DIARY DIAR
Ketika cinta menjadi
sebuah hal yang menakutkan
“maaf!”
Sophie mulai
memakan bakso yang sedari tadi di biarkanya.
“kalau boleh tahu..nama kamu siapa?”
“reza”
Jawabnya
masih tetap dingin.
“aku sophie!”
“aku udah tahu!”
Tidak terasa
jam istirahat sudah habis, semua siswa kembali ke kelas masing-masing termasuk
reza dan sophie. di luar cuaca
mendung,kemudian hujan disertai petir yang cukup mengelegar..semua orang serius
mengikuti pelajaran maklum yang mengajar saat itu pak hilman guru fisika yang
kekejamannya terkenal seantero sekolah,ketika semua orang tengah serius sophie
malah melamun, khayalannya melanglang buana pikiran yang sungguh menggelikan ia
membayangkan dirinya bersama reza dalam berbagai versi mulai dari versi sunda
ala kabayan dan nyi iteung sampai versi india....
“kekekekekekekeke....”
Cekikikan
sophie pelan.
Suasana yang
sedari tadi hening tambah mencekam ketika sang killer berteriak memanggil
seseorang. Ia lalu menghampiri sophie yang masih asyik dengan khayalannya.
“HEI!!!”
Sentaknya
ketelinga sophie.
‘’ada apa pak??”
Tanya sophie
kalem.
“kamu murid baru???Siapa nama
kamu??”
“sophie pak”
“kamu Tau, saya paling tidak suka
ada siswa yang tidak memperhatikan ketika saya
sedang
memberikan penjelasan!”
“saya nggak tau pak...kan saya murid baru disini..”
Jawabnya
polos.
“Ayo Kedepan! Kerjakan soal nomor
satu! SEKARANG!”
Bentaknya
makin keras.
Sophie beranjak
dari tempat duduknya, sesampainya di depan ia terdiam sambil memengangi
spidolnya.
“kenapa diam???tidak bisa
mengerjakanya??”saya tidak peduli kamu murid baru atau
Bukan Saya Paling benci dengan
orang bodoh yang kerjaanya suka melamun seperti
kamu...Tidak
Punya..”
Ocehnya tanpa
henti sambil berkeliling di ruangan kelas.
“sudah pak!”
Ujar sophie
menghentikan ocehan guru fisika itu. Dan tanpa izin ia langsung kembali duduk
ketempatnya.
“pintar Juga kamu, sengaja saya beri
soal yang susah agar kamu kapok, tapi ya sudahlah...
Lain kali jangan di ulangi lagi!”
Ujar pak
hilman sambil memeriksa jawaban sophie yang begitu terperinci..
Kini sebaliknya
Reza yang malah terus memperhatikan sophie, ia keheranan soal yang dari tadi
membuatnya frustasi bisa sophie kerjakan dalam waktu singkat.
Sampai waktu
pulang sekolahpun tiba. .
“Reza..!!!’’
Sapa sophie
tiba-tiba dari arah belakangnya,Namun ia tak bergeming.
“ Iiiiihhhh....jutek banget sih! Aku
pulang dulu ya, jangan kangen loch??”
Rayu sophie
sambil meninggalkan reza yang tetap acuh terhadapnya.
Hari itu
sophie merasa sangat senang, ia tak menyangka reza akan mengajaknya ke kantin
sekolah bersama. Sophie merasa ada seseorang yang bisa dijadikan teman olehnya
maklum dari dulu tak ada seorangpun yang mau menemaninya karena mereka selalu
menganggapnya aneh, otomatis ia tak punya teman sama sekali dan baru reza lah
yang datang menghampirinya.
Sore itu
jalanan sepi tak terlalu banyak orang yang berlalu lalang bahkan tak kelihatan
mungkin karena hampir petang orang-orang sudah lebih dulu sampai ke rumahnya
masing-masing. Dari kejauhan tampak empat orang siswa SMA tengah asyik
nongkrong sambil memegangi botol minuman, dari tampangnya sudah terlihat jelas
bahwa mereka bukan siswa SMA biasa, lama-kelamaan mereka berempat makin
mendekati sophie lalu tiba-tiba menghadang jalannya...
“berhenti loe!!”
Seru salah
satu dari mereka.
“ Kalian mau apa?”
Tanya sophie
sambil memandangi mereka satu per satu.
“sini-in tas loe!!”
Sentak sang
ketua geng sambil mencoba menarik tasnya. Tapi sophie menghindar, lalu salah
seorang dari mereka menodongkan sebuah pisau lipat ke arah wajah sophie dan
memaksanya lagi.
“Sini-in!!!!”
Kalau kalian
pikir sophie bakal ketakutan, panik plus keluar keringat dingin waktu di todong
seperti itu kalian “BETUL SEKALI” bahkan lebih dari itu ia menangis sambil
merengek seperti anak kecil umur 5 tahun yang di ambil permennya secara paksa,
melihat ekspresi sophie ke empat orang itu hanya kebingungan, karena baru kali
ini mereka bertemu dengan cewek supercupu seperti sophie. tapi kebingungan itu
tidak berlangsung lama, mereka langsung merampas dan mengorek-ngorek isi tasnya.
“lumayan tajir juga nie cewek!”
Ujar salah
seorang dari mereka yang baru saja mendapati isi dompet sophie. ketika mereka
sibuk mengorek-ngorek isi tasnya tiba-tiba..
“PRAKKKKKKKKK!!!!”
Bunyi pecahan
gelas terdengar sangat nyaring, seketika itu juga darah mengucur deras dari
kepala sang ketua geng, ia terbujur lemas sambil memegangi kepalanya yang
kesakitan
“jangan ganggu dia!!!!”
“kamu???”
Gumam sang
ketua geng itu lemah dengan pandangan penuh ketakutan. Melihat ketuanya jatuh
bersimbah darah ketiga orang yang lain malah lari ketakutan dan meninggalkannya
begitu saja, sophie yang masih menangis pun ikut berlari meninggalkannya
sendirian.
Hari semakin
larut, sesampainya di rumah ia langsung menutup diri di kamar. Bunda anita yang
melihatnya menangis begitu sampai di rumah, langsung menghampirinya.
“sophie, ada apa?kenapa kamu
menangis?”
Suaranya sayu
sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar.
“enggak apa-apa kok, aku Cuma cape
aja pengen istirahat..”
Jawabnya dari
balik pintu sambil terisak-isak. Meskipun ia masih merasa khawatir tapi ia tak
berani bertanya terlalu banyak pada sophie, mungkin karena ia tahu bahwa sophie
itu selalu menutupi perasaannya pada siapapun, semua masalah selalu di
pendamnya sendiri setelah
2 februari 2009
Dear,
Hari ini binatang jalang itu bercucuran
darah! Pecahan kristal-kristal kaca itu berhamburan di hadapan ekor
kepalanya sendiri. Aku tak lemah! Takkan q biarkan seorangpun mengusik
tempat persinggahanku! Takkan ada yang bisa menyakitiku, karena sakitmu
adalah sakitku.
Diar
|
“kenapa? Kenapa kamu selalu
mengikutiku??”
Gumamnya
dalam hati, sampai matanya terpejam karena terlalu lelah menangis.
* * * * * * * * * * *
sehari setelah peristiwa yang menimpanya itu sophie tidak masuk sekolah,
ibunya menelepon pihak sekolah untuk memberitahukan bahwa ia sedang sakit. Tak
ada yang berbeda di kelas tanpa kehadiran sophie, bahkan tak ada satupun dari
mereka yang sadar kalau hari itu ia tak masuk sekolah kecuali reza, rasanya ada
yang menganggu perasaannya ketika sophie tak ada. Ia merasa benar-benar sepi...
“hai Za!!!”
Sapa ami
sambil menghampiri Reza yang tengah menikmati makan siangnya...
“Za, aku nggak cemburu kok sama
kejadian waktu itu, karena aku tahu kamu Cuma mau
Nguji kesabaran aku aja kan?”
Reza tak
menanggapinya sedikitpun ia hanya sibuk melahap makanannya.
“ngomong-ngomong cewek yang kemarin
itu siapa??”
Reza hanya
meliriknya dengan mata yang begitu sinis.
“dia temen kamu??”
Ia tetap tak
bergeming.
“za! Jawab donk! Dia temen kamu apa
pacar kamu??”
Tanyanya
dengan nada kesal.
“bukan urusanmu! lagi pula, kamu
siapa??”
Jawabnya
dingin. Sambil meneruskan makannya.
“aku ami! Masa kamu lupa?? Cewek
yang kamu tolong waktu acara LDKS sekolah!!”
Reza
memandangi wajahnya sejenak.
“ SMP Bina karya!”
Ujarnya lagi
mengingatkan. Reza termenung sesaat.
“aku nggak inget!!”
“za coba inget-inget lagi???”
Pintanya
sembari memelas. Tapi reza hanya memandangnya sinis, sorot mata yang begitu
tajam sebuah isyarat mutlak untuk menyuruhnya berhenti bicara dan pergi
meninggalkan reza saat itu juga. Begitu ami pergi meninggalkannya ia kembali
termenung “TEMAN??” perasaan itu makin mengusik pikiran reza, benarkah??
“kamu mau kemana?”
Tanya bunda
yang melihat sophie tampak seperti itu lagi.
“aku mau keluar sebentar”
Anita hanya
memperhatikan sophie dari jauh. Ia tak suka melihat sikap sophie yang seperti
itu. Saat itu ia merasa begitu khawatir.
Tak terasa
hari sudah semakin senja. kali ini reza berjalan sendiri, dengan santainya ia
menyusuri komplek-komplek perumahan yang tertata rapih lengkap dengan pepohonan
rimbun tiap 2 Meter ia melangkah. Tak lama langkahnya terhenti tepat di
seberang taman, pandanganya menyebar kesekeliling. Nun jauh dari tempatnya
berdiri tampak seseorang tengah berdiri di bawah pohon besar, rambut panjangnya
terurai di kibaskan angin semilir, dress putih yang di kenakannya begitu cantik
hingga menyihir reza seketika itu juga. Menahanya lama hanya untuk sekedar
memandanginya. Seorang perempuan, reza benar-benar tersihir padahal ia tak
melihat wajahnya. pandangannya kabur membayangkan perempuan itu. Ribuan
pertanyaan mengelayuti reza sampai ia sadar sosok yang dari tadi menyihirnya
telah lama pergi. Ia menelan ludah, “aku akan kembali!! Dan kupastikan saat itu
aku sudah mengenalmu!” Gumamnya dalam
hati sambil berlalu pergi meninggalkan taman itu.
Pagi yang cerah, akhirnya senyum lesung itu tampak lagi. Di
lorong sekolah sophie berlari menghampiri reza yang tampak melamun.
“Reza...”
Rangkul
sophie dari arah belakang.
“kamu??”
Pandangnya
sinis namun tetap tidak bisa menutupi rasa senangnya ketika ia melihat senyuman
khas itu kembali lagi, dan...
“TUKKK!!!”
Lagi-lagi
kepalan tangan itu mendarat di kepala sophie.
“kamu itu kenapa sih??!!!”
Reza tak
menjawab pertanyaan sophie.
“apa jangan-jangan kamu kangen ya
sama aku???”
“he he..”
Tawanya sinis
sambil berjalan mendahului sophie.
“uhh...padahal aku kangen banget
loch sama kamu...”
Reza
berbalik, tangannya mengambil ancang-ancang untuk melemparkan jurus jitunya ke
kepala sophie lagi, namun ketika ia semakin dekat, sophie segera menahannya dan
mengenggam tangan Reza kuat-kuat...
“sebenernya kamu ini nganggap aku
apa?”
Tanya sophie
lirih sambil tertunduk.
“dari awal aku udah suka sama
kamu!!”
Melihat
tatapan sophie yang begitu serius reza langsung terperanjat.
“za... apa kamu mau..”
Kata-katanya
terputus, reza benar-benar salah tingkah mendengar pengakuan sophie wajahnya
tampak merah padam. Sophie yang menyadari hal itu langsung tersenyum simpul, di
tatapnya reza dalam-dalam, lalu. .
“Jadi temen aku!!!”
Ujarnya
datar. Spontan ia langsung nyengir kuda dan..
“TUKKK!!”
Sebuah
kepalan keras mendarat di kepala reza, begitu puasnya sophie langsung berlari
sambil tertawa karena takut reza akan mengejarnya.sampai bayangan sophie tak
tampak lagi di matanya reza masih tetap tak bergeming ia hanya berdiri membatu
dengan rona wajah yang semakin memerah. Sepanjang hari itu di mana ada reza
pasti ada sophie, di kelas, di kantin, di lapangan, di perpustakaan, bahkan di
toilet tapi yang pasti sophie nggak ikut
masuk kedalamnya, pokoknya mereka berdua sudah seperti kembar siam nempel kayak
perangko yang kemana-mana selalu berdua. Secara tak langsung apa yang
mengelitiki reza beberapa hari itu terjawab sudah mereka hanya sekedar
berteman...ya hanya teman tak lebih, tapi entah apa yang di pikirkan reza yang jelas ada satu perasaan yang terasa saat
ia berada di dekat sophie, cintakah???
Tak ada yang
tahu, hanya reza yang mengerti perasaan itu. Tapi orang-orang di sekitarnya tak
mau tahu akan perasaannya yang sebenarnya, yang mereka tahu reza dan sophie
begitu dekat seperti pasangan kekasih.
“hari ini tambah satu saingan gw
!!!”
Pandangan
sinis dan penuh kebencian itu muncul dari wajah cantik ami, ia bersumpah takkan
membiarkan siapapun bisa mendekati reza termasuk sophie walaupun nyawa sebagai
taruhannya.
Setelah
terbebas dari sososk sophie yang terus menerus mengikutinya reza kembali
melewati jalan yang ia lalui kemarin dan berhenti tepat di seberang taman tempat dimana ia melihat gadis itu. Tak lama
reza menunggu sosok itu muncul dari balik pohon rambut yang sama, gaun yang
sama seperti waktu itu... ia yang duduk di samping kolam. .mungkin sedang
memberi makan ikan..
Sungguh cantik..desirnya
dalam hati, reza memandanginya dari jauh tanpa berani mendekat dan
menyapanya...ia hanya terpaku...”apa ini? Perasaan reza saat itu benar-benar
rumit.
“aku pulang”
Ujarnya
begitu sampai di rumah. Tak ada yang menyahut salamnya itu. Suasana rumah tampak
sepi seperti biasa. Reza berjalan ke arah dapur. Sesampainya disana yang ia
temukan hanya sebuah notice menempel di pintu kulkas.
“kami pergi untuk melihat pagelaran
nidiya, jaga rumah baik-baik ya!’”
Mama.
Isi secarik
notice itu. Reza kembali ke ruang keluarga sambil membawa sebotol air mineral,sepi.ia
besandar di sofa besar sambil memandangi
foto keluarganya yang ada di sana semakin lekat ia memandangi foto itu, tiba-tiba
butiran-butiran air muncul dari sela-sela matanya. Ia menghela nafas begitu
panjang kemudian tertidur seorang diri di atas sofa itu.
* * * * * * * * * * *
I DON’T LIKE
SUNDAY!!!!!
Jerit sophie dalam hati, hari minggu bagai kiamat kecil baginya karena
ia tidak bisa bertemu dengan reza di sekolah, maklum ia juga tak tahu alamat
rumah reza ataupun nomor handphonenya. “dasar bego!!! Kenapa waktu itu nggak
minta sama reza ya?” sesalnya di akhir. Sophie larut dalam penyesalnya itu
sampai-sampai ia tak menyadari bahwa ibunya telah berada di hadapannya.
“sophie...”
Panggilnya
lembut, namun sophie tak merespon panggilannya itu.
“sophie..!”
Panggilnya
lagi dengan nada yang lebih tinggi.
“ia..bun?!”
“bisa
anter bunda ke supermarket nggak?”
“OKE!.. tapi sophie mandi dulu”
Setelah
sophie dan anita siap, mereka segera bergegas menuju supermarket di daerah
setiabudi dengan mobil avanza warna birunya. Belanja bulanan hari ini
benar-benar melelahkan dari bulan-bulan kemarin, bawaannya juga lebih banyak
dari biasanya mungkin gara-gara supermarket yang mereka datangi sedang mengadakan
diskon besar-besaran. Maklumlah ibu-ibu itu kan kalau denger kata “DISKON” langsung gelap mata terus belanja
abis-abisan. Bahkan barang-barang yang jarang di butuhkanpun asal ada label
diskon apalagi sampe 70% pasti langsung di sikat abis.
“akhirnya selesai juga..”
Desah anita
lega. Sophie hanya mengangguk, ia tak bisa berkata apa-apa rasanya badan sophie
remuk semua. Seperti mau pingsan saja tapi ia tahan karena takut merepotkan
anita. Sambil membawa belanjaan mereka berhenti sejenak di sebuah lokasi
foodcourt untuk makan siang sekaligus beristirahat. Mereka duduk di meja paling
sudut maklum hari minggu tempat-tempat
seperti itu dipenuhi pengunjung sudah dapat tempat duduk saja sudah bersyukur.
Anita pergi untuk memesan makanan yang sebelumnya sudah mereka setujui,tapi karena
merasa bosan sophie pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri
anita hanya untuk memastikan pesanannya. Tak lama mereka kembali sambil membawa
setumpuk makanan.
Sophie
melongo keheranan. Saat mereka kembali disana sudah ada dua orang perempuan
seumurannya sedang asyik mengobrol sambil menikmati makanan mereka.
Barang-barang belanjaan yang seabreg di atas meja sudah berpindah tempat
dibiarkan menumpuk di samping meja mereka. Sadar tengah diperhatikan oleh
sophie dan anita salah seorang dari mereka mencoba untuk pindah dari tempat
itu, namun dicegah oleh yang satunya.
“bukan salah kita kalau tempatnya kita pake toh ini
fasilitas umum siapa cepat dia dapat!”
Ujarnya
sambil meneruskan makannya.
“tapi kan...”
Timpal sophie
hendak membalas tapi ditahan oleh anita.
“sudah, kita pergi saja”
Ajak anita
yang tak mau memperpanjang masalah. Mereka lalu membereskan barang belanjaan
yang bertumpuk sambil meninggalkan tempat itu. Sophie masih memandangi mereka
berdua.
“dasar anak zaman sekarang! Ayo
sophie kita cari tempat yang lain”
“mereka nyebelin banget, q doa’in
biar celaka!”
“eh...jangan ngomong kayak gitu,
mungkin memang salah kita”
Mendengar
perkataan anita sophie merasa terpojokan, semua perkataan anita secara tidak
langsung seakan menyalahkannya rasanya sophie ingin menangis saat itu juga tapi
tidak jadi karena malu.
“bun...sophie ke toilet dulu ya..”
Izinya sambil
bergegas pergi, mungkin disana ia baru bisa menangis sepuasnya. Suasana di
tempat itu sangat ramai. Mereka, kedua perempuan tadi tampak berjalan
beriringan menuju eskalator. Ramai, mereka berdiri di depan eskalator hendak
turun ke lantai 2. Sampai tiba-tiba entah apa yang terjadi salah satu dari
mereka terjatuh dari eskalator tersebut, tubuhnya jatuh tersungkur ia tak
sadarkan diri. Darah menngalir deras dari kepalanya tangan dan kakinya juga
tampak luka memar karena terbentur terus menerus. Temannya terus menangis
melihat kondisinya itu ia tampak kebingungan tak tahu harus berbuat apa yang ia
lakukan hanya menangis dan berteriak memanggil-manggil nama temannya. Dalam
sekejab semua orang berbondong-bondong berkerumun di tempat itu ada yang
menolong tapi ada juga yang sekedar melihat hanya untuk menghilangkan rasa
penasaran mereka. Di sudut lain.
“maaf bun lama nunggunya, tadi penuh
banget antriannya”
“nggak apa-apa, sekarang ayo kita
pulang!”
“iya”
6 februari 2009
Dear,
Jangan percaya pada siapapun, mereka
telah menyakitimu! Mereka telah menyakiti kita berdua. Biarkan saja...aku
masih berbaik hati untuk tidak membunuhnya. Dasar perempuan jalang kalau
bukan karena dia .. tak akan kubiarkan kemalangan itu meninggalkanmu!!
Diar.
|
“ Mereka? Bukannya anak-anak yang
tadi?”
Gumam anita
tak percaya. Sophie tak bergeming ia hanya memandangi keduanya dengan pandangan
kosong.
“mungkinkah?”
Sebuah
pertanyaan berputar-putar di kepalanya, tapi ia tepis dengan segera.
“mungkin mereka memang pantas mendapatkannya”
gumamnya
kemudian dalam hati.
* * * * * * * * * * *
“ENGGAK!!!!!”
Teriak reza begitu nyaring.
“kenapa?”
Keluhnya lirih.
“aku nggak mau”
“pokoknya kamu harus
mau?”
Pintanya manja sambil memaksa.
“nggak!”
Jawab reza tegas. Mata sophie tampak berkaca-kaca
hendak menangis kepalanya tertunduk lesu, melihatnya yang seperti itu reza
benar-benar merasa tidak tega.
“dasar
manja! Oke..oke aku mau. Kapan?”
“beneran?”
“iya”
“iya”
Jawabnya malas.
“asyik!!
Hari ini Pulang sekolah kita pergi ya!”
Reza mengangguk berat. Rencananya gagal total tadinya
sepulang sekolah ia ingin pergi ke tempat itu lagi untuk melihatnya, melihat
perempuan taman itu. Tapi tak jadi karena keinginan sophie yang tak bisa ia
tolak, cewek childish yang satu ini memaksanya untuk pergi ke suatu tempat
sepulang sekolah. Ia begitu antusias seperti baru pertama kali pergi ke tempat
itu. begitu mereka sampai disana.
“kenapa
sih? Kamu nggak seneng aku ajak kesini?”
Reza tak bergeming ia hanya memasang wajah cemberut
sambil bersandar ke tembok.
“padahal
ini kali pertama aku pergi nonton ke bioskop”
Ujar sophie kecewa sambil berkaca-kaca.
“huft...kita
mau nonton apa?”
Tanyanya sambil menghela nafas.
“apa
ya?? Kalau yang itu gimana!”
sambil menunjuk salah satu poster film yang terpampang
di dinding bioskop. Reza tertegun heran,
biasanya cewek tipikel kayak sophie sukanya film-film cengeng kayak drama
romantis yang kerjaannya Cuma ngomongin cinta melulu. Tapi reza salah, sophie malah memilih film keluaran
korea yang punya judul “Taeguki” dari posternya saja sudah kelihatan kalau ini
film zaman pergerakan kemerdekaan, bener-bener tontonan berat buat anak
seumuran sophie sama reza meskipun kebanyakan adegannya tentang strategi
perang, tembak-tembakan, mayat dimana-mana, tapi cerita romannya juga nggak
kalah seru. Reza yang tadinya agak berat
sekarang malah menikmati film itu dari awal sampai akhir.
“filmnya seru
ya za?”
“udah malem,
aku anter kamu pulang”
Balasnya ketus. Sophie hanya tersenyum simpul, hujan
gerimis mengiringi langkah mereka.
“nih!”
Ujar reza sambil menyodorkan jaketnya kepada sophie.
“buat apa?”
Rayu sophie manja.
“hujan! Nanti kamu sakit..ayo cepet pake!”
Sentaknya sambil membuang muka. Sophie makin tersenyum.
Hangat, benar-benar hangat. Belum pernah ada yang sebegitu perhatiannya pada
sophie baru reza bahkan mungkin hanya reza.
“jalan ini?”
inikah jalan yang menuju tempat itu?” jadi selama ini sophie tinggal di daerah
sini?” gumam reza tak percaya begitu ia sampai di tempat dimana ia sering
melihat perempuan itu.
Pandangannya
menyebar kesekeliling taman tapi sosoknya tak tampak mungkn karena sudah malam
dia mungkin sudah pergi dari taman itu.
“kita
udah nyampe...makasih ya za!”
“sama-sama,
aku pulang dulu ”
Pamit reza Meninggalkan sophie di depan pintu
rumahnya..
“nggak
mau masuk dulu?”
“nggak
usah udah malem, aku pulang”
“dah..!”
Reza tak menyambut salam itu. Tapi ya sudahlah ia
memang seperti itu.
“baru
pulang?”
“iya
bun..”
Jawab sophie sumringah
“anak
bunda sunyam-senyum gitu, emang tadi abis dari mana?”
“bioskop!”
“sama
siapa? Pacar ya?”
“ihhh...bunda
ini...namanya reza..dia temen sebangku aku”
Sambil menghampiri anita yang tengah sibuk
menghangatkan makan malam mereka
“oow...kamu
udah makan belum? Nie Bunda angetin lagi makanannya”
“ya
ampun!”
Teriak sophie tampak kebingungan.
“ada
apa?”
“sophie
keluar dulu sebentar ya bun!”
“eh...mau
kemana?baru aja pulang udah mau pergi lagi?”
“sebentar!”
Sepi. Reza pergi ke taman,berhenti sambil memandanginya
lama kemudian ia kembali melanjutkan
langkahnya. Baru empat langkah ia berjalan tiba-tiba sekelompok berandalan
menghadangnya.
“berhenti
loe!”
“kalian
mau apa?’’
Tanyanya dingin. Tapi Mereka hanya tertawa
“gw nggak ada
urusan sama orang yang nggak berguna kayak kalian”
Ujarnya santai sambil meneruskan langkahnya.
“eits...lu
pikir lu mau kemana?”
Cegatnya sambil mendorong dan menodongkan pisau lipat
kearah wajah reza.
“kalian?”
Tiba-tiba sophie datang, entah kenapa begitu melihat
sophie wajah mereka langsung tampak
pucat pasi.
“bos
cewek yang waktu itu!”
“ayo
kita cabut!”
Serunya pada anak buahnya yang lain, sambil berlari
menjauhi mereka berdua.
“kamu
nggak apa-apa kan za?”
Tanya sophie cemas sambil membantu reza berdiri.
“nggak
apa-apa, ini aneh! Kenapa mereka lari waktu lihat kamu?”
“aku
juga nggak ngerti”
Ujarnya polos. Keduannya terdiam sejenak.
“ngomong-ngomong
kenapa kamu balik lagi kesini?”
“ini...aku
mau balikin jaket kamu!”
Suguh sophie sambil menyodorkan jaketnya.
“Cuma karena
itu?!”
Reza tertegun.
“iya!”
“hmmm...tapi
makasih ya, klo kamu nggak datang mungkin..aku..”
Reza hanya
tersenyum. “Reza tersenyum”. hal itu benar-benar sulit di percaya.
“sama-sama,kalau
gitu aku pulang dulu ya za!”
Ketika sophie akan pergi tiba-tiba reza menarik
tangannya.
“ada
apa?”
Reza menarik nafas dalam-dalam.
“ada
hal yang mau aku tanyain ke kamu!”
“apa?”
“apa
kamu...”
Kata-katanya terhenti.
“dasar bodoh! Buat apa aku tanyain soal perempuan itu
ke dia, belum tentu dia juga kenal!”
gumamnya dalam hati.
“apa?”
Tanya sophie lagi . Tapi reza hanya terdiam.
“nggak
apa-apa...nanti aja aku tanyain lagi”
“ya
udah...aku pulang dulu ya!’
“hmmm”
Angguknya dengan wajah yang masih tampak melamun.
Hari yang baru di sekolah. Entah kenapa hari ini
sophie ketiban sial terus. Dimulai saat ia masuk gerbang sekolah, di tengah
jalan sebuah mobil kijang inova berwarna hitam melewati genangan air hujan
dengan kecepatan tinggi yang akhirnya membuat cipratan-cipratan air itu
mendarat di seragamnya, bukan Cuma itu saat jam istirahat di kantin setumpuk
mie baso juga jatuh menimpanya, sepatu hilang saat jam olahraga, buku PR yang
ia bawa juga ikut-ikutan lenyap otomatis ia di hukum berdiri di lorong sekolah
selama jam pelajaran itu. Setumpuk kesialan itu entah datang dari mana hanya
kebetulan kah atau? Pokoknya sophie udah nggak karuan banget hari itu.
“uhhhh...sebel!!”
Eluhnya sambil bersandar di bahu reza. Tapi reza malah
sibuk memikirkan sesuatu ia tak merespon kata-kata sophie.
“sophie...aku
mau tanya sesuatu”
“pertanyaan
yang kemarin ya?apa????”
“apa
kamu tahu tentang dia....”
Reza menceritakan semua tentang perempuan itu. Saat ia
pertama kali melihatnya sampai sekarang. Tapi mendengar semua cerita reza
sophie hanya mengerutkan dahinya, dan terdiam.
“apa
kamu kenal dia?”
Sophie masih tampak melamun. Lalu tiba-tiba memandang
reza dalam-dalam. Dan tersenyum simpul.
“kalau
tahu emang kenapa?”
“siapa?namanya
siapa?”
Tanya reza antusias.
“eitss...nggak
semudah itu..”
“apa?!”
“kamu
harus beliin aku ice cream sama anterin aku pulang dulu”
Tanpa pikir panjang reza langsung menuruti kemauan
sophie. Sore itu sepulang sekolah reza membelikan ice cream manapun yang sophie
inginkan dan mengantarkannya pulang sampai ke depan pintu rumahnya.
“makasih
ya za!’
Ujar sophie sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
“tunggu
dulu! Kamu belum ngasih tahu namanya”
Cegatnya saat itu juga.
“oh
itu...namanya...NGGAK TAHU!!!!”
Teriak sophie sambil kabur masuk ke dalam rumah. Reza
masih berdiri, ia mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Reza marah, saat itu
ia benar-benar marah pada sophie.
“sial!!!!”
Hari itu di taman ia juga tidak mendapati perempuan
itu, kekesalannya semakin memuncak terutama pada sophie. Di dalam sepetak kamar
yang begitu kental dengan suasana Gotich & remang karena hanya bercahayakan
candle-candle kecil tampak ami tengah melihat-lihat album foto,di dalamnya
penuh dengan gambar reza.hanya reza. Ia mengambil semua foto-foto itu secara
diam-diam.
“aku
akan selalu menunggumu,kamu hanya akan jadi milikku za...”
Ujarnya sambil memeluk album itu erat-erat.
* * * * * * * * * * *
Paginya di sekolah..
“hai
za!!!”
Sapa sophie polos seperti biasa. Tapi reza tak
bergeming sedikitpun. Sophie mencoba memegang pundak reza tapi reza menepisnya
dengan kasar. Kini sophie yang malah terdiam
“sebegitu marahkan reza demi perempuan itu?”
pikirnya dalam hati.
“diar...”
Reza mulai melirik sophie.
“namanya
diar..”
Nada sophie lirih.
“jadi
kamu kenal dia?”
“entahlah...mungkin
bisa dibilang begitu”
“diar...dia
seperti apa??”
“lebih
baik kamu jangan mendekatinya, dia...”
Sophie merengut, ia tak mampu bicara apapun.
“aku
tidak peduli...ceritakan tentangnya!’’
Sophie menarik nafas dalam-dalam, kalau bukan reza
yang memintanya ia tidak akan pernah mau menceritakan tentang diar pada
siapapun. Ia benar-benar tidak ingin lagi berurusan dengan sosok itu.
Diar...ia adalah sosok anak kecil yang sangat pintar,
bahkan bisa dibilang jenius. IQ-nya diatas rata-rata kebanyakan anak
seumurannya, dia tipe orang yang sangat pendiam , tak suka bergaul dan berada
di tengah keramaian. Dia benar-benar berbeda dengan anak-anak seumurannya.
Bukan karena kebetulan kepribadiannya yang seperti itu. Itu karena lingkungan
keluarganya.
“waktu
masih taman kanak-kanak dia udah bisa ngerjain tentang bangun ruang”
Reza mendengarkan sophie dengan seksama.
“dulu
dia periang, tapi tiba-tiba berubah jadi pendiam..”
“kenapa?”
“mungkin
karena kedua orang tua juga kakak perempuannya meninggal”
“meninggal?”
“iya..mereka
meninggal karena di bantai orang yang datang kerumahnya”
Saat itu ia masih kelas 1 SMP. Sore sebelum malam
tragis itu diar pulang kerumah. Tidak seperti biasa begitu ia pulang ibunya
sudah menyambutnya di depan pintu.
“udah
pulang sayang? Cape nggak?”
“ibu?”
“sini
biar ibu bawain tasnya..”
Ujarnya manis sambil membawa tas diar, lalu mereka
duduk di meja makan...
“kamu
lapar nggak? Ayo kita makan...”
tanyanya lagi sambil mengambilkan makanan untuknya.
“papah
sama kakak nggak ikut makan?”
“mereka
udah makan tadi..”
“oh...”
“gimana
sekolah kamu?”
“biasa
aja..”
Jawab diar sambil melanjutkan makannya..
“sayang...ibu
mau tanya sesuatu sama kamu..”
“hmmm?”
“kamu
sayang sama ibu kan?”
“kok
ibu nanya gitu, ya jelaslah diar sayang sama ibu..”
“kalau
gitu diar mau nggak bantu ibu?”
“apa?”
“ibu
mohon kamu mau mendonorkan ginjalmu untuk kak tiara..”
Bak petir di siang bolong. Diar hanya terdiam tanpa
basa-basi ia tak melanjutkan makannya dan bergegas meninggalkan ibunya.
“diar...tunggu
kamu mau kemana??”
“udahku
duga, pasti ada sesuatu...ibu nggak pernah seperti ini sama aku!”
Ujarnya sambil berteriak dan menangis.
“apa
maksud kamu?”
“kenapa?
Kenapa hanya kak tiara yang ada di pikiran ibu? Aku juga anak ibu? Kenapa nggak
pernah Mikirin
perasaanku juga?”
“diar...kakak
kamu itu sakit...apa kamu nggak kasihan sama dia?”
“aku
juga tahu bu! Tapi aku juga nggak mungkin selamanya nolongin kakak!”
Teriaknya penuh kekesalan. Sampai tiba-tiba sebuah
tamparan mendarat di pipinya...
“cukup!!!
Kamu memang anak yang nggak berguna.. kakak kamu sekarang sedang sakit...tapi
kamu Nggak mau nolongin dia sama sekali.
Dasar egois!”
Ayahnya datang tiba-tiba sembari menampar dan
memarahinya.
“egois?
Papah bilang aku egois? Sebenernya yang egois itu siapa? Aku atau kalian!”
“apa
maksud kamu?”
“ papah pikir
diar nggak tahu? Diar di lahirkan ke dunia ini Cuma buat jadi pendonor kakak
kan? Kalian Cuma mau manfaatin tubuhku
aja...bagi kalian aku ini Cuma obatnya kakak,
bukan
seorang putri, benerkan?!”
“diar
cukup! Kamu jangan marahi ayah sama ibu terus”
Tiara datang
dengan kursi rodanya.
“jangan
ikut campur! Kalian semua sama saja! Aku benci kalian! Aku benci! Nggak ada
yang
Peduli Sama
aku!”
Diar berlari keluar rumah sambil menangis. ia berlari
menuju taman dan bersembunyi di bawah pohon besar dekat kolam. Ia menangis
sejadi-jadinya. Diar menangis.badannya gemetar...wajahnya pucat pasi ia
mengepal tangannya kuat-kuat.
“aku
harap mereka semua mati!”
Ujarnya dalam hati. Lama ia menangis sampai-sampai ia
tetidur di bawah pohon besar itu.
“kenapa kamu
bilang pendonor?apa maksudnya?”
Tanya reza kebingungan.
“diar itu dilahirkan Cuma buat nolongin kakaknya yang
punya penyakit parah waktu dia bayi
Mereka ngambil
sumsum tulang belakangnya buat nyembuhin penyakitnya. Tapi ternyata itu
Nggak berpengaruh
terlalu besar sama kesembuhannya. Hari itu mereka minta diar buat
Ngedonorin ginjalnya
karena ternyata kakaknya juga punya penyakit gagal ginjal”
reza termangu. Ia tak percaya di dunia ini masih ada
orang tua seperti itu.
“terus
kelanjutannya gimana?”
“besoknya...begitu
ia pulang sekolah .. permohonannya terkabul. Ibu, ayah, juga kakak
Perempuannya
sudah meninggal di bantai seseorang yang datang kerumahnya malam
Setelah
peristiwa itu. Polisi bilang kemungkinan orang yang melalukannya karena
punya dendam sama Keluarga diar, pasalnya nggak
ada satupun barang yang hilang di rumah
itu. Terus ternyata ayah diar punya banyak
musuh,banyak perusahaan saingannya yang gulung
tikar karena dia,jadi ada kemungkinan salah
satu dari mereka yang ngelakuin hal itu.”
“saat
itu gimana keadaan diar?”
“katanya
waktu polisi datang,mereka lihat dia tengah meluk mayat ibunya yang bersimbah
darah
sambil nangis.karena
kejadian itu diar kena depresi berat, jadi sulit buat di mintai keterangan”
“depresi?”
“hu-uh,
dia di rawat di rumah sakit jiwa selama dua bulan”
“pembunuhnya?”
“nggak
pernah ketangkap, sampai kasusnya di tutup 2 tahun lalu..tapi aku pernah denger
kalau
diar juga di
curigai sebagai pelakunya soalnya di barang bukti Cuma ada sidik jari dia sama
ibunya aja,
tapi itu Cuma pradugaku aja..nggak mungkin kan anak ngebunuh orang tuanya
sendiri?”
tanya sophie sembari tersenyum. Tapi reza hanya mengerutkan
dahinya.
“sekarang dia
tinggal dimana?’’
“aku
nggak tau,ada yang bilang kalau dia diadopsi seorang wanita, lebih baik kamu
jangan dekati
Dia za”
Reza tertegun mendengar semua penjelasan sophie
tentang kehidupan diar, entah mengapa reza ikut merasakan hal itu. Ia semakin
tertarik dengan sosok diar ia merasa mereka sama. Sama-sama hidup di tengah
keluarga yang tidak bahagia. Ibu dan ayahnya juga telah lama berpisah. Ia dan
ibunya ditelantarkan oleh ayahnya demi wanita lain. Setelah bertahun-tahun
hidup berdua akhirnya ibunya memutuskan untuk menikah dengan seorang duda
beranak satu, ibunya lebih menyayangi adik tirinya nidiya ketimbang dirinya
karena anak suaminya itu seorang perempuan. Putri yang selama ini di
idam-idamkan olehnya dan juga ayahnya dulu. Reza selalu berpikir ayahnya
meninggalkan mereka bukan karena wanita itu melainkan karena dirinya. Anak yang
tidak pernah di harapkan hadir dalam kehidupan mereka.
“za...”
Panggil sophie lirih. Tapi reza tak merespon
panggilannya itu. Pikirannya jauh menerawang. Ia ingin bertemu dengan diar.
Tapi sudah seminggu sosok gadis itu menghilang ia tak pernah muncul di taman itu. Reza terus sibuk mencarinya sampai-sampai
tak ada waktu untuk sophie. Kesepian itu datang lagi bagi sophie. Sampai
datanglah tias dia murid baru dari kelas sebelah.
“hai”
Sapa tias sambil tersenyum ramah.
“hai..apa
aku kenal kamu?”
“nggak
sie..aku tias...murid kelas sebelah”
Sambil menyodorkan tangannya.
“aku
sophie...”
Balas sophie sambil menjabat tangan tias.Wajahnya
manis dengan rambut ikal yang selalu menghiasi kepalanya. Biarpun baru sebentar
mengenalnya tapi mereka sudah sangat akrab. Tidak seperti reza yang selalu
menutup diri tias lebih terbuka ia selalu menceritakan masalahnya pada sophie
bahkan kadang ia ikut menginap dirumahnya. Sedikitnya tias menghapus kesepian
yang sophie rasakan karena kesibukan reza.
“maafkan
aku...kalian pasti sudah sangat lapar!”
Diar berdiri di bawah pohon besar dekat kolam.sambil
memberi makan ikan, rambutnya yang panjang di tiup angin semilir nampak begitu
cantik.
“hai!’’
Sapa reza dari belakang. Ia tampak tenang, tanpa
berbalik menatap reza.
“siapa
kamu?’’
Tanyanya dingin.
“namaku
reza...diar...”
Sambil melangkah maju.
“berhenti!
Siapapun kamu aku nggak peduli..lebih baik kamu pergi sekarang..”
“tapi
diar aku hanya...”
“aku
bilang pergi...PERGI!!!!”
Teriaknya histeris. Reza tak menjauh sedikitpun.. ada
satu pertanyaan terbersit begitu saja. suara itu?? Rasanya tidak asing baginya.
“pergi...”
Suaranya lirih sambil menahan tangis. Kali ini reza
menurut, ia pergi meninggalkan perempuan itu sendiri di bawah pohon besar dekat
kolam ikan.
* * * * * * * * * * *
“sophie...aku nggak pernah lihat kamu bareng-bareng
sama reza, kenapa?”
“aku
juga nggak tahu!”
Jawabnya ketus. Mereka terdiam sejenak. Lalu tiba-tiba
tangisan tias pecah.
“kamu
kenapa??maaf kalau jawabanku tadi ketus!”
“bukan...bukan
karena itu..”
“lalu
kenapa?”
“ibuku...”
“apa
ayah kamu memukulinya lagi?”
“hu-uh...aku
nggak tahu harus gimana lagi??’’
Angguknya sambil bersandar di bahu sophie.
“aku
nggak ngerti kenapa ibuku bisa tahan hidup dengan orang seperti dia, kalau aku
mungkin
sudah bunuh
diri di buatnya!”
“sabar...kita
nggak bisa berbuat apapun...itu urusan mereka”
“sophie..aku
boleh nginep di rumah kamu ya? Aku nggak mau pulang ke rumah!”
Pintanya memelas.
“iya...sekarang
kita ke kantin aja yuk!”
Ajak sophie sambil terus berusaha menenangkannya. Hari
ini pun reza tak masuk sekolah, sudah dua hari sophie tak bertemu dengannya. Ia
terlalu sibuk mencari tahu tentang diar . Sophie benar-benar marah dan benci
karena reza terus memikirkan tentang gadis itu. sosok yang tidak pernah mau ia
temui dalam hidupnya.Begitu mereka berdua pulang ke rumah sophie. Di rumah
ibunya sudah menyediakan makan malam, selesai mandi tias dan sophie langsung
bergegas ke ruang makan untuk makan bersama.
“ yang
sabar ya nak tias...orang dewasa memang seperti itu...punya pemikiran yang
rumit”
Nasehat anita pada teman putrinya itu.
“iya
tante..”
“ngomong-ngomong
papahnya sophie kemana ya? Selama saya kesini saya nggak pernah ketemu
sama om”
“papahnya
sophie uda nggak ada”
Ujar anita yang tampak sedih ketika mendengar
pertanyaan itu.
Cerita sebelumnya.. Cerita Selanjutnya..
Cerita sebelumnya.. Cerita Selanjutnya..
1 comment:
^^v
Post a Comment