DIARY DIAR
Ketika cinta menjadi
sebuah hal yang menakutkan
Ujar anita yang tampak sedih ketika mendengar
pertanyaan itu.
“maaf
tante...saya nggak bermaksud...”
“nggak
apa-apa kok, semenjak ada sophie tante nggak ngerasa sepi lagi..”
Mereka lalu melanjutkan makannya. Setelah selesai
makan sophie dan tias bergegas ke kamar sophie. Kamar yang cukup luas. Disana banyak buku-buku
koleksinya.
“reza
nggak pernah kesini?”
“nggak.
Dia jarang banget kesini., tiap ku ajakin selalu nggak bisa”
“aku
boleh tanya sesuatu nggak? Tapi kamu jangan marah ya?”
“apa?
Kok kayak yang serius gitu?”
“kamu
sama reza itu sebenernya pacaran nggak sie?”
“ya
ampun tias kenapa kamu bisa mikir kayak gitu? Aku sama reza cuma temen aja!”
“tapi
sikap kalian itu kayak bukan sekedar temen, anak-anak yang lain nyangka kalian
itu
pacaran”
sophie hanya tertawa.
“aku
nggak mungkin pacaran sama reza...lagian sifatnya yang jutek itu bikin aku
ilfeel! Udah
Ahk..itu pertanyaan konyol, aku mau belajar
dulu”
ketika Sophie tengah sibuk mengerjakan tugas di meja
belajarnya, tias bersandar sambil melihat-lihat buku bacaan yang tertata rapih
di rak bukunya. Tanpa sengaja ia menemukan sebuah album photo. Di lihatnya
album photo itu satu persatu..sampai ia menemukan sebuah photo keluarga.
“sophie
ini photo ayah kamu??? Ternyata kamu punya saudara?aku pikir kamu anak
Tunggal,mana
cantik lagi!tapi kenapa wajah perempuan yang ada di photo ini nggak mirip sama
ibu kamu?’’
“JANGAN!!!!”
Teriaknya sambil merebut album photo itu. Ia
gemetaran...wajahnya tampak ketakutan.
“maaf...aku..”
“siapa
yang suruh kamu buka album ini!”
Bentaknya begitu kasar. Tias terperanjat belum pernah
ia melihat sophie semarah itu.
“maaf
aku nggak sengaja...aku pikir...maaf”
Wajahnya penuh penyesalan. Sophie menarik nafas
panjang ia berusaha mengontrol emosinya.
“maaf...aku
nggak bermaksud buat marahin kamu...aku Cuma nggak suka ada orang yang
membuka Barang pribadiku..”
“maafin aku
ya..”
Ujar tias sambil memeluk sophie.
* * * * * * * * * * *
“kemarin
aku menemuinya..”
Sophie tak merespon pernyataan reza itu. Dan..
“TUKKK!!”
Akhirnya setelah sekian lama kepalan tangan itu
kembali mendarat di kepala sophie. Tapi sophie tetap tak meresponnya.
“ceritanya
marah nie?”
Suara reza memperolok. Sophie hanya meliriknya sinis.
“padahal
aku kangen banget sama kamu”
“nggak
ngaruh!”
Jawabnya ketus.
“maaf
deh...selama ini aku nggak pernah nemenin kamu...sekarang kamu minta apa aja
aku
turutin deh!”
tawar reza pada teman spesialnya yang satu ini.
“ aku
mau ice cream!”
“oke...satu
buah ice cream spesial siap diantar...”
Ujar reza sambil bergegas membelikannya. Tapi
tiba-tiba sophie menarik tangannya dan memeluknya erat...
“maafin
aku ya”
Keduanya tersenyum. Dari jauh sepasang mata
memperhatikan mereka dengan sangat sinis, penuh kecemburuan dan rasa benci.
Sepasang mata itu milik ami. Gadis yang dari dulu menyukai reza. Rasa sakit
benar-benar merasuki seluruh hatinya. Cintanya yang tulus pada reza tak pernah
di pandang sedikitpun. Cinta yang sudah sangat lama ada dalam hatinya, sejak
reza menolongnya dari gangguan kakak dan teman-temanya dulu. Ia menarik nafas
dalam-dalam mencoba untuk menahan kesedihannya.
“Reza!!!”
Panggilnya sambil berlari menghampiri reza...
“ada
apa?”
“apa
mau kamu sebenarnya?”
“aku
nggak ngerti apa yang kamu omongin”
Sambil melanjutkan langkahnya.
“Reza
pliz...! untuk kali ini jangan acuhin aku!”
Sambil menarik tangan reza.
“kamu!”
“reza
aku suka sama kamu, aku tulus cinta sama kamu...aku mau kamu nerima aku!”
Teriaknya sambil menangis. akhirnya ia bisa
mengutarakan isi hatinya pada reza walaupun sangat memalukan karena saat itu
ribuan mata memperhatikan mereka.
“apa
maksud kamu?aku nggak punya urusan denganmu..”
jawabnya dingin sambil melepaskan genggaman tangan
ami.
“REZA!!!!
Aku nggak peduli kamu lupa sama aku yang jelas aku akan selalu inget saat
dimana
Kamu nolongin
aku, waktu itu kamu dengan gagahnya nodongin senapan sama kepala
kakakku. Aku berharap saat itu senjata yang
kamu pegang meletup dan menghancurkan
kepalanya tapi aku tahu kamu hanya ingin
menakutinya, demi aku!”
Teriakannya menghentikan langkah reza. Reza berbalik
dan langsung menghampiri gadis itu, memandangnya dengan tatapan penuh
kebencian.
“berhenti
bicara omong kosong!”
begitu dingin
dengan tatapan yang sangat menakutkan. Kemudian melanjutkan langkahnya lagi.
“REZA!!!!!nggak
akan aku biarkan orang yang udah bikin kamu pergi selamat!!”
Teriakannya kali ini tak di gubris reza sedikitpun.
Dendam itu sudah tetanam.tak ada kata maaf untuk orang
yang sudah merebut reza dari tangannya. Ami lalu bergegas menghampiri sophie
untuk membuat sebuah perhitungan dengannya. Di tangga sekolah..sophie yang
tengah berjalan sendiri tiba-tiba di hadang olehnya dan teman sebangkunya.
“Hei...cewek
aneh!!! lu pikir lu hebat bisa dapetin perhatian reza!”
“kamu
siapa?”
Tanya sophie polos.
“nggak
penting gw siapa! Asal lu tahu...kalau gw nggak bisa dapetin reza...maka cewek
lain juga
Nggak boleh ada!!”
Sambil menarik tangan sophie dengan sebegitu kasarnya.
Sophie hanya memandanginya dengan wajah yang begitu sinis.
“aku kasian sama kamu!”
Ujar sophie polos.
“apa
maksud lu?!”
Sophie hanya tersenyum memperolok. Ami yang melihatnya
semakin marah ia membanting tubuh sophie ke tembok.
“gw
peringatin sekali lagi sama lu! Jangan pernah deketin reza lagi!”
“kalau
aku nggak mau emang kenapa?”
Balas sophie saat itu juga.
“elu
tuh ya...”
“PLAKKKK!”
Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan sophie.
“dasar
cewek murahan!”
Hina ami tak terkendali. Temanya yang melihat ami
begitu berapai-api berusaha untuk menenangkannya. Ia menarik ami dan
mengajaknya pergi.
“cukup....jangan
sampai ada guru yang lihat!’’
Sambil menangis ami dan juga temanya meninggalkan
sophie yang masih memegangi pipinya di sudut tangga. Tapi entah bagaimana
sophie sudah berada di belakang mereka. Di tengah tangga ia berusaha mendorong
ami kebawah pandangannya kosong seperti terasuki sesuatu. Namun Ami dengan
gesit menghindar...dan akhirnya malah sophie yang terjatuh dari tangga itu...
“BRUKKK!!”
Suara benturannya begitu keras ketika tubuhnya
menghantam tanah, sophie tersungkur...ia tampak tak sadarkan diri tiba-tiba
dari dahinya mengucur darah segar.
“bukan...bukan
aku....bukan aku yang menjatuhkannya!”
Teriak ami histeris...dalam waktu sekejab murid-murid
yang lain sudah berkerumun di tempat itu. Diantara kerumunan itu reza muncul dan
mencoba menolong sophie. Tatapan tajamnya itu mengarah kearah Ami yang masih
tampak syok ia menangis tak karuan. Reza di bantu dengan beberapa orang lalu
membawa sophie ke ruang UKS sambil menunggu ambulanc datang.
“dia sadar...”
Suara lembut anita di sampingnya begitu mendapati
sophie sudah membuka matanya..wajahnya basah..karena menangis.
“ibu
khawatir sama kamu...”
“kepalaku
sakit...”
Sambil
memegangi kepalanya yang baru saja mendapat tujuh jahitan itu.
“reza,
tias kalian juga ada disini?”
“iya...aku
khawatir banget sama kamu...jangan nakut-nakutin aku lagi ya...”
Ujar tias sambil memeluk sophie.
“maafin
aku ya...uda buat kalian khawatir!”
“ami
juga temanya itu udah dapat hukuman yang setimpal mereka di skors selama dua
minggu
dari Sekolah,
dan kalau mereka berbuat macam-macam lagi sama kamu..mereka bakal langsung
di keluarkan !”
“sebenernya
ini bukan salah mereka juga..”
“SSStttt...udah
jangan banyak ngomong mending kamu istirahat aja!”
“hmmm”
Pandangan sophie menerawang, ia menarik nafas
dalam-dalam sambil memejamkan kedua matanya perlahan. Ia kemudian tertidur.
Saat itu reza terus memikirkan sophie. Ia mulai merasakan sesuatu. Sesuatu yang
berbeda. Semenjak kejadian itu ia menyadari sesuatu? Tapi apa itu ia masih
benar-benar ragu.
Sore di taman
kota di pohon besar dekat kolam tampak seseorang tengah memberi makan ikan.
Bukan ...bukan diar..tapi Reza! Diar berusaha untuk meninggalkan tempat itu.
“jangan
pergi!”
Cegah reza padanya tanpa berbalik sedikitpun ia hanya
memberi makan ikan-ikan disana.
|
Kata-katanya terhenti.
“kita
sama diar...aku sama sepertimu...kita sama!”
Diar hanya tertegun di pandanginya sosok itu
dalam-dalam kemudian berlalu meninggalkannya sendiri hanya sendiri.
* * * * * * * * * * *
12 februari 2009
Dear,
Aku mendorongnya...tapi sayang
keberuntungan masih berpihak padanya...aku takut ini akan terbongkar..bantu
aku...bantu aku...ku mohon jika tidak aku bisa sakit!” ku mohon.
Diar
|
Sapa Ami dua minggu kemudian.
“aku
mau minta maaf...mungkin sikapku saat itu keterlaluan..”
“nggak
apa-apa aku udah maafin kamu kok lagian itu juga bukan salah kamu”
“aku
tahu kamu pasti bakal ngerti!karena dari awal bukan aku yang mendorong kamu!”
Sorot matanya tajam memandang sophie
“maksud
kamu?”
Ami hanya tersenyum. Kemudian berlalu pergi. Sophie
tak memperdulikan kata-kata ami tadi. Ia kemudian berjalan ke kelas...tapi di
tengah jalan anak-anak ramai berkumpul di taman sekolah pandangan mereka tertuju kearah loteng
sekolah. Sophie yang penasaran langsung berjalan menghampiri kerumunan itu...
“ada
apa sih?”
Tanyanya penasaran.
“ada yang
mau bunuh diri!”
“siapa?”
Sophie melirik kearah loteng. Alangkah terkejutnya ia
begitu ia melihat orang itu...
“TIAS???”
Ia sedang duduk sambil menangis di atas tembok
penghalang loteng. Dengan segera ia berlari keatas...mencoba menghampirinya.
Dan begitu sampai...
“TIAS!!!!
Apa yang kamu lakukan?”
“jangan
mendekat!!!! Aku muak harus seperti ini terus!!! Di dunia ini nggak ada yang
peduli sama
Aku!!”
“apa
maksud kamu?? Jangan gegabah yas!”
“udah cukup
sophie...semua kata-kata kamu itu Cuma bisa bikin keadaan tenang sesaat!
hidupku
Nggak akan
pernah berubah!’’
“tias...aku
mohon...apa kamu nggak kasian sama ibu kamu??”
“dia sama
dirinya sendiri nggak ada rasa kasian, apalagi sama aku, buat apa aku kasihani
orang
seperti dia!!!”
“tias...aku
ngerti apa yang kamu rasain...tapi jangan gini!!!”
Nasehat sophie sambil mendekatinya perlahan.
“aku
cape...”
Sayunya lirih sambil menangis. sophie terus mendekat
sampai ia berada di sampingnya...
“aku
juga sama kayak kamu ti..”
kata sophie lirih juga.
“maksud
kamu??”
“hmmm...kalau
kamu mau denger ceritaku...kamu harus turun dulu...”
Rayunya perlahan. Tias hanya merengut.
“kamu
inget photo yang waktu itu??”
“itu
keluargaku yang sebenarnya..ibu anita yang selama ini kamu pikir ibu aku..dia
hanya
seorang
ibu Angkat. Dulu suami juga anaknya meninggal karena kecelakaan mobil.. ia
mendapatiku
dari panti Asuhan. Hidupku juga tidak sebahagia yang kamu lihat...keluargaku
mati
terbunuh!jadi ayo turun!”
Ujar sophie sambil mengulurkan tangannya. Tias
membalas uluran itu..tapi begitu ia hendak turun kakinya terpeleset.. untungnya
ia berpegangan pada sela-sela pagar semua orang di bawah berteriak
histeris..reza yang melihatnya dari bawah kerumunan bergegas menemui mereka..
“sophie!”
Teriak tias penuh ketakutan.
“tenang
tias aku bakal megangin tangan kamu! Kamu bertahan!”
“aku
takut!!!”
“kamu
percaya sama aku kan??”
“aku
percaya!”
Ujarnya sambil menangis.dan berusaha menggapai tangan
sophie
“ti ada
hal yang lupa aku kasih tahu sama kamu”
“apa?”
Tanya tias begitu tanganya menggapai tangan sophie.
“keluargaku
mati terbunuh...itu semua...karena aku”
Pandangan tias berubah...wajahnya tampak begitu
pucat...dan tiba-tiba pengangan itu terlepas. Tubuh tias langsung menghantam
tanah dan meregang nyawa saat itu juga. sementara sophie, ia hanya duduk
tersudut di pinggir sambil menangis.
“sophie!”
Reza tiba-tiba muncul dari arah belakang.
“reza...”
Sophie berlari memeluknya sambil menangis.
“aku...aku
takut za!”
“ssttt...tenang...ayo
kita turun!”
Reza berusaha menenangkannya.sophie seperti tak
sadarkan diri wajahnya tampak pucat. Ia menangis sesegukan. Karena kejadian itu
sekolah di liburkan selama dua hari. Sophie banyak mengurung diri di kamar
semenjak kejadian itu, ia bahkan tidak pergi ke acara pemakaman tias. Seminggu
setelah acara pemakaman barulah sophie berani kembali ke sekolah...semua orang
memandang sophie dengan pandangan yang begitu aneh...tapi itu tak berarti
apa-apa baginya toh semua orang memang sering memandangnya seperti itu.
“pembunuh!”
Gumam salah seorang teman tias pelan ketelinganya. Ia
tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.Sampai tiba-tiba Ami datang
menghampirinya...
“hai!”
Sapanya sambil tersenyum.
“mau
apa kamu?”
“aku
pikir kamu orang yang polos...tapi..aku nggak nyangka kamu tega ngebunuh teman
kamu
Sendiri!”
“apa
maksud kamu?”
“kamu
pikir aku nggak tahu? Kamu yang udah bikin tias jatuh dari loteng, sama halnya
dengan
Yang Kamu coba
perbuat sama aku...benarkan?”
“kamu
bicara apa? Aku nggak ngerti!”
Ujarnya sambil berlari meninggalkan ami..
“Dasar
Pembunuh!!!!”
Sophie ketakutan ia berlari meninggalkan sekolah itu, semua
orang menuduhnya sebagai pembunuh tias.mereka mencemo’ohnya dan terus berkata
kalau ia adalah seorang pembunuh.reza yang melihatnya seperti itu berusaha
mengejarnya...
“sophie!!!”
Panggilnya namun sophie tak merespon panggilannya itu.
“sophie..”
Panggilnya sekali lagi...ia tetap tak berbalik.
“diar!!!”
Panggilannya yang terakhir itu sontak membuat sophie
menghentikan langkahnya.
16 februari 2004
Dear,
Dia terlalu lama mengulur waktu,
benar-benar memuakan. Aku benci dengan orang-orang yang begitu lemah.
Bahkan meskipun itu orang yang ku kasihi. Aku tak percaya akan sahabat
sejati. Aku takkan pernah percaya pada siapapun!
Diar.
|
Ujar reza sambil tergopoh-gopoh.
* * * * * * * * * * *
Mereka berhenti di taman tepat di bawah pohon besar
dekat kolam.
“aku
nggak percaya...kalau kamu juga mikir aku yang ngebunuh tias?’’
“kamu
memang pembunuhnya”
Ujar reza datar dengan raut wajah yang begitu dingin.
“za...mana
mungkin aku ngebunuh sahabat aku sendiri?”
“lalu
kenapa kamu lepaskan tangannya?”
“sudahku
bilang aku tidak bisa menahan beban badannya....kenapa kalian tidak ada yang
mau
Percaya!”
Jelasnya dengan wajah yang begitu polos dan air mata
yang terus mengalir.
“apa
seorang sahabat akan tertawa ketika melihat sahabatnya mati?”
“maksud
kamu apa za? Aku nggak ngerti?”
“entahlah
diar...tadinya aku juga tak mau mempercayai hal ini, tapi aku berada disana.
Saat itu
Aku ada bersama kalian”.
Tatapan reza semakin tajam.
“keluargaku mati terbunuh...itu semua...karena aku”
Sophie hanya
tersenyum. Pandangan tias berubah...wajahnya tampak begitu pucat...dan
tiba-tiba pengangan itu terlepas. Sophie melepaskan pegangangan tias sambil
tertawa puas. Tubuh tias langsung menghantam tanah dan meregang nyawa saat itu
juga. Reza yang memperhatikan mereka dari balik pintu loteng hanya terperanga.
“sudah
aku bilang aku bukan diar! Aku sophie!”
“tapi kamu
memang diar!” Teriak reza.
“aku
mohon za percaya sama aku?”
Pinta sophie sambil menangis.
“Kamu nggak bisa menyangkalnya lagi!!! Selama ini aku
mencari informasi tentang diar, aku
Datang
ketempat dimana kamu dirawat juga panti asuhan yang menampungmu dulu,apa yang
mesti kamu
tutupi lagi? Kita sama...”
Ujar reza sambil memeluknya.
“kamu
tahu, aku begitu menikmati saat-saat dimana kamu menjatuhkannya”
Sophie melepaskan pelukan reza dan menjauh perlahan.
“kita
sama-sama tidak bahagia, sama-sama orang yang tidak pernah di inginkan di dunia
ini
Aku juga sama sepertimu entah berapa orang
yang sudah kubuat celaka seperti kamu men
Celakai tias saat itu. Aku mengerti perasaan
yang selama ini kamu rasakan”
“reza...aku
bener-bener nggak ngerti apa maksud kamu?”
“kita
sama..aku mengerti perasaanmu..aku menyukaimu diar”
Ujar reza sambil kembali memeluk sophie.
“kita
bisa saling mengerti satu sama lain...aku akan selalu bersamamu”
“aku
sophie za...bukan diar”
“sstt...jangan
bicara lagi”
Sophie hanya menangis di pelukan reza. Ia tak mengerti
harus berbuat apa ia yakin kalau dirinya bukan diar. Diar sudah lama mati sejak
keluarganya terbunuh. Ia tak ingin mengingat lagi sosok itu. Tapi diar selalu
membayanginya rasa dendam juga kekecewaan yang begitu besar membuatnya selalu
kembali. Reza mengantarkan sophie pulang
kerumahnya.
“diar..”
Cegat reza begitu sophie hendak masuk kedalam
rumahnya.
“apa
yang kamu katakan pada tias itu benar?”
Sophie tak menjawab pertanyaanya itu.ia langsung masuk
kedalam rumah.Lama reza berdiri di depan pintu rumah sophie. Entah apa yang di
pikirkannya. Reza adalah orang yang begitu sulit di tebak.
“kenapa?kamu
kok kayak yang habis nangis?”
Tanya anita begitu melihat sophie datang dengan wajah
lusuhnya.
“aku
ketahuan...”
Tangisnya lirih sambil memeluk anita.
“ketahuan
apa??”
“aku
ketahuan...aku ketahuan...!!!”
Ia mulai tampak ketakutan badannya gemetaran. Yang
bisa ia ucapkan hanya kata-kata itu sambil terus menangis.
“sophie..tenang!!”
“sophie?
Iya...aku sophie bukan diar...diar sudah mati”
Bicaranya mulai terdengar ngawur, sophie seperti orang
linglung..
“sophie...kamu
kenapa???”
Tanpa menjawab pertanyaan anita ia langsung berlari ke
kamarnya. Meninggalkan sebuah tanda tanya dan kekhawatiran pada anita.Paginya
reza kembali lagi ke rumah sophie ia ingin meyakinkan kalau ia akan selalu ada
untuknya.
“ada apa ya?”
“saya
reza temannya sophie,sophienya ada tante?”
“Reza?
Oh..sophie tadi pagi-pagi sekali sudah pergi”
“kemana
ya tante?”
“tante
juga kurang tahu, waktu tante ke kamarnya dia udah nggak ada!ada apa?
kemarin
sikapnya aneh sekali”.
Reza tampak melamun.
“saya
pergi dulu,maaf ngerepotin”
“nggak
apa-apa, kalau udah ketemu kabarin tante ya...tante khawatir”
“iya”
Pamitnya sambil bergegas mencari keberadaan sophie.Pagi
buta sophie sudah keluar rumah, tak seperti biasa kucir kuda yang selalu
menghias rambutnya tak kelihatan, Ia biarkan rambutnya tergerai begitu saja.
Tak tampak seperti sophie. Ia berjalan menuju ke sebuah rumah kosong yang sudah
tampak begitu usang, kotor, dan tak terurus. Dengan perlahan ia masuk ke dalam
rumah itu. Ingatannya mulai menerawang..ia mulai mengingat kejadian waktu itu..begitu
diar selesai menangis di bawah pohon besar, Ia kembali lagi ke rumah saat itu
suasananya sudah tampak sepi mungkin karena sudah sangat malam ibu,ayah,juga
kakak perempuannya sudah tertidur. Dengan perlahan ia berjalan kearah kamar
kakaknya. Kursi roda dan setumpuk obat menghiasi sisi lain kamar. tampak kakak
yang sangat di bencinya itu tengah tertidur pulas.. wajahnya cantik seperti
bidadari yang di ciptakan tuhan. begitu berada di samping kakaknya ia tak dapat
menahan air matanya lagi.
“kenapa,
kenapa mereka lebih menyayangimu daripada aku? Apa kelebihan yang kamu miliki
Yang aku tidak
punya?Kamu hanya mayat hidup yang tak bisa berbuat apapun, sedangkan aku?
Aku sehat, prestasiku
di Sekolah juga sangat bagus! Tapi kenapa mereka hanya
memandangmu!!!”
Keluhnya sambil terus menangis.
“mungkin
jika kamu mati, mereka baru akan memperhatikanku...”
Pikir diar sambil memegang sebuah bantal di tangannya.
“sudah
cukup kak!sekarang giliranku untuk mendapatkan kasih sayang mereka!”
Ia mendekatkan bantal itu ke wajah tiara, lalu
membekamnya sekuat tenaga..tubuh lemah tiara meregang kesakitan.semakin lama
semakin kuat ia membekamnya hingga tubuh lemah itu berhenti melawan. Kakak yang
begitu dibencinya akhirnya mati.
“terima
kasih kak, pengorbananmu ini berarti banyak buatku!’
Sambil menangis ia keluar dari kamar itu. Tapi ketika
ia hendak keluar ayahnya sudah berada di balik pintu.
“PLAKKKK!!!!”
Sebuah pukulan mendarat di pipinya.
“dasar
anak tidak tahu diri!!!! Apa yang kamu lakukan pada kakakmu?!!”
Ayahnya terus memukulinya hingga ia jatuh tersungkur.
“aku
hanya ingin kalian lebih meperhatikanku...aku juga anak kalian..aku ingin
keberadaanku
diakui..”
ujarnya sambil terus menangis.
“pah
aku mohon...sayangi aku juga...”
Pinta diar lirih sambil bersimpuh di kakinya. Tapi
ayahnya malah menendangnya dengan begitu keras.
“ apa
sebegitu susahnya untuk menyayangiku?”
Tanya diar, Sambil mengeluarkan sebuah pisau lipat
dari saku bajunya.
“apa
yang mau kamu lakukan? Kamu ingin membunuhku juga?”
“kalau
memang perlu kenapa tidak?”
Ujarnya sambil menghampiri ayahnya dengan tiba-tiba.
“aku
juga tidak butuh ayah sepertimu!!”
“TUBB!!!”
Cipratan darah memenuhi bajunya. Mata diar dipenuhi
dendam rasa sakit yang selama ini ia pendam akhirnya menjadi bom waktu yang
meledak saat itu juga. tak cukup sekali ia menikam ayahnya dengan pisau itu. Ia
terus menerus mengulanginya bahkan hingga ayahnya benar-benar sudah mati ia
tidak berhenti menikamnya.
“ini
balasan untukmu! Dasar tidak tahu diri!!!”
Ia kemudian berjalan kearah ruang tamu. Bajunya di
penuhi darah, pandangannya kosong. Disana ia tak menemui sosok ibunya. Sambil
menyanyikan sebuah lagu yang sering dinyanyikan ibunya untuk tiara ia berjalan
menuju kamar utama. Ibunya masih tampak terlelap ia masih belum menyadari apa
yang terjadi.
Diar duduk di sampingnya. Sambil menangis ia membelai
wajah ibunya dengan tangan yang masih berlumuran darah.
“aku
sayang sama ibu”
wanita setengah baya itu akhirnya terbangun dari
tidurnya. Alangkah terkejutnya ia begitu melihat diar yang di penuhi noda
darah sudah berada di samping
ranjangnya.
“apa
yang kamu lakukan?”
Sambil melihat kesekelilingnya.
“sekarang
tinggal kita berdua bu?’’
“apa
maksud kamu?”
Diar hanya tersenyum sambil menangis.
“kamu sudah
gila!!”
Ia berlari
menuju kamar tiara. Dan begitu ia sampai yang tampak hanyalah dua tubuh yang
sudah tak bernyawa. Ia menangis histeris. Sambil berlari mencoba memeluk jasad
anak perempuannya.
“ibu..”
Panggil diar dari balik pintu.
“apa
yang kamu lakukan???kenapa kamu membunuh anakku?”
“sekarang
tinggal kita berdua..ibu sudah bisa menyayangiku kan?”
“kamu
sudah gila!”
“ibu..ayo
nyanyikan lagu itu untukku?”
Ia tak menghiraukan perkataan diar, wanita itu hanya
menangis sambil terus meratapi anaknya.
“semua yang aku lakukan tak pernah berarti buatmu..
aku baru 14 tahun. Dan aku baru saja
membunuh Kakak
juga ayah kandungku sendiri hanya untuk mendapat perhatian darimu,
aku begitu menyayangimu, tapi kenapa kamu tak
bisa sedikitpun menerimaku?
“melahirkan
kamu adalah sebuah kesalahan terbesar dalam hidupku..”
Diar hanya menangis mendengar perkataan ibu kandungnya
itu. Wanita itu mendekati diar perlahan kemudian mengambil pisau lipat yang
sedari tadi ada di tangan diar.
“aku
tidak pernah mempunyai anak sepertimu”
Ujarnya sambil menancapkan pisau itu ke jantungnya
sendiri. Diar terus menangis, ia memeluk tubuh ibunya yang sudah tak bernyawa
itu. Tiba-tiba semuanya jadi buram, ia berteiak-teriak sendiri sambil menangis
seperti orang gila. Ketika polisi datang yang tampak hanya diar yang sudah
hilang akal sehatnya. Dua bulan dia di rawat di rumah sakit jiwa. Hari-hari
yang sungguh kelam untuk di lewati anak seusianya. Sampai anita menmungutnya
dan merawatnya seperti anak sendiri. Kasih sayang yang berlimpah dari anita
mampu membuatnya keluar dari masa lalu dan hidup sebagai sophie. Tapi itu semua
tidak cukup untuk menghapus diar dari dirinya. Sisi buruk yang akan selalu
mengikutinya kemanapun ia pergi. Air mata sophie tak bisa di bendung lagi.Sophie
menangis sambil mengenang. Ia berjalan meninggalkan masa lalunya yang begitu
kelam pergi menjauh dari rumah itu. Ia tak ingin seperti itu lagi. Diar dan
masa lalu itu harus ia kubur dalam-dalam.
“diar
kemana kamu pergi?”
Reza mencari sophie ke semua tempat. Ia pergi ke taman
tapi sosok sophie tak tampak disana. Kini hanya satu tempat yang terlintas di
pikiran reza. Mungkin di tempat itu.sekolah. Reza segera pergi kesana dan
begitu sampai benar saja sophie tampak tengah duduk di pagar loteng sambil
memikirkan sesuatu.
“diar!”
Panggil reza dari balik pintu loteng.sophie hanya
meliriknya sebentar dan kembali pada lamunannya.
“aku
tidak ingin kehidupan seperti ini..”
“apa
maksud kamu?”
“yang
dilakukan diar adalah sebuah kesalahan besar”
Ujar sophie lirih.
“aku
tidak mau selamanya ada dalam bayang-bayang diar, diar sudah lama mati. Aku
Yang sekarang ingin hidup lebih baik. Aku yang sekarang bernama sophie
bukan diar”
“sampai
kapanpun kamu menyangkalnya kamu tetap diar”
“ za..
jangan cintai diar..dia hanyalah sebuah kesalahan”
Reza mendekati sophie perlahan.
“buatku
kesalahan itu adalah hal yang begitu nyata..dan aku ingin terus bersamanya”
“jangan
mendekat!berjanjilah satu hal..jika kamu benar-benar menganggapku ada”
Reza hanya memandang punggung sophie ia tak berani
mendekat lagi..
“cukup
diar dan hanya diar saja yang melakukan semua kesalahan ini, jangan jadikan
Dirimu menjadi
sebuah kesalahan sepertiku,berhentilah..untukku reza”
“tapi..”
“ssttt...jangan
bicara..dengarkan saja..”
Sophie memejamkan matanya dan menarik nafas perlahan.
Butiran air nampak menetes dari sela-sela matanya.
“aku
ingin mengubur diar dalam-dalam..”
“apa
maksud kamu?’’
“berjanjilah
za untuk terus mengenangku sebagai sophie bukan diar”
Senyum simpul itu tampak untuk yang terakhir kali. Ia
terjun dari atas loteng sekolah, tempat dimana ia membawa sahabatnya tias
ketempat terakhir persinggahannya sekarang. Akhirnya Sophie mengubur diar
dalam-dalam. Mengubur semua kenangan pahit itu bersama jasadnya di bawah tanah
gembur yang masih tampak kemerahan.
“nak
reza..”
“iya
tante..”
“tante
nemuin ini di kamar sophie”
Sambil menyodorkan sebuah buku usang padanya.
untuk reza
ini jawaban
dari pertanyaanmu..”
Kata-kata itu tertulis singkat di halaman depan buku
itu. sebuah diary dimana ia menuliskan semua kegundahan,kebencian, dan
kesengsaraanya selama ini, diary yang hanya di tulis oleh diar.
“cerita kalian bener-bener bikin aku merinding”
Ujar Helen sambil mengusap-ngusap kedua tangannya.
“sekarang
kamu udah denger semua ceritaku kan?”
“hu-uh..”
Senyumnya tampak puas. Keadaan hening sejenak.
“aku titip bunda anita sama kamu ya, jaga dia
baik-baik dan sampaikan permintaan maafku
Padanya”
“oke”
Jawabnya sambil menautkan jari telunjuk dan ibu
jarinya menjadi sebuah lingkaran.
“sophie, apa
sekarang kamu bahagia?”
Ia hanya tersenyum misterius.
“bagaimana
dengan reza sekarang?”
“dia
tepati janjinya..kamu tahu nggak?”
“apa?”
“sekarang
dia ada di belakang kita”
“?#!!”
Senyuman simpul itu menghilang di balik kabut di bawah
pohon besar dekat kolam.
Cerita Sebelumnya.. Tamat.
No comments:
Post a Comment