Monday, February 11, 2013

Belajar Jadi Penyair : Contoh Puisi #2


Camar Lara

Ia berdiri disamping sangkar sederhananya
Meratapi hararan waktu nan berlalu
Berharap sepi atas kesendirian

Patah sayap yang ia punya
tak surutkan hasrat suci
Terbang mencari sang kasih
Pelipur kerangka lara
Penambat cadar kesendirian diri

Ingin ia teriakan kepiluan hatinya itu
Ingin ia sampaikan cabikan waktu
Yang pandai mengikis keberaniannya satu

Cermin nan jujurpun tak mampu menampakan
Kesungguhan camar dimata mereka
Ia terbalut sayap-sayap kepalsuan
Ia tertutup sangkar-sangkar rujat kepura-puraan

Aku
Hanya bisa berdiam
terpaku memandang iba sang camar sepi itu
Sang camar lara
Yang berdiri sendu memandang bayang dihadapan cermin rujat satu

Andai aku camar itu..
Jika aku jadi camar itu..
Bukan.. bukan itu..
Karena Aku..
Sang camar lara ..


Cinta

Cinta
Karenanya Hidup terasa
Kadang indah Kadang resah Kadang susah
Pahit dikala disakiti
Hampa dikala tak dimiliki
Senang dikala dicintai
Berbalas tak berbalas
Biar ditolak sekuat tenaga
Tak dapat dicegah jika sudah tiba
Bila didamba sekuat rasa
Tak dapat dipaksa jika tak ada

Kamu

Malam datang
Sendiri aku diam
Memikirkanmu yang tak tahu bagaimana
Seperti gila
Tertawa karena bias wajah di kepala
Cinta orang berkata
Aku tak tahu apa yang mereka sangka
Yang ku tahu
Ketika Malam datang
Kamu pun datang
Bukan dalam rona
Bukan dalam bias
Bukan dalam ada
Tapi lamun..
Seperti gila aku menangis..
Memikirkamu yang tak kunjung tiba
Rangkai kata dibuat
Dikira ungkap apa yang ada di dada
Sia-sia
Seperti gila aku merindu
Memikirkanmu yang tak tahu juga merasa
Tapi Ketika malam datang
Satu porosku selalu
Dan itu Kamu..

Tuhan

Kemanakah imanku berlabuh?
Tak ada satupun kejelasan untukku..

Apa itu Tuhan?
Siapa itu Tuhan?
Apa yang dilakukan Tuhan?
Apa untungnya Tuhan buatku?
Bahkan aku tak bisa bertanya seperti itu..
Bahkan saat aku bertanyapun..
Tak ada satu ilmu dunia yang bisa menjelaskannya
Tapi cintaku, keyakinanku, dan hatiku yang terus gelisah mencari keberadaanNya ..
Tak mau jua melangkah pergi..

Mencari..
Tuhan mana yang harus aku labuhkan hatiku padanya
Tak ingin salah melangkah, tak ingin lalai meraba
Berjalan di dunia yang serba tak jelas..
Mencari , bertanya-tanya..
Adakah yang mereka gadang-gadang itu?
Yang mereka bela sampai mati..
Yang hatiku cari hingga kini..

Tuhan, atau apapun itu..
Apa Engkau mendengarku?
Apa Engkau benar-benar mendengarku?

Seperti apa Engkau kan datang padaku?
Tidakah  Engkau mendengar apa yang berteriak hebat di batinku..
Aku gelisah.. dan ketakutan..
Tak tahu arah.. lagi buta..

Tak kutemukan satu kebahagian haikikiku..
Batinku merintih.. setiap ku teringat itu..
Kemanakah aku harus labuhakan imanku ini?
Jalan mana yang harus ku tempuh?
Apa akan kutemukan jawabnya dariMu  wahai Tuhan?


Hujan


Aku sendiri
Di perempatan jalan siang tadi
Ketika hujan turun tiba-tiba
Dan angin sibuk menerpa

Seorang pengemis berlari
Menghampiri pintu mobil si mulut perak
Mengusap sepi, menutup telinga
Diketuk-ketuk kaca jendela

Mulut perak tetap tak bergeming
Halilintar tertawa
Dan aku masih sendiri

Hujan tak juga reda
Pengemis berkerudung jingga
pergi tak tahu kemana

petir menyapa
di persimpangan jalan belang-belang
aku tetap sendiri
menunggu hujan reda


Sungguh

Aku mencintaimu..

Sungguh..
Hanya itu yang ingin ku katakan..
Hanya itu yang bisa ku rasakan..
Meski kau tak pernah tahu..
Meski kau tak pernah sadari..

Aku mencintaimu..
Dengan caraku..
yang tak pernah kau coba pertanyakan
Aku melihatmu..
Dengan hatiku..
yang tak pernah kau coba kejar dan kau dapatkan

Aku yang kau lewatkan begitu saja..
Yang tak kau pandang sama sekali..

Tapi aku tetap mencintaimu..
Sungguh..
Andai ada seribu kata yang bisa ku ucapkan..
Tak ada..tak ada..
Satupun tak ada kecuali aku mencintaimu..


Galau


Ah. . gumamku saat sendiri
Tak ada yang tahu
bahkan aku sendiripun tak mengerti

Tak ada yang bisa di tulis
Otakku penat dan buntu sesaat

Ah.. gumamku mengiba
Meminta jawab dari apa yang ku pinta

Tidak Bukan begini , tidak itupun tetap salah
Apa yang kucari, apa yang kunanti
Tak ada satupun yang pasti

Ah..gumamku lagi sendiri
Tidak aku hanya ingin
Jalan itu..
Satu senyum..bersamamu


Cintaku PadaMu


Cintaku padaMu Tuhan
Entah bagaimana menjelaskannya
Aku lalai tapi Kau tak pernah acuhkan

Aku yang terus berkutat tentang diriku sendiri
Tentang hidupku, tapi tak pernah Engkau abaikan
Aku yang tak bisa mengejar cintaMu dengan sempurna
Tapi tak pernah Engkau kecewakan

Cintaku padaMu Tuhan
Entah bagaimana aku jelaskan
Engkau sesuatu yang tak bisa jauh dariku
Engkau dekat sedekat apapun itu yang ada di dalam diri

Engkau beriku apa-apa yang tak aku harapkanpun
Engkau ajariku cara mencintai diriku sendiri
Engkau...

Tak ada satu kata cinta terindahpun yang bisa aku ucapkan untukMu
Semua jadi murahan jika aku lontarkan
Jika aku pergi menjauhpun Engkau tetap setia menantiku

Cintaku padaMu Tuhan
Bagaimana bisa ku jelaskan?


Denganmu

Aku tak tahu kemana arahnya?
Kau yang sederhana
Kau yang tak terduga

Denganmu kurasa lain
Denganmu semua lebih rumit
Tapi indah

Aku ingin kau
Sungguh ingin kau

Kau indah seperti salju
Tapi dingin membekukan

Aku tak tahu akan kemana arahnya?
Denganmu.. ku ingin..



Lagu Resah

Detak jarum jam
Dan suara-suara malam hari
Aku merenung
Terbangun

Membenci, entah pada siapa?
Rinduku kacau
Cintaku habis ditelan rasa pahit

Kau,
Aku tak tahu harus berkata apa?
Hati yang coba ku gapai 
Terasa sulit dari Himalaya

Apa yang terjadi?
Padaku dan padamu
Kisah kita
Atau sebut saja begitu

Lalu kemana arahnya?
Aku tersesat, sudah jelas itu
Tak ada persimpangan menanti

Buntukah jalan ini?
Apa aku harus kembali? ku jelaskan lagi
Tapi semua tetap saja samar
Untukku dan mungkin untukmu


Rahasia Malam

Tak ada yang tahu
Rahasia malam juga hujan
Airmatanya jatuh
Jujur tutur katanya
Dari dalam hati

Sulit, belenggu di kerongkongan
Ish! malu hanya untuk orang-orang bodoh
Biarkan saja nularimu berlari

Cahayanya akan tetap terang
Biar kau tenggelamkan ia
Di dasar jurang paling dalam

Tidak! tak ada yang tahu
Lagu pilu ini
Kecuali kita saja



Pencari


Untukmu yang selalu bertanya
Tentang ketidakadilan dan kekalutan dunia
Tentang jalan hidup dan perhentiannya
Tentang Teman, tentang mimpi, juga cinta

Sepi, Jalanan senja ini
Bukankah hanya ada langkahmu saja disana
Sesekali, kau tengadahkan kepalamu
Melihat pada langit, Biru Oranye

Tidakkah kau temukan jawabannya disana?

Jejak para pujangga
Kian usang tak bersisa

Adakah hanya kau saja yang merasa?

Lalu.. Disini kita berdiri
Menanti hari yang sudah jelas
Memang tak pernah Pasti

Ditinggal Pilu


Sudah dua hari hujan tak reda
Aku tatap air di balik kaca jendela
Wajahmu masih terkenang

Ada yang hilang dari diriku
Perih ini tak juga sirna
Merinduimu..
Membuatku seakan mati rasa

Tersenyumpun malas
Tak Gairah
Sementara kau disana
Mungkin sibuk berlenggak indah
Bersama dia

Dia yang entah bagaimana
Menjadikan jarak ini 
Makin tak bertepi


Hausku hilang, diredam amarah 
Gundah Gulanaku
Kering Kerontang jiwa ini
Kesakitanku.. kesakitanku
Mana bisa kau tahu?


Kau.. cintaku

Nyanyian rindu itu masih mengema
Derap langkah, hembusan nafas
Ingatku padamu
Seperti malam yang selalu datang

Sunyi rasanya, ada yang hilang
Kau.. cintaku

Jutaan kata, jutaan rasa, jutaan angan
Ikut hanyut dibawa sepi

Jika kita bersama sekarang ini
Akankah semua kembali terisi?
Akankah hatiku nikmat lagi?
Akupun tak tahu


Tapi mengenangmu dianatara jarak ini
Bukan pula yang menenangkanku

Cintaku... Kau
Biar kukatakan sesuatu
Canduku sudah berubah
Dan mengenangmu
Bukan lagi yang ingin aku patuhi












No comments: