie sembari tersenyum. Tapi reza hanya mengerutkan dahinya.
“sekarang dia tinggal dimana?’’
          “aku nggak tau,ada yang bilang kalau dia diadopsi seorang wanita, lebih baik kamu jangan dekati
 Dia za”
Reza tertegun mendengar semua penjelasan sophie tentang kehidupan diar, entah mengapa reza ikut merasakan hal itu. Ia semakin tertarik dengan sosok diar ia merasa mereka sama. Sama-sama hidup di tengah keluarga yang tidak bahagia. Ibu dan ayahnya juga telah lama berpisah. Ia dan ibunya ditelantarkan oleh ayahnya demi wanita lain. Setelah bertahun-tahun hidup berdua akhirnya ibunya memutuskan untuk menikah dengan seorang duda beranak satu, ibunya lebih menyayangi adik tirinya nidiya ketimbang dirinya karena anak suaminya itu seorang perempuan. Putri yang selama ini di idam-idamkan olehnya dan juga ayahnya dulu. Reza selalu berpikir ayahnya meninggalkan mereka bukan karena wanita itu melainkan karena dirinya. Anak yang tidak pernah di harapkan hadir dalam kehidupan mereka.
          “za...”
Panggil sophie lirih. Tapi reza tak merespon panggilannya itu. Pikirannya jauh menerawang. Ia ingin bertemu dengan diar. Tapi sudah seminggu sosok gadis itu menghilang ia tak pernah muncul di taman  itu. Reza terus sibuk mencarinya sampai-sampai tak ada waktu untuk sophie. Kesepian itu datang lagi bagi sophie. Sampai datanglah tias dia murid baru dari kelas sebelah.
“hai”
Sapa tias sambil tersenyum ramah.
          “hai..apa aku kenal kamu?”
          “nggak sie..aku tias...murid kelas sebelah”
Sambil menyodorkan tangannya.
          “aku sophie...”
Balas sophie sambil menjabat tangan tias.Wajahnya manis dengan rambut ikal yang selalu menghiasi kepalanya. Biarpun baru sebentar mengenalnya tapi mereka sudah sangat akrab. Tidak seperti reza yang selalu menutup diri tias lebih terbuka ia selalu menceritakan masalahnya pada sophie bahkan kadang ia ikut menginap dirumahnya. Sedikitnya tias menghapus kesepian yang sophie rasakan karena kesibukan reza.

          “maafkan aku...kalian pasti sudah sangat lapar!”
Diar berdiri di bawah pohon besar dekat kolam.sambil memberi makan ikan, rambutnya yang panjang di tiup angin semilir nampak begitu cantik.
          “hai!’’
Sapa reza dari belakang. Ia tampak tenang, tanpa berbalik menatap reza.
          “siapa kamu?’’
Tanyanya dingin.
          “namaku reza...diar...”
Sambil melangkah maju.
          “berhenti! Siapapun kamu aku nggak peduli..lebih baik kamu pergi sekarang..”
          “tapi diar aku hanya...”
          “aku bilang pergi...PERGI!!!!”
Teriaknya histeris. Reza tak menjauh sedikitpun.. ada satu pertanyaan terbersit begitu saja. suara itu?? Rasanya tidak asing baginya.
          “pergi...”
Suaranya lirih sambil menahan tangis. Kali ini reza menurut, ia pergi meninggalkan perempuan itu sendiri di bawah pohon besar dekat kolam ikan.

  *         *           *           *           *           *           *           *           *           *           *



         
“sophie...aku nggak pernah lihat kamu bareng-bareng sama reza, kenapa?”
          “aku juga nggak tahu!”
Jawabnya ketus. Mereka terdiam sejenak. Lalu tiba-tiba tangisan tias pecah.
          “kamu kenapa??maaf kalau jawabanku tadi ketus!”
          “bukan...bukan karena itu..”
          “lalu kenapa?”
          “ibuku...”
          “apa ayah kamu memukulinya lagi?”
          “hu-uh...aku nggak tahu harus gimana lagi??’’
Angguknya sambil bersandar di bahu sophie.
          “aku nggak ngerti kenapa ibuku bisa tahan hidup dengan orang seperti dia, kalau aku mungkin
 sudah bunuh diri di buatnya!”
          “sabar...kita nggak bisa berbuat apapun...itu urusan mereka”
          “sophie..aku boleh nginep di rumah kamu ya? Aku nggak mau pulang ke rumah!”
Pintanya memelas.
          “iya...sekarang kita ke kantin aja yuk!”
Ajak sophie sambil terus berusaha menenangkannya. Hari ini pun reza tak masuk sekolah, sudah dua hari sophie tak bertemu dengannya. Ia terlalu sibuk mencari tahu tentang diar . Sophie benar-benar marah dan benci karena reza terus memikirkan tentang gadis itu. sosok yang tidak pernah mau ia temui dalam hidupnya.Begitu mereka berdua pulang ke rumah sophie. Di rumah ibunya sudah menyediakan makan malam, selesai mandi tias dan sophie langsung bergegas ke ruang makan untuk makan bersama.
          “ yang sabar ya nak tias...orang dewasa memang seperti itu...punya pemikiran yang rumit”
Nasehat anita pada teman putrinya itu.
          “iya tante..”
          “ngomong-ngomong papahnya sophie kemana ya? Selama saya kesini saya nggak pernah ketemu
          sama om”
          “papahnya sophie uda nggak ada”
Ujar anita yang tampak sedih ketika mendengar pertanyaan itu.

Cerita sebelumnya..                                                                                                                 Cerita Selanjutnya..






1 comment: