Friday, December 9, 2011

Cerbung : Hanya Satu#1

PART 1
-->
HANYA SATU
Created by : ve Irie
 01 Januari 2011..
Ruangan itu tampak ramai, di tengah suasana puncak yang hening, orang – orang tertawa dan saling bercanda gurau sambil mengenakan topi pesta juga memegang sebuah terompet kecil untuk mereka tiup saat tahun baru tiba..
            “kamu kenapa, kok dari tadi diem aja?”
            “sekarang jam berapa?”
            “jam 11.00, Emang ada apa?’’
Tanya Ririn sambil melihat jam tangan miliknya.
            “kira-kira kapan acaranya selesai?”
            “emang ada apa si ndri?”
            “aku mau pulang..”
Ujarnya lesu.
            “kamu ini gimana? jarang-jarang kita diajak liburan kayak gini, lagipula Pak Danu
  sudah menyewa tempat buat kita nginep, jadi kemungkinan besok pagi baru
  kita pulang”
jawab perempuan dengan rambut panjang berwarna sedikit kemerahan itu sambil menikmati makanan yang tersaji dihadapannya.
            “masa sih Rin?”
            “kirain kamu uda tahu? karena pendapatan bulan ini lebih dari yang
  diharapkan, jadi pak  Danu ngajak kita semua liburan bareng
  keluarganya kesini..”
            “tapi aku mesti pulang! Dion sendirian di rumah..”
            “kan ada bu Farida?”
            “aku nggak mungkin nyusahin dia terus?”
            “ nggak apa-apa lagi..bu Farida pasti ngerti..lagian nggak enak sama pak
   Danu kalau kamu pulang sekarang!”
Indri hanya mengerutkan dahinya sambil tertunduk lesu.
malam semakin larut...tapi keadaan di ruangan itu malah semakin ramai. tepat disebelah ruangan yang mereka tempati beberapa orang juga sedang menikmati malam tahun baru. Namun tak seramai pesta di tempat Indri, Disana suasananya terlihat sedikit kaku.
Sambil memandang ke luar jendela pria itu teringat sesuatu, langit yang sama.
            “suasana disini indah ya?”
Ujar perempuan yang tampak anggun itu pada pria yang terus memandanginya dari belakang.
            “makanya aku ajak kamu kesini..”
Jawab Pria itu sambil mendekatinya perlahan.
            “Vina..”
Panggilnya pelan kemudian mengeluarkan sebuah kotak kecil. saat perempuan itu berbalik dan melihatnya ia langsung terkejut begitu mendapati si pria  menyodorkan sebuah cincin dengan permata di tengahnya.
“Arya...ini bukan..”
Pria itu hanya tersenyum, seperti adegan-adegan di film si pria berlutut sambil mengucapkan permohonannya tapi tiba-tiba wanita itu langsung memeluknya, matanya tampak berkaca-kaca, ia menangis. mungkin karena terlalu bahagia atau sesuatu yang lain entahlah saat itu ada perasaan yang tak pernah ingin dilupakan si pria sampai sekarang.
            “dokter Arya, ada apa? saya lihat anda terus melamun..”
Tanya salah seorang disampingnya, yang langsung membuat Arya sadar dari lamunan.
            “tidak, saya hanya teringat sesuatu..”
“teringat apa?”
Tanyanya lagi yang berusaha membuka pembicaraab dengannya, Tapi Arya hanya tersenyum kecil kemudian beranjak dari tempat duduknya.
“saya permisi dulu..”
ia berjalan kearah tempat parkir resort, sepi hanya ada beberapa kendaraan yang terparkir. Ia duduk diatas kap mobilnya, pandangannya tertuju pada langit malam yang sudah mulai meriah dengan taburan kembang api.
“5...4...3...2...1! Pretttttttttttttt!!!”
Semua orang menghitung mundur, kemudian Suara terompet yang begitu memekakan telinga mulai ramai mengiringi pergantian tahun baru, mereka tersenyum penuh kegembiraan sambil mengucapkan selamat satu sama lain.
“semoga di tahun yang baru ini restoran kita semakin sukses!!”
Ucap Danu sembari mengacungkan gelas minuman yang sedari tadi dipegangnya, beberapa orang lainpun ikut mengangkat minuman ringan mereka sambil bersorak. Tapi Indri masih terus saja menautkan alisnya, ia benar-benar ingin segera pulang. Akhirnya setelah acara makan-makan selesai ia putuskan untuk berpamitan pada Danu yang tengah asyik membakar jagung bersama istrinya.
            “pak...saya permisi pulang dulu..”
            “loch kenapa? besok pagi saja pulangnya, saya sudah sediakan kamar untuk
  kamu menginap...”
            “terima kasih pak! tapi saya harus pulang, Dion sendirian di rumah..”
            “harusnya kamu ajak dia juga!”
Tegur Istri bosnya itu yang tampak sudah sangat akrab.
“ya sudah, pulang saja...terima kasih sudah mau datang...”
Ijin Danu sembari tersenyum sunging. Indri hanya menganggukan kepalanya lalu bergegas pergi, tapi belum jauh ia melangkah istri Danu tiba-tiba memanggil namanya..
            “Ndri! kamu mau pulang naik apa?ada yang nganterin nggak?”
Tanyanya sambil memegangi piring jagung yang hampir penuh. Mendengar pertanyaan itu Indri hanya menggelengkan kepalanya, karena ia juga memang tak tahu harus pulang menggunakan kendaraan apa, ia tak suka merepotkan teman kerjanya, jadi ia tak meminta siapapun untuk mengantarkannya pulang ke rumah.
            “dasar kamu ini! jam segini mana ada kendaraan umum?!”
Sentak Sarah pada gadis muda itu.
“ Pah suruh Pak Ujang saja yang antarkan dia pulang!”
Pintanya pada Danu.
            “nggak usah bu, saya tidak mau merepotkan kalian!”
“kamu ini seperti orang lain saja! sudah tidak apa-apa!”
“kalau begitu kamu tunggu dulu disini, saya mau cari Pak ujang dulu..”
Ujar Danu yang bergegas mencari supir keluarganya itu.
            “tapi pak..”
            “nggak apa-apa, ayo sini!”
Ajak Istri Danu padanya. Sembari menunggu Danu kembali, Indri membantu mengipasi beberapa jagung  yang tengah sibuk dibakar diatas bara api sambil dilumuri mentega juga saus oleh Sarah.
“gimana kabar Dion?”
“baik..bu..”
Jawabnya yang terus saja mengipas-ngipasi jagung.
“kamu itu! kalau jadi anak muda  jangan terlalu serius, nanti nyesel
  loch..refreshing sekali-kali kan bagus..”
Indri hanya tertawa kecil mendengar perkataan istri bosnya itu.
“kamu, dikasih tahu malah ketawa? Saya serius! Nanti kamu cepat tua!”
“maksud ibu?”
“eh beneran deh, lihat dahi kamu sudah ada keriputnya padahal masih muda?
  Ibu saja yang sudah hampir 40 tahun belum kelihatan tuh!”
Indri menatap wajah Sarah yang memang masih terlihat awet muda sambil tersenyum.
 “itu karena ibu sering merawat diri ke salon, sementara saya? buat makan saja
   susah? Apalagi ke salon?”
 “enak aja! Seumur hidup saya pergi ke salon Cuma buat potong rambut!”
 “masa sih bu?”
Gurau Indri yang masih mengipasi jagung-jagung yang tengah dibakarnya.
“iya! Kamu mau tahu apa rahasianya?”
“apa?”
“jangan selalu berpikir apapun yang datang sama kamu adalah sebuah
 Masalah, karena kalau kamu seperti itu hidup kamu tidak akan pernah
 bahagia!”
“kok begitu?!”
Tanya Indri yang tak mengerti dengan ucapan Sarah.
“ya iya lah, karena kalau kamu terus berpikir seperti itu, kamu akan terus
  berusaha menghindari setiap sesuatu yang datang sama kamu baik itu bagus
  atau buruk! Mana ada orang yang bahagia kalau mereka tidak tahu apa yang  
  baru saja datang  padanya, iya kan?”
Jelasnya tegas pada Indri, tapi yang bisa Indri lakukan hanyalah menghela nafas panjang begitu mendengarkan perkataannya sembari tetap menautkan alisnya. akhirnya tak lama kemudian Danu pun kembali.
            “Ndri,kamu langsung aja ke tempat parkir, supir bapak sudah nungguin disana?”
            “terima kasih  pak! bu, saya pamit dulu..”
            “iya..hati-hatinya..”
Ia lalu berjalan menuju tempat parkir sambil membawa beberapa jagung bakar yang yang tadi diberikan Sarah sesaat sebelum ia pergi. Disana tampak sepi, tak banyak orang. yang terlihat hanya seorang pria dengan kemeja coklat yang tengah duduk diatas kap mobil Honda CR-V berwarna silver sambil terus melihat keatas, perawakannya tinggi  wajahnya juga lumayan tampan, kalau dilihat sekilas orang itu tak terlihat seperti seorang supir. Sambil terus membawa bungkusan berisi jagung bakar Indri lalu segera menghampiri orang tersebut.
            “maaf, sudah lama nunggu ya??”
Tanpa berkata apapun lagi Indri langsung masuk kedalam mobil. pria itu tampak kebingungan lama ia berdiri di luar,  lalu  ikut masuk kedalamnya.
            “maaf, tapi apa kamu..”
            “iya..saya Indri..”
Jawabnya tanpa menunggu pertanyaan pria itu selesai.
            “tolong antarkan saya ke alamat ini ya?”
Ujar Indri lagi yang mulai sibuk mengenakan sabuk pengaman sambil merapihkan beberapa bungkusan di sampingnya. Pria itu hanya tersenyum dan mulai menjalankan mobilnya.
Mereka terus melaju meninggalkan suasana puncak yang begitu hening kearah kota.
            “sudah berapa lama mang ujang jadi supir?”
Tanya Indri pada pria yang terus saja memperhatikannya dari kaca spion depan.
            “Ujang?”
ia mulai tertawa begitu mendengar Indri memanggil dirinya dengan nama Ujang.
            “kenapa ketawa? ada yang salah?”
            “sepertinya ada yang salahpaham disini..”
Jawabnya sembari tidak berhenti tertawa.
            “maksud kamu?’’
Indri tak mengerti dengan sikap Pria itu yang malah semakin keras menertawakannya, tiba-tiba handphonenya berbunyi. sebuah pesan singkat. begitu ia selesai membaca pesan tersebut entah kenapa raut wajahnya mulai tampak sedikit pucat.
               Dari : Ririn
01/01/2011, 02.00

Ndri kamu dimana???
Tadi Pak Danu nanyain,
kamu uda pulang atau belum???
Supirnya masih nungguin di tempat parkir nie???

Pesan itu tertulis singkat, Indri hanya diam tanpa berani menatap ke arah pria itu.
            “sms dari siapa?’’
Tanya pria itu mengejutkannya.
            “itu...dari teman saya..”
Jawab Indri terbata-bata, sembari menundukan kepalanya.
            “tolong berhenti disini! Lebih baik saya turun saja..”
Ujar indri tiba-tiba, dengan rona wajah yang memerah karena malu.
            “ini kan jalan tol, saya nggak mungkin nurunin kamu disini”
Jawab pria itu lagi sambil terus melajukan kendaraannya.
dengan perasaan kesal dan serba salah pula, Indri langsung menegur pria itu.
            “kenapa kamu nggak bilang kalau kamu bukan mang Ujang??”
            “kamu nggak tanya..”
Jawabnya datar.
            “terus kenapa kamu biarin saya naik ke mobil kamu?”
“ saya tidak merasa mempersilahkan kamu masuk, kamu sendiri yang tiba-tiba
   masuk kedalam mobil saya,lagipula waktu saya mau bertanya  kamu langsung
   memotong pertanyaan saya, bukan begitu?”
“ kenapa kamu nggak ngusir saya keluar waktu saya naik mobil kamu?”
            “saya bukan tipe orang yang kurang ajar seperti itu..”
Indri hanya terdiam begitu mendengar jawabannya, kalau dipikir-pikir itu semua memang kesalahannya.
“memang mang ujang itu siapa?”
“dia supir bos saya..”
“supir?”
Tanyanya sambil mulai tertawa lagi.
“kenapa?”
“tidak! Tapi sepertinya kamu harus mulai memeriksakan matamu itu?”
Indri hanya menautkan alisnya tak mengerti.
            “apa aku terlihat seperti supir?”
Tanyanya sinis. Pria yang menyebalkan. Sepanjang perjalanan ia tak berhenti tertawa dan terus memperolok Indri. Setelah melewati beberapa jalan tol dan jalan Raya yang mulai tampak lengang akhirnya mereka sampai di tempat yang sudah ditunjuk Indri sebelumnya.
            “kita sudah sampai..”
            “maaf..”
Ujar Indri sembari keluar dari mobil.
            “bukan itu yang seharusnya kamu ucapkan..”
Tegur pria itu padanya.
            “terima kasih!”
Jawab Indri dengan perasaan malu. saat Indri menutup pintu mobil, pria itupun segera pergi dengan mobil yang dikendarainya, tanpa berhenti tertawa.
            “itu benar-benar memalukan..”
Gumam Indri dalam hati.
Sembari menepuk-nepuk pundaknya yang terasa sangat lelah, ia berjalan menyusuri gang-gang kecil di tengah keheningan malam tahun baru, sepi. Sudah tak nampak siapapun, saat itu yang tercium hanya bau arang bekas pembakaran di sepanjang jalannya. Dan akhirnya, ia sampai di sebuah rumah kecil sederhana dengan satu jendela dan pintu yang sudah terlihat sangat usang.
            “assalamualaikum..bu..!”
Salamnya sambil mengetuk pintu didepannya perlahan. cukup lama Indri menunggu disana, tak ada jawaban. tapi ketika ia hendak mengetuknya lagi tiba-tiba pintu itu mulai terbuka.
            “waalaikumsalam..kamu sudah pulang...ibu kira kamu menginap disana?”
Jawab seorang wanita tua dari balik pintu yang terlihat sangat mengantuk.
            “nggak bu, Dion dimana?’’
            “sudah tidur.. sebaiknya kamu juga segera tidur, ibu juga masih ngantuk!”
            “iya..”
Jawab Indri sembari menghampiri adiknya yang tampak begitu lelap tertidur di sebuah kursi, kemudian berusaha mengendongnya.
            “kamu mau ngapain?”
            “saya mau bawa Dion pulang..”
            “Dion biar tidur disini aja..nanti dia bangun, sudah sana istirahat!”
“makasih bu..”
Jawabnya yang tampak sangat mengantuk.
Dengan langkah yang sudah mulai terasa berat Indri berjalan menuju rumahnya yang tidak jauh dari rumah Farida, seorang wanita tua yang terus membantunya selama ini, Baginya wanita itu sudah seperti seorang ibu. Ia berjalan menaiki tangga rumah kontrakannya, tak ada siapapun. begitu sampai di dalam ia langsung membaringkan tubuhnya di sebuah kasur lipat yang terlihat sedikit  kumal karena sudah lama dipakai. di kamarnya yang sangat kecil dan remang-remang karena hanya bercahayakan lampu pijar  ia langsung tertidur  pulas dan kembali ke dunia mimpi. 

No comments: