Saturday, December 3, 2044

Cerbung : Putri Air vs Pangeran Api #1




Andita tak pernah mengira bahwa dunianya akan berubah dalam waktu yang begitu singkat. ia tak pernah menduga bahwa sebuah obrolan kecil di kereta akan membawa begitu banyak perubahan pada dirinya. Andita yang kikuk, yang pendiam dan tak mau berbaur dengan orang lain, Andita yang selalu mengeluh dengan kehidupannya yang terasa tak begitu membahagiakan, Andita yang lebih senang bermain dengan dunianya sendiri daripada dunia luar. Andita yang seperti itu, kini sudah tak ada lagi pada dirinya.

Andita berdiri di depan sebuah cermin, menatap bayangan dihadapannya. tampak seorang gadis muda menatap dirinya dengan pandangan penuh percaya diri. minat besar tampak jelas di pancaran matanya. meskipun mimpi-mimpinya tak ada yang terwujud satupun Andita masih menatap pasti masa depan yang rasanya seperti sebuah teka-teki.

Sambil tersenyum penuh gairah, Andita memalingkan badannya dan menatap sebuah bingkai foto. bingkai foto yang dengan bangga dipajang ibunya di ruang tengah rumah mereka. sebenarnya Andita tak begitu senang dengan ekspresi wajahnya di foto itu. senyumnnya masih terlihat palsu. tapi sudahlah. ia lebih tertarik dengan gestur seseorang yang berdiri di belakang dirinya pada foto itu.

Seseorang yang membuat sisi petualangan dalam diri Andita tiba-tiba terpacut keluar. seseorang yang begitu biasa sebenarnya, tapi entah kenapa membuat ia begitu bergairah. ini bukan kali pertama Andita jatuh cinta pada seseorang, biarpun tak pernah berpacaran. Andita tahu betul bagaiaman rasanya jatuh cinta, bagaimana rasanya merindui, dan bagaimana rasanya patah hati. ia sudah ahli dalam masalah perasaan seperti itu.

Tapi entah kenapa, untuk orang ini semua terasa sedikit berbeda. namanya Gian. umurnya empat tahun lebih tua dari Andita, tapi tidak lebih dewasa darinya. setidaknya itu yang Andita rasa saat pertama kali berpikir tentang orang itu. ia lebih tampak seperti anak laki-laki daripada pria dewasa dimata Andita. sikapnya kekanak-kanakan dan menyebalkan sekali. ia juga begitu bebas dan seperti tak punya tujuan hidup. 

Kepribadian Gian yang santai sangat bertolak belakang dengan dirinya yang serba serius. Andita selalu merasa bahwa mereka tidak akan pernah cocok sama sekali. jadi untuk beberapa lama, Andita tak begitu memperhatikan Gian. baginya, Gian hanya orang asing yang akan tetap menjadi asing. satu-satunya hal yang membuat Andita sedikit tertarik pada Gian hanya karena ia punya postur tubuh yang bagus. andai orang yang bersamanya nanti punya postur tubuh seperti Gian pasti akan sangat keren. pikirnya sesekali.

Waktu terus berlalu, Andita masih sibuk dengan dunianya. rumah, tempat kerja, mangapark, nonton film, bersepeda, menjadi rutinitas hariannya. kadang Andita menulis Diary jika ia merasa perlu untuk menulis. isinya, ya kebanyakan tentang keluhan hidup juga asmara. saat itu Andita masih berbunga-bunga pada orang lain. seorang pria yang tampak hebat dimatanya, sempurna seperti apa yang ia khayalkan. disana tak ada bayangan Gian walau hanya setitik.

Tapi tentu saja, sikap pengecut Andita hanya mengantarkannya pada pengharapan semu. pangeran sempurnanya itu hanya ada dalam angan-angannya saja. Andita tak mau berusaha, ia lebih memilih pasrah untuk merelakan cintanya yang harus kandas ditangannya sendiri. romansa yang ia buat dan ia hancurkan sendiri seperti kisah sebelum-sebelumnya.

Andita merasa sepi, hidupnya benar-benar hampa. ia tak punya gairah sama sekali. sikap negatifnya membuatnya makin terpuruk, ia makin menjauh dari dunia luar dan hanyut dalam dunianya yang lebih sempurna tapi semu. sampai satu hari, ia melihat Gian dengan pandangan yang berbeda. 

Entah kenapa anak laki-laki yang tak punya tujuan hidup itu mulai menarik perhatian Andita yang kesepian. untuk pertama kalinya mereka bicara bersama, duduk di sebuah bangku kereta. membicarakan banyak hal. ya, banyak hal. hal-hal yang Andita sendiri tak ingat persis apa itu. 

"seneng banget bisa ngobrol kayak tadi, kalau sama si anu, aku mah kagak bisa ngobrol model begini.." seru Andita pada Gian yang berjalan di depannya, langkahnya besar-besar, membuat Andita sedikit sulit untuk mengimbangi. keduanya berjalan dengan terburu-buru, bukan karena ingin cepat sampai di tempat tujuan tapi lebih karena sudah tak tahan dengan terik matahari yang begitu menyengat dan membuat keduanya banjir keringat.

Andita kembali pada dirinya yang seperti biasa, serius dengan banyak pekerjaannya. dan tak mau terlalu menghiraukan Gian. tapi kadang sesekali Andita mencoba melanjutkan obrolan mereka seperti di kereta. entah kenapa berbicara dengan Gian membuat hatinya merasa sangat terhibur. 

Jum'at sore keduanya berpisah, Gian pulang naik kereta menuju rumahnya yang ada di daerah Jakarta Selatan sementara Andita kembali ke Bandung dengan mengunakan bus. hari yang melelahkan. Andita banyak merenung di dalam bus, ia seperti sedang berpikir tentang banyak hal. Andita menatap keluar jendela bus sambil sesekali membalas pesan ibunya. menunggu satu pemandangan di jalan tol yang selalu membuat hatinya merasa tenang. malam hari dan ribuan cahaya lampu dari kota. sampai tiba-tiba handphonenya berbunyi, sebuah pesan singkat dari Gian. 

"udah nyampe mana?" 

"masih di jalan, Pak Gian dimana?" 

"ini baru nyampe rumah, lagi apa?"

"lagi ngelamun..kepikiran mie.. pengen makan mie dari kemarin!"

"saya udah bisa nebak kamu pasti lagi ngelamun, tapi saya g nyangka kalau kamu ngelamunin mie, di jemput g?"

"kagak.."
"kenapa kagak minta jemput aja? udah malem rawan.."

"kagak napa-napa, saya malah lebih takut kalau minta jemput, bapak matanya kurang awas.."

"kurang awas? maksudnya rabun? minta jemput aja... bahaya perempuan jalan malem" ntar di begal!"

"kagak napa-napa masih rame kok, akh! gara-gara bbm-an sama pak Gian nih, saya jadi kelewatan lihat pemandangan.."

"pemandangan apa? ya udah kalau gitu, sok lanjutin lagi lihat pemandangannya..."

"lampu kota, Akh telat, udah kelewat pemandangannya juga!!"

"hahhaha...sorry..sorry.."

Andita senang, ada rasa lain yang mengusik hatinya. ia merasa terharu, belum pernah ada orang lain yang menanyakan kabarnya selain ibunya. ternyata Gian tak seburuk yang ia pikirkan, mungkin akan sangat menyenangkan jika ia bisa lebih dekat orang itu. pikir Andita. 

























No comments: