Friday, September 13, 2013

Ayo Cari Tahu : Tata Cara Shalat Dhuha


Bismillahirahmanirahim
Dari Nu’aim bin Hammar Radhiallahu ‘Anhu, Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : Allah Azza wa Jalla berfirman :”Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu malas mengerjakan empat rakaat pada awal siang (Shalat Dhuha), nanti akan Aku cukupi kebutuhanmu pada akhirnya (sore hari).” (HR. Abu Daud No. 1289)

sesuai Hadist diatas, kali ini kita kan bahas perkara Shalat Dhuha..
dari mulai pengertian, keutamaan sampai dengan tata cara pelaksanaannya..
Jom kita belajar sama-sama, jangan lupa praktekkan di keseharian kita juga ya.. ^_^


Pengertian Shalat Dhuha
Dhuha secara etimologi adalah waktu terbitnya matahari, kemudian shalat yang dilakukan pada waktu tersebut disandarkan (diidhafatkan) terhadap waktunya dengan makna; di dalam. Jadi Shalat Dhuha adalah shalat yang dikerjakan pada waktu dhuha, yakni ketika matahari sepenggalahan naik hingga matahari mulai tergelincir ke barat. Kalau diukur dengan satuan jam di Indonesia kira-kira mulai pukul 07.30 sampai pukul 11.30. menurut Ibn al-Atsir  waktu Shalat Dhuha adalah ketika matahari agak tinggi dan panasnya mulai menyengat,  beliau bahkan berpendapat bahwa Shalat dhuha di akhir waktu adalah lebih baik.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :”shalat dhuha itu (shalatul awwabin) shalat orang yang kembali kepada Allah, setelah orang-orang mulai lupa dan sibuk bekerja, yaitu pada waktu anak-anak unta bangun karena mulai panas tempat berbaringnya.” (HR Muslim)

Istilah lain dari Shalat Dhuha adalah Shalat Isyraq. Menurut Syaikh Utsaimin  Shalat Israq itu sendiri merupakan bagian dari shalat dhuha karena  shalat tersebut  dikerjakan pada waktu matahari meninggi satu tombak atau sekitar lima belas menit setelah terbit di ufuk timur. Sementara hukum melaksanakan shalat dhuha ialah sunnah.

Dari Aisyah Radhiallahu ‘Anhu berkata, “jika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meninggalkan suatu amalan yang beliau suka mengamalkannya, hal itu karena beliau khawatir orang-orang akan menganggapnya sesuatu yang diwajibkan. Dan tidak sekalipun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melaksanakan shalat sunnah dhuha, kecuali aku pun melakukannya.” (HR Bukhari)

Dalam Hadist lain menyebutkan :
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu berkata “kekasihku (Rasulullah saw) berwasiat kepadaku dengan tiga perkara yang tidak akan aku tinggalkan sampai aku mati; puasa tiga hari pada setiap bulan (ayyam al-bidh’), shalat dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari)

Pernyataan Abu Hurairah ini merupakan petunjuk tentang seberapa penting ketiga amalan tersebut, betapa tinggi nilainya dalam pandangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sehingga seorang Abu Hurairah pun merasa tergugah untuk tidak meninggalkannya sampai akhir hayatnya.  Gambaran tentang kedudukan istimewa shalat dhuha ini seharusnya sudah cukup membuat kita tersadar bahwa pernyataan tersebut merupakan panggilan dan anjuran bagi kita untuk mencintai dan mulai mengamalkan shalat dhuha di keseharian kita. Karena Rasulullah dan para sahabatnya merupakan teladan bagi kita sebagai umat muslim yang meyakini akan kebenaran risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

mengenai jumlah minimal raka’at shalat ini adalah dua raka’at, sedangkan jumlah maksimal raka’atnya para ulama ada yang bersilang pendapat. Dalam hal ini setidaknya ada tiga pendapat mengenai jumlah maksimal raka’at shalat dhuha.
Pendapat pertama jumlah raka’at maksimal adalah depalan raka’at. Pendapat ini dipilih oleh Madzhab Maliki, Syafi’i dan Hambali. Dalil yang digunakan adalah hadis Umi Hani Radhiallahu ‘Anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memasuki rumahnya ketika Fathu Mekah dan Beliau shalat depalan raka’at. (HR. Bukhari Muslim)

Pendapat kedua jumlah raka’at maksimal adalah dua belas raka’at. Ini merupakan pendapat Madzhab Hanafi salah satu riwayat dari Imam Ahmad dan pendapat lemah dalam Madzhab Syafi’i pendapat ini berdalil dengan hadist Anas Radhiallahu ‘Anhu            

“Barangsiapa yang shalat 12 raka’at Allah akan buatkan baginya satu istana di surga”

Namun hadis ini termasuk hadist dhaif. Hadist ini diriwayatkan oleh Tirmidzi Ibn Majah dan Al-Mundzir dalam Targhib Tarhib. Tirmidzi mengatakan bahwa Hadist ini gharib (asing), tidak kami ketahui kecuali dari jalur ini.” Al-Hafidz Ibn Hajar Al-asqalan dan Syaikh Al-Albani adalah termasuk para ahli hadist yang mendhaifkan hadist tersebut.

Pendapat ketiga tidak ada batasan maksimal untuk shalat dhuha. Pendapat ini dikuatkan oleh As-Suyuthi dalam Al-Hawi. Dalam kumpulan fatwanya tersebut, Suyuthi mengatakan “tidak terdapat hadis yang membatasi raka’at shalat dhuha, sedangkan pendapat sebagian ulama bahwasanya jumlah maksimal 12 raka’at adalah pendapat yang tidak memiliki sandaran sebagaimana yang diisyaratkan oleh Hafidz Al-‘Iraqi dalam Syarh Sunan Tirmidzi “saya tidak mengetahui seorangpun sahabat maupun tabi’in yang membatasi shalat dhuha dengan 12 raka’at, demikian pula saya tidak mengetahui seorangpun ulama madzhab kami (Syafi’iyah) yang membatasi jumlah raka’at dhuha yang ada hanyalah pendapat yang disebutkan oleh Ar-Ruyani dan diikuti oleh Ar-Rafi’i dan ulama yang menukil perkataannya.” Imam Al-Baaji Al-Maliky dalam Syarh Al Muwattha’ Imam Malik mengatakan bahwa “shalat dhuha bukanlah termasuk shalat yang yang raka’atnya dibatasi dengan bilangan tertentu yang tidak boleh ditambahi atau dikurangi namun shalat dhuha termasuk shalat sunnah yang boleh dikerjakan semampunya.”

Keutamaan Shalat Dhuha
Ada banyak keutamaan yang bisa kita peroleh dari shalat dhuha, enam diantaranya adalah sebagai berikut: 

1. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh
Dari Abu Dzar Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “hendaklah diantara kalian bersedekah untuk setiap ruas tulang badannya. Maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan takbir adalah sedekah, beramar ma’ruf adalah sedekah, dan mencegah kemungkaran adalah sedekah, dan itu semua sudah tercukupi dengan dua raka’at shalat dhuha.” (HR. Muslim)

2.  Ghanimah yang besar
Dari Abdullah bin Amr bin Ash Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata : “maukah kalian aku tunjukan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan)nya dan cepat kembalinya? Mereka menjawab :”ya!” lalu Rasul saw berkata lagi : “barangsiapa yang berwudhu kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat dhuha, dialah yang paling dekat tujuannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib:666)

3. Akan dibangunkan sebuah rumah di surga bagi yang siapa yang rajin mengerjakan shalat dhuha.

4. Akan memperoleh ganjaran dicukupkan rezekinya di sore hari.
Dari Nu’aim bin Hammar Radhiallahu ‘Anhu, Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : Allah Azza wa Jalla berfirman :”Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu malas mengerjakan empat rakaat pada awal siang (Shalat Dhuha), nanti akan Aku cukupi kebutuhanmu pada akhirnya (sore hari).” (HR. Abu Daud No. 1289)

5. Semakin dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta a’la.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “tidaklah yang menjaga shalat dhuha melainkan orang yang awwab, “Dia bersabda” itulah shalat Awwabin.” (HR. Al Hakim, Ibnu Khuzaimah dan Ath Thabarani)

6. Memperoleh pahala seperti pahala orang yang melaksanakan ibadah Umrah
dari Abu Umamah Radhiallahu ‘Anhu, Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :”barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barangsiapa yang keluar untuk melaksanakan shalat dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan umrah.” (shahih al-Targhib:673)


Tata Cara Shalat Dhuha

Shalat sunnah dhuha biasanya dilakukan dalam dua raka’at sekali salam, jadi jika hendak melaksanakan shalat dhuha sebanyak empat raka’at maka dibagi menjadi masing-masing dua raka’at.  Seperti yang kita tahu baik dalam melaksanakan ibadah sunnah maupun wajib haruslah disertai  dengan niat terlebih dahulu. Berikut adalah bacaan niat shalat dhuha.

          Ushallii sunnatadh-dhuhaa rak’ataini lillahi ta’aalaa.
Artinya : “aku niat shalat sunat dhuha dua raka’at karena Allah ta’aalaa.”

begitu selesai membaca do’a iftitah, lebih dianjurkan untuk membaca surah As-Syam setelah Al-fatihah pada raka’at pertama dan surah Ad-Dhuha pada raka’at kedua . Dilanjutkan dengan ruku, I’tidal, sujud dan gerakan seperti pada shalat wajib.

(QS. As-Syam 1-15)

  


 (QS. Ad-Dhuha 1-11)


Setelah selesai melaksanakan shalat Dhuha ada baiknya kita sambung dengan membaca kalimah Dzikir. karena Allah sangat menyukai ucapan dzikir yang keluar dari bibir hamba-hamba-Nya, dimulai dengan membaca istigfar sebanyak 33x, kemudian  tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir sebanyak 33x. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam apabila begitu selesai shalat dhuha juga membaca :

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَ تُبْ عَلَيَّ إِ نَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الْغَفُوْرَ

Robbigh firly watub “alayya innaka antat-tawwabul Ghofur.

Artinya : “ Ya Robbi, ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan ampuan.” Sebanyak 100x.

lalu diakhiri dengan membaca Do’a sebagai berikut :



Allahumma Innadh dhuha-a dhuha-uka wal bahaa-a bahaa-uka wal jamaala jamaaluka wal quwwata quwwatuka wal qudrata qudratuka wal ishmata ishmatuka, Allahumma inkaana rizqi fis samma-i fa anzilhu wa inkaana fil ardhi fa-akhrijhu wa inkaana mu’asaran fayassirhu wa inkaana haraaman fathahirhu wa inkaana ba’idan fa qaribhu, bihaqqi dhuhaa-ika wa bahaaika wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika aatini maa ataita ibadakash shalihin.

Artinya : “Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada diatas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apaila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasan-Mu (Wahai Tuhanku) datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hamba-Mu yang soleh.”

dikutip dari berbagai sumber. semoga bermanfaat... *^_^*



2 comments:

Tossaro said...

thanks

Bisaseo said...

wah makasih yah mas, kebetulan dipesantren saya ada tugas untuk mencari makalah seperti ini. saya mint yaaa hehehe :) nice share makasih :)

sehatisme