Camar Lara
Ia
berdiri disamping sangkar sederhananya
Meratapi
hararan waktu nan berlalu
Berharap
sepi atas kesendirian
Patah
sayap yang ia punya
tak
surutkan hasrat suci
Terbang
mencari sang kasih
Pelipur
kerangka lara
Ingin
ia teriakan kepiluan hatinya itu
Ingin
ia sampaikan cabikan waktu
Yang
pandai mengikis keberaniannya satu
Cermin
nan jujurpun tak mampu menampakan
Kesungguhan
camar dimata mereka
Ia
terbalut sayap-sayap kepalsuan
Ia
tertutup sangkar-sangkar rujat kepura-puraan
Aku
Hanya
bisa berdiam
terpaku
memandang iba sang camar sepi itu
Sang
camar lara
Yang
berdiri sendu memandang bayang dihadapan cermin rujat satu
Andai
aku camar itu..
Jika
aku jadi camar itu..
Bukan..
bukan itu..
Karena
Aku..
Sang
camar lara ..
Cinta
Cinta
Karenanya
Hidup terasa
Kadang
indah Kadang resah Kadang susah
Pahit
dikala disakiti
Hampa
dikala tak dimiliki
Senang
dikala dicintai
Berbalas
tak berbalas
Biar
ditolak sekuat tenaga
Tak
dapat dicegah jika sudah tiba
Bila
didamba sekuat rasa
Tak
dapat dipaksa jika tak ada
Kamu
Malam
datang
Sendiri
aku diam
Memikirkanmu
yang tak tahu bagaimana
Seperti
gila
Tertawa
karena bias wajah di kepala
Cinta
orang berkata
Aku
tak tahu apa yang mereka sangka
Yang
ku tahu
Ketika
Malam datang
Kamu
pun datang
Bukan
dalam rona
Bukan
dalam bias
Bukan
dalam ada
Tapi
lamun..
Seperti
gila aku menangis..
Memikirkamu
yang tak kunjung tiba
Rangkai
kata dibuat
Dikira
ungkap apa yang ada di dada
Sia-sia
Seperti
gila aku merindu
Memikirkanmu
yang tak tahu juga merasa
Tapi
Ketika malam datang
Satu
porosku selalu
Dan
itu Kamu..
Tuhan
Kemanakah imanku berlabuh?
Tak ada satupun kejelasan untukku..
Apa itu Tuhan?
Siapa itu Tuhan?
Apa yang dilakukan Tuhan?
Apa untungnya Tuhan buatku?
Bahkan aku tak bisa bertanya seperti itu..
Bahkan saat aku bertanyapun..
Tak ada satu ilmu dunia yang bisa menjelaskannya
Tapi cintaku, keyakinanku, dan hatiku yang terus
gelisah mencari keberadaanNya ..
Tak mau jua melangkah pergi..
Mencari..
Tuhan mana yang harus aku labuhkan hatiku
padanya
Tak ingin salah melangkah, tak ingin lalai
meraba
Berjalan di dunia yang serba tak jelas..
Mencari , bertanya-tanya..
Adakah yang mereka gadang-gadang itu?
Yang mereka bela sampai mati..
Yang hatiku cari hingga kini..
Tuhan, atau apapun itu..
Apa Engkau mendengarku?
Apa Engkau benar-benar mendengarku?
Seperti apa Engkau kan datang padaku?
Tidakah Engkau mendengar apa yang
berteriak hebat di batinku..
Aku gelisah.. dan ketakutan..
Tak tahu arah.. lagi buta..
Tak kutemukan satu kebahagian haikikiku..
Batinku merintih.. setiap ku teringat itu..
Kemanakah aku harus labuhakan imanku ini?
Jalan mana yang harus ku tempuh?
Apa akan kutemukan jawabnya dariMu wahai
Tuhan?
Hujan
Aku
sendiri
Di
perempatan jalan siang tadi
Ketika
hujan turun tiba-tiba
Dan
angin sibuk menerpa
Seorang
pengemis berlari
Menghampiri
pintu mobil si mulut perak
Mengusap
sepi, menutup telinga
Diketuk-ketuk
kaca jendela
Mulut
perak tetap tak bergeming
Halilintar
tertawa
Dan
aku masih sendiri
Hujan
tak juga reda
Pengemis
berkerudung jingga
pergi
tak tahu kemana
petir
menyapa
di
persimpangan jalan belang-belang
aku
tetap sendiri
menunggu
hujan reda
Sungguh
Aku
mencintaimu..
Sungguh..
Hanya
itu yang ingin ku katakan..
Hanya
itu yang bisa ku rasakan..
Meski
kau tak pernah tahu..
Meski
kau tak pernah sadari..
Aku
mencintaimu..
Dengan
caraku..
yang
tak pernah kau coba pertanyakan
Aku
melihatmu..
Dengan
hatiku..
yang
tak pernah kau coba kejar dan kau dapatkan
Aku
yang kau lewatkan begitu saja..
Yang
tak kau pandang sama sekali..
Tapi
aku tetap mencintaimu..
Sungguh..
Andai
ada seribu kata yang bisa ku ucapkan..
Tak
ada..tak ada..
Satupun
tak ada kecuali aku mencintaimu..
Galau
Ah.
. gumamku saat sendiri
Tak
ada yang tahu
bahkan
aku sendiripun tak mengerti
Tak
ada yang bisa di tulis
Otakku
penat dan buntu sesaat
Ah..
gumamku mengiba
Meminta
jawab dari apa yang ku pinta
Tidak
Bukan begini , tidak itupun tetap salah
Apa
yang kucari, apa yang kunanti
Tak
ada satupun yang pasti
Ah..gumamku
lagi sendiri
Tidak
aku hanya ingin
Jalan
itu..
Satu
senyum..bersamamu
Cintaku PadaMu
Cintaku
padaMu Tuhan
Entah
bagaimana menjelaskannya
Aku
lalai tapi Kau tak pernah acuhkan
Aku
yang terus berkutat tentang diriku sendiri
Tentang
hidupku, tapi tak pernah Engkau abaikan
Aku
yang tak bisa mengejar cintaMu dengan sempurna
Tapi
tak pernah Engkau kecewakan
Cintaku
padaMu Tuhan
Entah
bagaimana aku jelaskan
Engkau
sesuatu yang tak bisa jauh dariku
Engkau
dekat sedekat apapun itu yang ada di dalam diri
Engkau
beriku apa-apa yang tak aku harapkanpun
Engkau
ajariku cara mencintai diriku sendiri
Engkau...
Tak
ada satu kata cinta terindahpun yang bisa aku ucapkan untukMu
Semua
jadi murahan jika aku lontarkan
Jika
aku pergi menjauhpun Engkau tetap setia menantiku
Cintaku
padaMu Tuhan
Bagaimana
bisa ku jelaskan?
Denganmu
Aku
tak tahu kemana arahnya?
Kau
yang sederhana
Kau
yang tak terduga
Denganmu
kurasa lain
Denganmu
semua lebih rumit
Tapi
indah
Aku
ingin kau
Sungguh
ingin kau
Kau
indah seperti salju
Tapi
dingin membekukan
Aku
tak tahu akan kemana arahnya?
Denganmu..
ku ingin..
Lagu Resah
Detak
jarum jam
Dan
suara-suara malam hari
Aku
merenung
Terbangun
Membenci,
entah pada siapa?
Rinduku
kacau
Cintaku
habis ditelan rasa pahit
Kau,
Aku
tak tahu harus berkata apa?
Hati
yang coba ku gapai
Terasa sulit dari Himalaya
Terasa sulit dari Himalaya
Apa
yang terjadi?
Padaku
dan padamu
Kisah
kita
Atau
sebut saja begitu
Lalu
kemana arahnya?
Aku
tersesat, sudah jelas itu
Tak
ada persimpangan menanti
Buntukah
jalan ini?
Apa
aku harus kembali? ku jelaskan lagi
Tapi
semua tetap saja samar
Untukku dan
mungkin untukmu
Rahasia Malam
Tak ada yang tahu
Rahasia malam juga hujan
Airmatanya jatuh
Jujur tutur katanya
Dari dalam hati
Sulit, belenggu di kerongkongan
Ish! malu hanya untuk orang-orang bodoh
Biarkan saja nularimu berlari
Cahayanya akan tetap terang
Biar kau tenggelamkan ia
Di dasar jurang paling dalam
Tidak! tak ada yang tahu
Lagu pilu ini
Kecuali kita saja
Pencari
Untukmu yang selalu bertanya
Tentang ketidakadilan dan kekalutan dunia
Tentang jalan hidup dan perhentiannya
Tentang Teman, tentang mimpi, juga cinta
Sepi, Jalanan senja ini
Bukankah hanya ada langkahmu saja disana
Sesekali, kau tengadahkan kepalamu
Melihat pada langit, Biru Oranye
Tidakkah kau temukan jawabannya disana?
Jejak para pujangga
Kian usang tak bersisa
Adakah hanya kau saja yang merasa?
Lalu.. Disini kita berdiri
Menanti hari yang sudah jelas
Memang tak pernah Pasti
Ditinggal Pilu
Sudah dua hari hujan tak reda
Aku tatap air di balik kaca jendela
Wajahmu masih terkenang
Ada yang hilang dari diriku
Perih ini tak juga sirna
Merinduimu..
Membuatku seakan mati rasa
Tersenyumpun malas
Tak Gairah
Sementara kau disana
Mungkin sibuk berlenggak indah
Bersama dia
Dia yang entah bagaimana
Menjadikan jarak ini
Makin tak bertepi
Hausku hilang, diredam amarah
Gundah Gulanaku
Kering Kerontang jiwa ini
Kesakitanku.. kesakitanku
Mana bisa kau tahu?
Nyanyian rindu itu masih mengema
Derap langkah, hembusan nafas
Ingatku padamu
Seperti malam yang selalu datang
Sunyi rasanya, ada yang hilang
Kau.. cintaku
Jutaan kata, jutaan rasa, jutaan angan
Ikut hanyut dibawa sepi
Jika kita bersama sekarang ini
Akankah semua kembali terisi?
Akankah hatiku nikmat lagi?
Akupun tak tahu
Tapi mengenangmu dianatara jarak ini
Bukan pula yang menenangkanku
Cintaku... Kau
Biar kukatakan sesuatu
Canduku sudah berubah
Dan mengenangmu
Bukan lagi yang ingin aku patuhi
Kau.. cintaku
Nyanyian rindu itu masih mengema
Derap langkah, hembusan nafas
Ingatku padamu
Seperti malam yang selalu datang
Sunyi rasanya, ada yang hilang
Kau.. cintaku
Jutaan kata, jutaan rasa, jutaan angan
Ikut hanyut dibawa sepi
Jika kita bersama sekarang ini
Akankah semua kembali terisi?
Akankah hatiku nikmat lagi?
Akupun tak tahu
Tapi mengenangmu dianatara jarak ini
Bukan pula yang menenangkanku
Cintaku... Kau
Biar kukatakan sesuatu
Canduku sudah berubah
Dan mengenangmu
Bukan lagi yang ingin aku patuhi
No comments:
Post a Comment