Wednesday, December 6, 2017

Belahan Jiwa

True Story

Sebuah pertemuan yang biasa, kami tidak begitu saling kenal awalnya, dia seorang wanita yang ceria, sangat kontras dengan diriku yang dingin dan kaku. senyumnya manis, tapi bukanlah yang tercantik saat itu. dia menyapaku, mengajakku bicara dan bercerita banyak hal.

pertemanan bermula, ketika ia sering meminta untuk ikut pulang diatas motorku, kebetulan jalan rumah kami memang searah. satu per satu kenangan mulai terbentuk. bagaimana ia mengubah sedikit demi sedikit pandanganku. 

bukan hanya dirinya, keluarganya pun menerimaku dengan pelukan hangat. aku diperlakukan mereka layaknya keluarga sendiri. 

kehadirannya merubah sisi lain kehidupanku, kurasa dia orang yang paling mengerti akan diriku, dia perhatian dan selalu ada untukku. dia menyayangiku tanpa pamrih dan begitu pula aku menyayanginya.

mungkin terlambat, kurasa senyumnya mulai menjadi semakin manis. namun saat itu baik aku ataupun ia sudah sama-sama memiliki kekasih. jujur, aku tidak begitu suka pada kekasihnya, karena menyayanginya aku tidak ingin ia terluka. aku coba peringatkan dia. tapi kalian tahu, orang tidak akan pernah mendengar kan apapun ketika mereka jatuh cinta.

kami bertengkar, dan perkataannya melukai harga diriku. tapi rasa sayangku tidak juga mau pergi. maka satu-satunya hal yang bisa aku lakukan adalah tetap berada disampingnya. menjadi sahabat terbaik yang ia punya. 

tahun tahun berlalu, persahabatan kami tumbuh semakin erat. bagiku ia bukan hanya seorang sahabat tapi sudah seperti belahan jiwa.

satu waktu ia berkata bahwa ia menyukaiku. aku kaget bukan kepalang. aku tidak pernah mengira bahwa kata-kata itu akan terlontar dari bibir manisnya. tapi yang janggalnya adalah aku tidak bisa menerima pernyataannya itu.

dia menangis, dan terluka. 

tapi tidak pernah pergi meninggalkanku, ia tetap berusaha untuk berada disampingku seperti aku yang selalu berada di sampingnya. 

satu waktu ia mengirimiku satu bingkisan, amplop tebal berwarna cokelat. entah apa isinya. aku tidak berani membukanya, maka kubiarkan saja bingkisan itu di dalam laci kerjaku. 

waktu berlalu, hari ini ia berjalan bersama seseorang yang lain, seseorang yang aku tahu akan tetap berada bersamanya lebih dari diriku. seseorang yang akan menjadi istimewa lebih dari diriku. senyumnya yang manis kian merekah. gemerlap lampion menyinari sekitaran kami, hatiku gentar rasa bahagia juga kekosongan menyelimutiku seketika.

rasanya campur aduk.

aku pulang ke rumah, sambil mengingat semua yang pernah terjadi diantara kami, aku menyayanginya. sayang yang teramat sangat. sepi kemudian. aku teringat bingkisan yang pernah ia kirimkan padaku, aku buka amplop tebal berwarna cokelat itu, isinya hampir seribu lembar kertas hvs. seribu lembar cerita tentang kami berdua.


No comments: