HANYA SATU
Created by : ve Irie
01 Januari 2011..
Ruangan itu tampak ramai, di tengah suasana puncak yang hening, orang – orang
tertawa dan saling bercanda gurau sambil mengenakan topi pesta juga memegang
sebuah terompet kecil untuk mereka tiup saat tahun baru tiba..
“kamu kenapa, kok dari tadi diem
aja?”
“sekarang jam berapa?”
“jam 11.00, Emang ada apa?’’
Tanya Ririn sambil
melihat jam tangan miliknya.
“kira-kira kapan acaranya selesai?”
“emang ada apa si ndri?”
Ujarnya lesu.
“kamu ini gimana? jarang-jarang kita
diajak liburan kayak gini, lagipula Pak Danu
sudah menyewa tempat buat kita
nginep, jadi kemungkinan besok pagi baru
kita pulang”
jawab perempuan
dengan rambut panjang berwarna sedikit kemerahan itu sambil menikmati makanan
yang tersaji dihadapannya.
“masa sih Rin?”
“kirain kamu uda tahu? karena pendapatan
bulan ini lebih dari yang
diharapkan, jadi pak Danu ngajak kita semua liburan bareng
keluarganya kesini..”
“tapi aku mesti pulang! Dion
sendirian di rumah..”
“kan ada bu Farida?”
“aku nggak mungkin nyusahin dia
terus?”
“ nggak apa-apa lagi..bu Farida
pasti ngerti..lagian nggak enak sama pak
Danu kalau kamu pulang
sekarang!”
Indri hanya
mengerutkan dahinya sambil tertunduk lesu.
malam semakin
larut...tapi keadaan di ruangan itu malah semakin ramai. tepat disebelah
ruangan yang mereka tempati beberapa orang juga sedang menikmati malam tahun
baru. Namun tak seramai pesta di tempat Indri, Disana suasananya terlihat
sedikit kaku.
Sambil
memandang ke luar jendela pria itu teringat sesuatu, langit yang sama.
“suasana disini indah ya?”
Ujar perempuan
yang tampak anggun itu pada pria yang terus memandanginya dari belakang.
“makanya aku ajak kamu kesini..”
Jawab Pria itu
sambil mendekatinya perlahan.
“Vina..”
Panggilnya
pelan kemudian mengeluarkan sebuah kotak kecil. saat perempuan itu berbalik dan
melihatnya ia langsung terkejut begitu mendapati si pria menyodorkan sebuah cincin dengan permata di
tengahnya.
“Arya...ini bukan..”
Pria itu hanya
tersenyum, seperti adegan-adegan di film si pria berlutut sambil mengucapkan
permohonannya tapi tiba-tiba wanita itu langsung memeluknya, matanya tampak
berkaca-kaca, ia menangis. mungkin karena terlalu bahagia atau sesuatu yang
lain entahlah saat itu ada perasaan yang tak pernah ingin dilupakan si pria
sampai sekarang.
“dokter Arya, ada apa? saya lihat
anda terus melamun..”
Tanya salah
seorang disampingnya, yang langsung membuat Arya sadar dari lamunan.
“tidak, saya hanya teringat
sesuatu..”
“teringat apa?”
Tanyanya lagi
yang berusaha membuka pembicaraab dengannya, Tapi Arya hanya tersenyum kecil
kemudian beranjak dari tempat duduknya.
“saya permisi dulu..”
ia berjalan
kearah tempat parkir resort, sepi hanya ada beberapa kendaraan yang terparkir.
Ia duduk diatas kap mobilnya, pandangannya tertuju pada langit malam yang sudah
mulai meriah dengan taburan kembang api.
“5...4...3...2...1! Pretttttttttttttt!!!”
Semua orang
menghitung mundur, kemudian Suara terompet yang begitu memekakan telinga mulai
ramai mengiringi pergantian tahun baru, mereka tersenyum penuh kegembiraan
sambil mengucapkan selamat satu sama lain.
“semoga di tahun yang baru ini restoran kita semakin sukses!!”
Ucap Danu sembari
mengacungkan gelas minuman yang sedari tadi dipegangnya, beberapa orang lainpun
ikut mengangkat minuman ringan mereka sambil bersorak. Tapi Indri masih terus
saja menautkan alisnya, ia benar-benar ingin segera pulang. Akhirnya setelah
acara makan-makan selesai ia putuskan untuk berpamitan pada Danu yang tengah
asyik membakar jagung bersama istrinya.
“pak...saya permisi pulang dulu..”
“loch kenapa? besok pagi saja
pulangnya, saya sudah sediakan kamar untuk
kamu menginap...”
“terima kasih pak! tapi saya harus
pulang, Dion sendirian di rumah..”
“harusnya kamu ajak dia juga!”
Tegur Istri
bosnya itu yang tampak sudah sangat akrab.
“ya sudah, pulang saja...terima kasih sudah mau datang...”
Ijin Danu
sembari tersenyum sunging. Indri hanya menganggukan kepalanya lalu bergegas
pergi, tapi belum jauh ia melangkah istri Danu tiba-tiba memanggil namanya..
“Ndri! kamu mau pulang naik apa?ada
yang nganterin nggak?”
Tanyanya sambil
memegangi piring jagung yang hampir penuh. Mendengar pertanyaan itu Indri hanya
menggelengkan kepalanya, karena ia juga memang tak tahu harus pulang menggunakan
kendaraan apa, ia tak suka merepotkan teman kerjanya, jadi ia tak meminta
siapapun untuk mengantarkannya pulang ke rumah.
“dasar kamu ini! jam segini mana ada
kendaraan umum?!”
Sentak Sarah
pada gadis muda itu.
“ Pah suruh Pak Ujang saja yang antarkan dia pulang!”
Pintanya pada
Danu.
“nggak usah bu, saya tidak mau
merepotkan kalian!”
“kamu ini seperti orang lain saja! sudah tidak apa-apa!”
“kalau begitu kamu tunggu dulu disini, saya mau cari Pak ujang dulu..”
Ujar Danu yang
bergegas mencari supir keluarganya itu.
“tapi pak..”
“nggak apa-apa, ayo sini!”
Ajak Istri Danu
padanya. Sembari menunggu Danu kembali, Indri membantu mengipasi beberapa
jagung yang tengah sibuk dibakar diatas
bara api sambil dilumuri mentega juga saus oleh Sarah.
“gimana kabar Dion?”
“baik..bu..”
Jawabnya yang
terus saja mengipas-ngipasi jagung.
“kamu itu! kalau jadi anak muda jangan terlalu serius, nanti nyesel
loch..refreshing sekali-kali kan
bagus..”
Indri hanya tertawa
kecil mendengar perkataan istri bosnya itu.
“kamu, dikasih tahu malah ketawa? Saya serius! Nanti kamu cepat tua!”
“maksud ibu?”
“eh beneran deh, lihat dahi kamu sudah ada keriputnya padahal masih
muda?
Ibu saja yang sudah hampir 40
tahun belum kelihatan tuh!”
Indri menatap wajah
Sarah yang memang masih terlihat awet muda sambil tersenyum.
“itu karena ibu sering merawat
diri ke salon, sementara saya? buat makan saja
susah? Apalagi ke salon?”
“enak aja! Seumur hidup saya
pergi ke salon Cuma buat potong rambut!”
“masa sih bu?”
Gurau Indri
yang masih mengipasi jagung-jagung yang tengah dibakarnya.
“iya! Kamu mau tahu apa rahasianya?”
“apa?”
“jangan selalu berpikir apapun yang datang sama kamu adalah sebuah
Masalah, karena kalau kamu
seperti itu hidup kamu tidak akan pernah
bahagia!”
“kok begitu?!”
Tanya Indri
yang tak mengerti dengan ucapan Sarah.
“ya iya lah, karena kalau kamu terus berpikir seperti itu, kamu akan
terus
berusaha menghindari setiap
sesuatu yang datang sama kamu baik itu bagus
atau buruk! Mana ada orang yang
bahagia kalau mereka tidak tahu apa yang
baru saja datang padanya, iya kan?”
Jelasnya tegas
pada Indri, tapi yang bisa Indri lakukan hanyalah menghela nafas panjang begitu
mendengarkan perkataannya sembari tetap menautkan alisnya. akhirnya tak lama
kemudian Danu pun kembali.
“Ndri,kamu langsung aja ke tempat
parkir, supir bapak sudah nungguin disana?”
“terima kasih pak! bu, saya pamit dulu..”
“iya..hati-hatinya..”
Ia lalu berjalan
menuju tempat parkir sambil membawa beberapa jagung bakar yang yang tadi
diberikan Sarah sesaat sebelum ia pergi. Disana tampak sepi, tak banyak orang.
yang terlihat hanya seorang pria dengan kemeja coklat yang tengah duduk diatas
kap mobil Honda CR-V berwarna silver sambil terus melihat keatas, perawakannya
tinggi wajahnya juga lumayan tampan,
kalau dilihat sekilas orang itu tak terlihat seperti seorang supir. Sambil
terus membawa bungkusan berisi jagung bakar Indri lalu segera menghampiri orang
tersebut.
“maaf, sudah lama nunggu ya??”
Tanpa berkata
apapun lagi Indri langsung masuk kedalam mobil. pria itu tampak kebingungan
lama ia berdiri di luar, lalu ikut masuk kedalamnya.
“maaf, tapi apa kamu..”
“iya..saya Indri..”
Jawabnya tanpa
menunggu pertanyaan pria itu selesai.
“tolong antarkan saya ke alamat ini
ya?”
Ujar Indri lagi
yang mulai sibuk mengenakan sabuk pengaman sambil merapihkan beberapa bungkusan
di sampingnya. Pria itu hanya tersenyum dan mulai menjalankan mobilnya.
Mereka terus
melaju meninggalkan suasana puncak yang begitu hening kearah kota.
“sudah berapa lama mang ujang jadi
supir?”
Tanya Indri
pada pria yang terus saja memperhatikannya dari kaca spion depan.
“Ujang?”
ia mulai tertawa
begitu mendengar Indri memanggil dirinya dengan nama Ujang.
“kenapa ketawa? ada yang salah?”
“sepertinya ada yang salahpaham
disini..”
Jawabnya sembari
tidak berhenti tertawa.
“maksud kamu?’’
Indri tak mengerti
dengan sikap Pria itu yang malah semakin keras menertawakannya, tiba-tiba
handphonenya berbunyi. sebuah pesan singkat. begitu ia selesai membaca pesan
tersebut entah kenapa raut wajahnya mulai tampak sedikit pucat.
Dari : Ririn
01/01/2011, 02.00
Ndri kamu dimana???
Tadi Pak Danu nanyain,
kamu uda pulang atau belum???
Supirnya masih nungguin di tempat
parkir nie???
Pesan itu
tertulis singkat, Indri hanya diam tanpa berani menatap ke arah pria itu.
“sms dari siapa?’’
Tanya pria itu
mengejutkannya.
“itu...dari teman saya..”
Jawab Indri terbata-bata,
sembari menundukan kepalanya.
“tolong berhenti disini! Lebih baik
saya turun saja..”
Ujar indri
tiba-tiba, dengan rona wajah yang memerah karena malu.
“ini kan jalan tol, saya nggak
mungkin nurunin kamu disini”
Jawab pria itu
lagi sambil terus melajukan kendaraannya.
dengan perasaan
kesal dan serba salah pula, Indri langsung menegur pria itu.
“kenapa kamu nggak bilang kalau kamu
bukan mang Ujang??”
“kamu nggak tanya..”
Jawabnya datar.
“terus kenapa kamu biarin saya naik
ke mobil kamu?”
“ saya tidak merasa mempersilahkan kamu masuk, kamu sendiri yang
tiba-tiba
masuk kedalam mobil
saya,lagipula waktu saya mau bertanya kamu
langsung
memotong pertanyaan saya, bukan
begitu?”
“ kenapa kamu nggak ngusir saya keluar waktu saya naik mobil kamu?”
“saya bukan tipe orang yang kurang
ajar seperti itu..”
Indri hanya
terdiam begitu mendengar jawabannya, kalau dipikir-pikir itu semua memang kesalahannya.
“memang mang ujang itu siapa?”
“dia supir bos saya..”
“supir?”
Tanyanya sambil
mulai tertawa lagi.
“kenapa?”
“tidak! Tapi sepertinya kamu harus mulai memeriksakan matamu itu?”
Indri hanya
menautkan alisnya tak mengerti.
“apa aku terlihat seperti supir?”
Tanyanya sinis.
Pria yang menyebalkan. Sepanjang perjalanan ia tak berhenti tertawa dan terus
memperolok Indri. Setelah melewati beberapa jalan tol dan jalan Raya yang mulai
tampak lengang akhirnya mereka sampai di tempat yang sudah ditunjuk Indri
sebelumnya.
“kita sudah sampai..”
“maaf..”
Ujar Indri sembari
keluar dari mobil.
“bukan itu yang seharusnya kamu ucapkan..”
Tegur pria itu
padanya.
“terima kasih!”
Jawab Indri
dengan perasaan malu. saat Indri menutup pintu mobil, pria itupun segera pergi
dengan mobil yang dikendarainya, tanpa berhenti tertawa.
“itu benar-benar memalukan..”
Gumam Indri
dalam hati.
Sembari
menepuk-nepuk pundaknya yang terasa sangat lelah, ia berjalan menyusuri
gang-gang kecil di tengah keheningan malam tahun baru, sepi. Sudah tak nampak
siapapun, saat itu yang tercium hanya bau arang bekas pembakaran di sepanjang jalannya.
Dan akhirnya, ia sampai di sebuah rumah kecil sederhana dengan satu jendela dan
pintu yang sudah terlihat sangat usang.
“assalamualaikum..bu..!”
Salamnya sambil
mengetuk pintu didepannya perlahan. cukup lama Indri menunggu disana, tak ada
jawaban. tapi ketika ia hendak mengetuknya lagi tiba-tiba pintu itu mulai terbuka.
“waalaikumsalam..kamu sudah
pulang...ibu kira kamu menginap disana?”
Jawab seorang
wanita tua dari balik pintu yang terlihat sangat mengantuk.
“nggak bu, Dion dimana?’’
“sudah tidur.. sebaiknya kamu juga
segera tidur, ibu juga masih ngantuk!”
“iya..”
Jawab Indri
sembari menghampiri adiknya yang tampak begitu lelap tertidur di sebuah kursi,
kemudian berusaha mengendongnya.
“kamu mau ngapain?”
“saya mau bawa Dion pulang..”
“Dion biar tidur disini aja..nanti
dia bangun, sudah sana istirahat!”
“makasih bu..”
Jawabnya yang
tampak sangat mengantuk.
Dengan langkah
yang sudah mulai terasa berat Indri berjalan menuju rumahnya yang tidak jauh
dari rumah Farida, seorang wanita tua yang terus membantunya selama ini,
Baginya wanita itu sudah seperti seorang ibu. Ia berjalan menaiki tangga rumah
kontrakannya, tak ada siapapun. begitu sampai di dalam ia langsung membaringkan
tubuhnya di sebuah kasur lipat yang terlihat sedikit kumal karena sudah lama dipakai. di kamarnya
yang sangat kecil dan remang-remang karena hanya bercahayakan lampu pijar ia langsung tertidur pulas dan kembali ke dunia mimpi.
No comments:
Post a Comment